Islam di Korea Utara
Iin Sholihin
Anak Reguler | Inilah Empat fakta
Betapa Islam begitu di Hormati di Korea Utara
Dalam
beragam jenis pemberitaan selalu dikatakan jika Korea Utara adalah cerminan
dari sebuah negara yang tidak berkemanusiaan. Hampir setiap berita yang kita
cerna terhadap korea utara selalu berakhiran dengan kabar miring dan negatif.
Dikatakan jika negara yang bersaudara dengan Korea Selatan ini dikenal sangat
tertutup dan juga ketak akan aturan pemerintahannya.
Apalagi
terhadap urusan keyakinan dan agama pemerintah Korea Utara memiliki cara
sendiri untuk mengaturnya. Segala artibut yang berhubungan dengan agama yang
tidak diakui di Korea Utara dikatakan sangat dilarang.
Jangankan
untuk mendirikan tempat ibadah, menunjukkan diri dengan tanda pengenal agama
tertentu saja bisa fatal akibatnya. Meskipun begitu, menurut kabar lainnya
dikatakan ada beberapa agama yang masih bisa diberikan izin oleh pemerintahnya.
Karena
tuntutan dari pemerintah, rata-rata penduduk Korea Utara adalah penganut Juche,
meskipun demikian bukan berarti agama lain tak bisa di anut oleh kalangan
masyarakat disana. Ternyata dalam perkembangannya beberapa agama populer dunia
seperti islam juga mendapatkan tempat termasuk Islam.
Hal ini jadi
sesuatu yang mungkin tak pernah disangka banyak orang. Bahkan Islam di sini tak
hanya diakui, tapi diperbolehkan sebebas-bebasnya untuk dijalankan, namun dengan
satu dua pengecualian.
Korea Utara
dan Islam mungkin bukan padanan yang pas, tapi faktanya Islam berkembang di
sana meskipun sangat lambat. Nah, berikut adalah
Empat Fakta Luar Biasa Kehidupan Islam di Korea Utara
:
Kebebasan
Beragama Yang di Dukung Pemerintah
AnakRegular
| Pernah suatu berita mengatakan jika Korut mewajibkan semua penduduknya
menyembang Kim Jong Un sebagai seorang Tuhan dan raja. Hal tersebut tercermin
dari bagaimana kebijakan pemerintah korut yang ternyata sangat membebani semua
masyarakatnya.
Namun suatu
fakta mengatakan jika ternyata pemerintah Korea Utara sebenarnya membebaskan
semua orang dibawah naungan mereka untuk memilih agama yang mereka yakini. Apalagi berbicara tentang kebebasan beragama,
Kim Jong Un sendiri selaku penguasa pernah mengungkapkan hal tersebut. Dikutip
dari sebuah halaman resmi pemerintah Korut, Kim mengatakan, “Upaya untuk
merusak Korut dengan fitnah adalah tindakan tidak masuk akal dengan menyebut di
Korea Utara tidak ada kebebasan beragama. Itu benar-benar tidak masuk
akal.
Sepenuhnya,
kami menjamin kebebasan berkeyakinan setiap warga negara.” Kim Jong Un
memberikan statement ini setelah Departemen Luar Negeri AS mengatakan jika
Korut tidak menjamin kebebasan beragama di negaranya.
Keberadaan
Islam yang diterima Pemerintah Korea Utara
AnakRegular
| Sebagai negara komunis, Korea Utara sudah lama memberlakukan aturan yang
ketat soal agama. Tapi, pada kenyataannya, Islam seolah mendapatkan lampu hijau
di sini. Terbukti dengan data agama yang menyematkan nama Islam di sana.
Jumlahnya sendiri sangatlah kecil, bahkan tak sampai satu persen.
Menurut data
yang ada tentang penganut Islam di sana, dipastikan nol persen warga Korea
Utara memeluk Islam. Jadi, sama sekali tidak seorang pun masyarakat asli yang menjadi
Muslim. Agama ini sendiri dibawa oleh diplomat-diplomat serta duta besar di
sana. Meskipun jadi minoritas, tapi tak ada tekanan bagi para orang asing untuk
menjalankan syariat Islam.
Perayaan
Keislaman di Korea Utara Legal dan di Akui Pemerintah
AnakRegular
| Sebuah fenomena entah benar atau tidak, ternyata dugaan kita selama ini
terhadap Korea Utara yang dikatakan sangat kejam dan tidak berkemanusiaan
ternyata salah.
Dalam sebuah
pemberitaan dikatakan jika negara Korea Utara ternyata selalu menjungjung
tinggi toleransi antar umat beragama. Salah satunya pemerintah disana selalu
memberikan ijin kepada setiap perayaan-perayaan agama, termasuk perayaan Islam. Salah satunya yang sudah sering dilakukan
oleh kedutaan RI ketika melakukan berbagai macam kegiatan dan juga acara
keislaman. Seperti acara Nuzurul Quran sampai dengan acara paling akbar Idul
Fitri. Dalam prakteknya pemerintah Korut tidak melarang dan menanggapi
perayaan tersebut dengan baik. Hal tersebut bisa menjadi bukti jika Korea Utara
sebenarnya tidak seperti yang selama ini kita bayangkan.
Korea Utara
Punya Masjid Besar dan Megah
AnakRegular
| Sebagai negara tertutup dan sosialis Korea Utara melarang semua kegiatan
pembangunan yang tidak disetujui oleh pemerintah. Dalam hal ini bangunan
seperti tempat ibadah pun sangat di persulit. Namun siapa sangka dibalik
sulitnya membangun sebuah tempat ibadah, ternyata di Kore Utara sendiri sudah
berdiri megah sebuah masjid yang indah.
Masjid ini
terletak di salah satu sudut kota Pyongyang. Bentuknya sendiri sangat apik
dengan lafal Allah dibagian puncak menaranya. Dalam pembangunannya masjid ini
tidak dibangun oleh pemerintah melainkan oleh kedutaan besar Iran.
Masjid ini
bisa dibilang sebagai pusat agama islam di Korea Utara. Uniknya, turis Muslim
yang ingin sholat pun dipersilakan untuk datang ke masjid ini
Islam di Korea Utara
Rindu Masjid.blogspot.com
Tetangga yang tak Akur:
Korea Utara adalah Negara yang
begitu tertutup dengan dunia luar sampai sampai begitu sulit mendapatkan
informasi tentang perkembangan di Negara tersebut apalagi menyangkut tentang
Islam. Haluan politik Korea Utara hingga kini masih berhaluan komunis,
menjadikan Negara tersebut sebagai salah satu dari sedikit Negara komunis di
dunia.
Ketertutupan Korea Utara Korea Utara
membuat dunia penasaran, ditambah lagi dengan fakta bahwa status Negara
tersebut dengan negara tetangga satu etnisnya, Korea Selatan, hingga kini masih
berstatus gencatan senjata yang ditandatangani tahun 1955, bukan perdamaian.
Dan anda pasti sangat mengerti bahwa gencatan senjata hanyalah penghentian
perang sementara yang semestinya dilanjutkan dengan pembicaraan hingga
kesepakatan damai. Wajar bila kemudian para pemimpin dunia memandang
semenanjung Korea senantiasa dengan hati berdebar. Karena dalam status gencatan
senjata, maka perang dapat meletus kapan saja.
Pemberitaan berbagai media
internasional tentang Korea Utara lebih di dominasi dengan kekhawatiran akan
perkembangan kekuatan bersenjata Negara tersebut, utamanya tentang pengembangan
senjata nuklir disana yang dalam perkembangan selanjutnya bahkan telah membuat
para petinggi Negara Amerika Serikat memperingatkan bahwa Roket Korut akan
berdampak ke Indonesia”.
Nyatanya meski dunia internasional
begitu mengkhawatirkan perkembangan disana bahkan melakukan pengucilan secara
sistematik terhadap Korea Utara, justru perkembangan menarik terjadi dalam
kaitannya dengan Indonesia. Merasa dikucilkan Korea Utara pilih Indonesia.
Sikap tersebut ditunjukkan dengan kunjungan resmi ke Indonesia oleh Presiden
Presidium Majelis Rakyat Tertinggi Republik Demokratik Rakyat Korea
(RDRK), Kim Jong-Nam, mengadakan kunjungan kenegeraan ke Indonesia.
Selasa 15 Mei 2012, Kim
Jong-Nam selaku orang kedua terkuat di Korea Utara setelah Kim Jong-un,
Presiden muda Korea Utara saat ini, bertemu dengan Presiden SBY di Istana
Merdeka Jakarta. Dijadwalkan Kim Jong Nam juga akan bertemu pimpinan DPR dan
MPR RI serta para pengusaha Indonesia. Kim Jong-Nam datang ke Indonesia atas
undangan presiden SBY dalam kunjungan dari tanggal 13 hingga 16 Mei 2012.
Agama
Agama di Korea Utara
Di dunia maya, dapat dijumpai satu
blog bertajuk “Association Persahabatan Korea di Indonesia” dengan semboyan
“Langkah awal Menghubungkan Kembali 2 Poros yang berpisah”, sepertinya menjadi
satu satunya sumber di dunia maya tentang Korea Utara dalam bahasa Indonesia
bercampur dengan bahasa Inggris, Meski kami sama sekali tak menemukan informasi
apapun tentang Islam di Negara tersebut.
Pada topik “Relegion” dalam blog
tersebut disebutkan bahwa “semua warga Negara menikmati kebebasan dan memiliki
hak untuk beragama. The Korean Federation of Buddhists, the Korean Federation
of Christians dan kelompok agama lain dengan bangga menjadi bagian dari partai
politik dan institusi publik.”
Disebutkan juga bahwa “selama perang
Korea, telah terjadi kehancuran luar biasa terhadap kuil, gereja dan tempat
tempat suci di Pyongyang dan bagian Negara lainnya. Namun setelah itu telah
dibangun kembali beberapa kuil seperti Kwangbop di Pyongyang, Pyohun di Gunung
Kumgang, Kuil Pohyon di Gunung Myohyang dan rehabilitasi kuil kuil Budha
lainnya serta pembangunan gereja.”
Di korea utara sebelum perang korea
pada tahun 1950 tercatat jumlah pemeluk agama budha mencapai 10.000.000 pemeluk
dan untuk nasrani sebanyak 10.000 pemeluk, namun setelah perang korea dan
pemerintahan korea utara yang ber ideologi komunis menjadi penguasa pemerintah
mewajibkan untuk semua agama berada di bawah organisasi partai pekerja korea,
untuk sekarang pemeluk agama budha di korea sekitar 1.000.000 orang, dan
pemeluk nasrani hanya berkisar ribuan orang.
Untuk agama lain seperti Islam di
korea utara, para pemeluknya hanya berasal dari para staff kedutaan maupun para
pekerja organisasi internasional. Rata rata penduduk di Korea utara adalah
atheis jadi pemeluk agama agama seperti nasrani maupun islam adalah para staff
maupun pekerja organisasi dari luar negri. Semuanya bersatu di bawah federasi
agama Korea.
Di jejaring sosial facebook dapat
dijumpai sebuah akun bertajuk “ Islam In North Korea” namun kami tak menemukan
informasi apapun terkait muslim disana. Akun tersebut lebih berfokus pada
penyampaian informasi tentang agama Islam, tanpa memberikan informasi tentang
hal sebagaimana judulnya.
Islam
di Korea Utara
Seperti disebutkan di awal tulisan,
sangat sulit untuk mendapatkan informasi tentang Islam di Korea Utara di dunia
maya. Satu satunya sumber yang cukup valid mengenai keberadaan muslim di Korea
Utara muncul dalam laporan PEW Research Center yang menyebutkan dalam daftarnya
bahwa di Korea Utara terdapat komunitas muslim sejumlah 2000 jiwa atau kurang
dari 0.1% dari total jumlah penduduknya, yang didasarkan pada data tahun 2005.
Meski demikian, tak informasi lainnya dari laporan tersebut terkait bagaimana
kehidupan muslim disana, sejarah masuknya Islam disana, sebaran komunitasnya dan
lain sebagainya.
Masjid
di Korea Utara
Pyongyang Mosqu. Inilah foto yang
disebut sebagai satu satunya masjid di korea Utara. lokasinya berada di dalam
komplek Kedutaan Besar Iran di kota Pyongyang bertetangga dengan Kedubes
Rumania.
|
Beberapa laporan di media massa
menyebutkan tentang keberadaan masjid pertama di Korea utara, salah satunya
laporan dari nknews.org. yang menyebutkan tentang keberadaan masjid yang
dibangun di dalam komplek kedutaan besar Iran di Pyongyang. Sejauh ini, Masjid
tersebut merupakan satu satunya masjid yang ada di ibukota Negara dan seluruh
Korea Utara.
Tak ada penjelasan lanjutan dari
situs tersebut, menyangkut aktivitas di masjid satu satunya itu, apalagi ulasan
mendetil. Hanya disebutkan bahwa lokasi masjid tersebut berada di dalam komplek
kedubes Iran yang berdekatan dengan Kedubes Romania di kota Pyongyang. Dan
bangunan masjid ini menjadi tempat ibadah ke lima yang ada di kota Pyongyang.
Referensi
egagung.blogspot.com – Sistem Kebudayaan
Korea
nknews.org – iran-building-pyongyangs-firts-mosque
Islam di Korea Selatan
By Tabayyum
News - January 19, 2016
Oleh: Fadh
Ahmad Arifan
Di negeri
gingseng, diantara 50 juta penduduknya, terdapat komunitas Muslim. Berdasarkan
sensus 2005 jumlah populasi Muslim di Korea Selatan mencapai 145.000-160.000
orang. Diperkirakan 50.000 diantaranya adalah penduduk asli Korea, sedangkan
sisanya merupakan pendatang dari Indonesia, Malaysia, Pakistan, dan
negara-negara di Timur Tengah (Lensa Indonesia Sore di RTV, Juni 2015).
Agama Islam
masuk ke dataran Korea saat dinasti Silla masih jaya-jayanya. Akan tetapi,
perkembangan Islam stagnan saat dinasti Joseon berkuasa. Warga asli Korsel
memeluk Islam lewat jalinan pernikahan dan ada pula karena terpesona dengan
gerakan sholat. Muallaf di Korsel yang kebanyakan adalah generasi muda, dalam
menerapkan ajaran Islam mereka menghadapi aneka tantangan. Godaan rekan kerja,
penolakan keluarga, sulitnya mencari sekolah berbasis islam hingga masalah
makanan Halal.
Rekan kerja
yang glamour dan suka minum khamr jadi tantangan tersendiri. Dianggap aneh sama
rekan kerja bila seorang muallaf tidak meminumnya. Penolakan keluarga cukup
membuat “pusing” muallaf Korea. Hanya saja orang tua berlatarbelakang Katholik
lebih toleran (baca: menyadari pilihan agama) ketimbang ortu yang
berlatarbelakang agama Protestan (program “Jazirah Islam” di Transvision,
Desember 2015).
Beralih ke
pendidikan agama. Kebanyakan setelah usia 8 tahun, keluarga Muslim di Korsel
mendidik anak anaknya berbasis homeschooling. Kala mereka beranjak dewasa,
mereka kuliah untuk memperdalam ilmu agama ke Timur tengah, bukan ke
Barat. Bagaimana dengan makanan halal? Tenang saja, soal itu disediakan
oleh kedai/restoran khas Turki dan Maroko. Juragannya muslim asli Korea, namun
chefnya didatangkan langsung dari Turki. Salah satu menu favorit disana “hot
Turkey steak” dan “chicken germech Kebab”.
Masjid-Masjid
di Korea selatan
Di Seoul
terdapat masjid bernama Seoul Central Mosque, luasnya mencapai 5.000
meter persegi dan mampu menampung 800 jamaah lebih. Masjid ini didirikan pada
21 Mei 1976. Disebut sebut inilah masjid pertama di Korsel. Pendirinya,
merupakan komunitas Muslim setempat yang bermukim di Distrik Yongsan. Selain
untuk salat, masjidnya juga berfungsi untuk pengajaran agama Islam. Salah
satunya, terdapat Prince Sultan Islam School yang mengajarkan kajian Al
Quran, hadis Nabi serta ilmu fiqih. Terdapat pula, Islamic Culture Research
Institute yang jadi wadah tempat berkumpul umat Muslim se-Korea Selatan (Detik
travel, Juni 2015).
Berikutnya
adalah Masjid shiratal Mustaqim di kota Ansan. Masjid berlantai empat ini
dibangun oleh para pekerja Muslim asal Indonesia. Masjid yang diresmikan tahun
2013 ini menelan dana 500 juta Won. Karena inilah, Muslim asal Indonesia
mendapat hak istimewa untuk menggelar kegiatan di lantai empat khususnya
tradisi khataman Quran sebulan sekali.
Terakhir
adalah masjid al Fatah di Busan. Berdiri tahun 1980 dan direnovasi oleh
pemerintah Turki pada tahun 2012. Masjid ini direnovasi agar bisa menampung
lebih banyak jamaah. Masjid ini rutin mengadakan sholat jumat yang dihadiri
160-an jamaah dari berbagai penjuru kota. Di masjid al Fatah tersedia kelas
bahasa Korea dan koperasi. Koperasi al Fatah menjual pakaian muslim, majalah
dan buku buku keislaman (Muslim Travelers di NET TV, Juli 2014).
Sama halnya
dengan di Perancis dan Singapura, adzan dengan pengeras suara dilarang. Membaca
al-Quran di tempat umum termasuk di kedai tidak dilarang. Muslim Korea punya
tradisi mencium mushaf al Quran usai membacanya. Wallahu’allam bishowwab.
Islam di Australia
Kedutaan Besar Australia Indonesia
Sejarah yang panjang dan dinamis
Muslim di Australia memiliki sejarah yang panjang dan
bervariasi yang diperkirakan sudah hadir sebelum pemukiman Eropa. Beberapa
pengunjung awal Australia adalah Muslim dari Indonesia timur. Mereka membangun
hubungan dengan daratan Australia sejak abad ke 16 dan 17.
Pengunjung Muslim awal — pedagang
Makassar
Nelayan dan pedagang Makassar tiba di pesisir utara
Australia Barat, Australia Utara dan Queensland. Orang Makassar berdagang
dengan Penduduk Asli dan mencari teripang yang mereka jual sebagai makanan di pasar
Cina yang menguntungkan. Bukti-bukti
dari pengunjung awal ini dapat ditemukan pada kesamaan beberapa kata bahasa
Makassar dan Penduduk Asli pesisir Australia. Lukisan gua Aborijin
menggambarkan perahu tradisional Makassar dan sejumlah peninggalan Makassar
telah ditemukan di pemukiman Aborijin di pesisir barat dan utara Australia.
Perkawinan antara Penduduk Asli dan orang Makassar diyakini pernah terjadi, dan
lokasi pemakaman orang Makassar telah ditemukan sepanjang garis pantai.
Penunggang unta Afganistan dan masa
kolonial
Migran Muslim dari pesisir Afrika dan wilayah pulau di
bawah Kerajaan Inggris datang ke Australia sebagai pelaut dan narapidana dalam
armada pertama pendatang Eropa pada akhir dasawarsa 1700an. Populasi Muslim
semi permanen pertama dalam jumlah yang signifikan terbentuk dengan kedatangan
penunggang unta pada dasawarsa 1800an. Datang
dari anak-benua India, Muslim ini sangat vital bagi penjelajahan awal pedalaman
Australia dan pembentukan layanan perhubungan.
Salah satu proyek besar yang melibatkan penunggang unta Afganistan
adalah pembangunan jaringan rel kereta api antara Port Augusta dan Alice
Springs, yang kemudian dikenal sebagai Ghan. Jalur kereta api dilanjutkan
hingga ke Darwin pada 2004.
Para penunggang unta ini juga memegang peran penting
dalam pembangunan jalur telegrafi darat antara Adelaide dan Darwin pada 1870 -
1872, yang akhirnya menghubungkan Australia dengan London lewat India. Melalui karya awal ini, sejumlah kota ‘Ghan’
berdiri di sepanjang jalur kereta api. Banyak dari antara kota-kota ini yang
memiliki sedikitnya satu masjid, biasanya dibangun dari besi bergelombang
dengan menara kecil. Namun, kehadiran
kendaraan bermotor dan transportasi lori bermesin menandai akhir era penunggang
unta. Sementara sebagian dari mereka pulang ke negara asalnya, yang lainnya
bermukim di daerah dekat Alice Springs dan daerah lain di Australia Utara. Banyak yang menikah dengan penduduk Asli setempat.
Keturunan penunggang unta Afganistan sejak itu berperan aktif dalam berbagai komunitas
Muslim di Australia.
Sejumlah kecil Muslim juga direkrut dari koloni
Belanda dan Inggris di Asia Tenggara untuk bekerja di industri mutiara
Australia pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Masjid pertama di Australia didirikan di
Marree di sebelah utara Australia Selatan pada 1861. Masjid besar pertama
dibangun di Adelaide pada 1890, dan satu lagi didirikan di Broken Hill (New
South Wales) pada 1891.
Pasca Perang Dunia Kedua — menuju
masyarakat modern serta majemuk
Jumlah umat Islam Australia modern meningkat dengan
cepat setelah Perang Dunia Kedua. Pada 1947 - 1971, jumlah warga Muslim meningkat
dari 2.704 menjadi 22.331. Hal ini
terjadi terutama karena ledakan ekonomi pasca perang, yang membuka lapangan
kerja baru. Banyak Muslim Eropa, terutama dari Turki, memanfaatkan kesempatan
ini untuk mencari kehidupan dan rumah baru di Australia. Pada Sensus 2006,
tercatat 23.126 Muslim kelahiran Turki di Australia. Migran Muslim Bosnia dan Kosovo yang tiba di
Australia pada dasawarsa 1960an memberi sumbangsih penting terhadap Australia
modern melalui peran mereka dalam pembangunan Skema PLTA Snowy Mountains di New
South Wales. Migran Libanon, banyak dari antara mereka adalah Muslim, juga
mulai berdatangan dalam jumlah yang lebih besar setelah pecah perang saudara di
Libanon pada 1975. Menurut Sensus 2006, tercatat 7.542 Muslim Australia
kelahiran Bosnia dan Herzegovina dan 30.287 kelahiran Libanon.
Muslim Australia sangat majemuk. Pada Sensus 2006, tercatat lebih dari 340.000 Muslim di Australia, di mana dari jumlah tersebut sebanyak 128.904 lahir di Australia dan sisanya lahir di luar negeri. Selain migran dari Libanon dan Turki, negara asal Muslim lainnya adalah:
Muslim Australia sangat majemuk. Pada Sensus 2006, tercatat lebih dari 340.000 Muslim di Australia, di mana dari jumlah tersebut sebanyak 128.904 lahir di Australia dan sisanya lahir di luar negeri. Selain migran dari Libanon dan Turki, negara asal Muslim lainnya adalah:
- Afganistan 15.965
- Pakistan 13.821
- Banglades 13.361
- Irak 10.039
- Indonesia 8.656.
Dalam tiga dasawarsa terakhir, banyak Muslim
bermigrasi ke Australia melalui program pengungsi atau kemanusiaan, dan dari
negara-negara Afrika seperti Somalia dan Sudan. Masyarakat Muslim Australia
saat ini sebagian besar terkonsentrasi di Sydney dan Melbourne. Sejak dasawarsa 1970an, masyarakat Muslim
telah membangun banyak masjid dan sekolah Islam dan memberi sumbangsih yang
dinamis terhadap rajutan multi-budaya masyarakat Australia.
Sumber: Biro Statistik Australia 1981-2006 Sensus
Populasi dan Perumahan
Islam di Bhutan
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh; Afriza Hanifa
Raja
Bhutan
Sebanyak
62 persen populasi Muslim dunia atau lebih dari 972 juta jiwa, hidup di Asia
Pasifik. Setengah dari jumlah tersebut hidup di Asia Selatan. Populasi ini terus meningkat hingga sekitar
30 persen tiap sensus per dua dekade. Dari sekian ratus juta Muslimin di Asia
Selatan tersebut, sebagian di antaranya tinggal di Buthan.
Negara
di ujung timur Pegunungan Himalaya ini menjadi rumah bagi sekitar 7.000
Muslimin. Sebagai minoritas, mereka masih mencari pengakuan di tengah mayoritas
agama sekaligus paham resmi negara, Buddha. Secara perhitungan kasar persentase
demografi, pemeluk agama di Bhutan mencapai 75 persen Buddha dan 25 persen
Hindu. Islam, tak lebih dari satu persen. Tapi, jumlah mereka tidaklah
terbilang sedikit. Angkanya pun terus meningkat.
Menurut PEW Research Forum, pada 1990 terdapat sekitar 6.000 Muslimin di Bhutan. Kemudian, pada 2010 meningkat menjadi 7.000 jiwa. Pada 2030, diprediksi akan meningkat menjadi 9.000 jiwa.
Menurut PEW Research Forum, pada 1990 terdapat sekitar 6.000 Muslimin di Bhutan. Kemudian, pada 2010 meningkat menjadi 7.000 jiwa. Pada 2030, diprediksi akan meningkat menjadi 9.000 jiwa.
Sedangkan,
menurut The Muslim Societies in Asia and the Pacific (MSAP), jumlah
Muslimin Bhutan sekitar satu persen dari total populasi negara. Adapun
menurut CIA FactBook, jumlahnya tak mencapai satu persen dari
populasi negara. Saat ini, total populasi negara seluas 47. 500 kilometer
persegi tersebut sekitar dua juta jiwa. Jika berjalan-jalan ke Bhutan, selain
pemandangan Himalaya yang indah, akan didapati kebudayaan masyarakat yang
kental dengan ajaran Buddha. Kuil banyak berdiri di negara berlambang bendera
naga tersebut.
Tak
sedikit merupakan kuil yang usianya sangat tua. Negara monarki tersebut
menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi. Tak heran jika kemudian anak-anak
sekolah suatu hari mengenakan pakaian layaknya bhikkhu. Bhutan memang tak lepas dari Buddha, baik
sejarah maupun kebudayaan. Tapi, Islam datang di tengah-tengah mereka seiring
perkembangan di Asia Selatan. Apalagi, posisi Bhutan yang yang diapit dua
negara besar, Cina dan India, di mana jalur perdagangan banyak terjadi di kedua
negara tersebut.
Kesultanan Islam pun banyak berdiri di
sana, salah satu yang terbesar, yakni Dinasti Mughal. Hanya saja, Buthan
terluput dari wilayah emperium besar Islam pada abad ke- 16 tersebut. Mughal
di masa lalu hanya menduduki kawasan yang sekarang ini menjadi negara India,
Afghanistan, Pakistan, Bangladesh, dan Nepal. Alhasil, Bhutan
bukanlah negara di mana dakwah Islam berkembang. Sehingga, populasi Muslim di
sana tak sebanyak negara Asia Selatan lain.
Meski Islam telah lama dikenal masyarakat Asia Selatan, menurut US
Library of Congress, komunitas Muslim Bhutan baru mulai terlihat eksis pada
1989. Angkanya sangat kecil dan tak banyak mendapatkan hak kebebasan
beragama.
Sebagai negara yang menjadikan Buddha
sebagai agama resmi negara, Bhutan tak banyak menerapkan kebebasan beragama
bagi rakyatnya, tapi semakin hari negara tersebut makin menerapkan asas
demokrasi. Kebebasan beagama mulai
diterapkan pada pemeluk Hindu yang minoritas, tapi kemudian mendapatkan de
facto kebebasan beragama. Adapun Muslimin, masih berjuang mendapatkan hak
tersebut. Meski Islam tak diakui, bukan berarti Islam dilarang. Muslimin hidup
sebagaimana rakyat Bhutan pada umumnya. Mereka memiliki hak sebagai warga
negara serta memiliki hak untuk bekerja.
Hanya satu hal yang tak diizinkan, yakni
menyebarkan agama atau dakwah Islam. Oleh karenanya, jumlah Muslimin tak
berkembang pesat di sana. Komunitas Muslim pun hanya hidup di kalangan mereka
saja. Tapi, mereka dapat hidup nyaman di sana. Muslimin Bhutan hidup sebagai
minoritas, tapi mereka dapat menjalankan ibadah dengan baik. Terdapat sebuah
masjid yang menaungi mereka menjadi tempat ibadah dan sebagai sarana
berkumpul. Adapun fasilitas Muslim
lain, seperti sekolah ataupun organisasi, tak jelas dikabarkan. Dalam hal
pangan halal pun tak ada yang dapat mengonfirmasi kehalalannya. Badan
sertifikasi halal pun tak jelas apakah dimiliki Muslimin setempat. Tapi, hal tersebut bukanlah masalah.
Mengingat sebagai negara yang mayoritas Buddha, Buthan memang memiliki lebih
banyak ragam pangan vegetarian.
Kaum Muslimin tak kesulitan menemukan makanan halal. Muslimin
pun tak kesulitan dalam menemukan pangan halal. Bahkan, menurut tour
Muslim crescent rating, Bhutan
memiliki banyak sekali ragam pangan vegetarian yang terkenal lezat. Hingga kini, Muslimin Bhutan masih mencari
hak kebebasan beragama. Kendati jumlah mereka sedikit, mereka ada dan
beraktivitas seperti Muslimin lain yang hidup di negara minoritas Islam.
Keinginan mendapat hak kebebasan beragama pun makin menghasilkan titik
terang dengan adanya komitmen kerajaan untuk menerapkan demokrasi.
Tapi, media Barat yang mencitrakan Islam dengan buruk pun tak luput didengar masyarakat Bhutan. Akibatnya, masyarakat terbawa pemahaman Islam ala Barat yang melekatkan Muslimin dengan terorisme. Media banyak menghasut masyarakat dunia, termasuk Bhutan. Kendati demikian, masyarakat Bhutan tak pernah terlibat bentrok dengan Muslimin. Antarumat beragama, hidup harmonis menjalin kerukunan dan toleransi. Untuk menampung ribuan Muslimin Bhutan terdapat sebuah masjid berdiri, guna memberikan layanan ibadah. Inilah satu-satunya masjid yang dimiliki Muslim Bhutan. Masjid Jaigaon atau Joygaon, demikian namanya. Jaigaon merupakan nama sebuah kota kecil di Bengal Barat India. Lokasinya berada di perbatasan Bhutan. Di situlah gerbang Buthan berdiri yang membatasi negara tersebut dengan India. Kendati nama masjid mengacu pada kota di India, Masjid Jaigaon berlokasi di Kota Phuentsholing, tetangga Kota Jaiagon. Kota di Bhutan Selatan tersebut merupakan salah satu pintu masuk Bhutan dari jalur India.
Tapi, media Barat yang mencitrakan Islam dengan buruk pun tak luput didengar masyarakat Bhutan. Akibatnya, masyarakat terbawa pemahaman Islam ala Barat yang melekatkan Muslimin dengan terorisme. Media banyak menghasut masyarakat dunia, termasuk Bhutan. Kendati demikian, masyarakat Bhutan tak pernah terlibat bentrok dengan Muslimin. Antarumat beragama, hidup harmonis menjalin kerukunan dan toleransi. Untuk menampung ribuan Muslimin Bhutan terdapat sebuah masjid berdiri, guna memberikan layanan ibadah. Inilah satu-satunya masjid yang dimiliki Muslim Bhutan. Masjid Jaigaon atau Joygaon, demikian namanya. Jaigaon merupakan nama sebuah kota kecil di Bengal Barat India. Lokasinya berada di perbatasan Bhutan. Di situlah gerbang Buthan berdiri yang membatasi negara tersebut dengan India. Kendati nama masjid mengacu pada kota di India, Masjid Jaigaon berlokasi di Kota Phuentsholing, tetangga Kota Jaiagon. Kota di Bhutan Selatan tersebut merupakan salah satu pintu masuk Bhutan dari jalur India.
Karena sebagai administrasi antarnegara, perekonomian di sana
maju pesat. Bank Bhutan pun berada di kota tersebut. Karena, sebagai lalu
lintas perdagangan dan kebudayaan. Phuentsholing banyak menyerap kebudayaan dari
India. Pun demikian dengan budaya Islam. Di kota tersebutlah satu-satunya
masjid bagi Muslimin Bhutan berdiri. Tak
banyak kabar tentang masjid tersebut. Bagaimana bentuk dan gaya arsitekturnya
pun tak pernah dipublikasikan. Adapun tahun pembangunan masjid tersebut
diberitakan baru berdiri pada 2008. Dengan adanya masjid tersebut, Muslimin
Bhutan pun mendapat ruang bebas untuk menjalankan ibadah mereka.
Islam di Sri Lanka
Sri
Lanka, Ceylon, Sailan, Lankadwipa atau orang Sri Lanka terbiasa
menyebut negeri mereka sebagai “Lanka” saja. Adalah negara pulau yang terletak
di samudera Hindia di lepas pantai tenggara India. Pulau Sri Lanka bila
dilihat di peta, bentuknya tampak mirip seperti buah pear ini sejak tahun
1982 memindahkan ibukota negaranya dari Kolombo ke Sri Jayawardenapura atau
Kotte, meski beberapa negara tetap mempertahankan kantor perwakilan mereka di
Kolombo, termasuk KBRI untuk Srilangka & Maladewa, yang berada di
sarana road, Kolombo, berseberangan dengan komplek Bandaranaike Center For
Internationan Studies (BCIS). Srilangka dikenal dunia
internasional sebagai negara pertama yang dipimpin oleh seorang wanita ketika
Sirimavo Bandarnaike menempati jabatan sebagai perdana menteri untuk masa
jabatan pertama di tahun 1960-1965. Sri Lanka memiliki keterkaitan
sejarah yang cukup erat dengan Indonesia, meski media
di Indonesia sangat jarang memberitakan negara ini.
Antara Indonesia dan Sri Lanka
75%
penduduk Sri Langka ber-etnis Shinhala yang beragama Budha. Kerajaan
kerajaan Budha di Indonesia pada masa lalu bermula dari ajaran Budha yang
dibawa masuk ke Indonesia dari kerajaan kerajaan Budha di Sri Langka,
dan kerajaan kerajaan tersebut memilki keterkaitan sejarah satu dengan lainnya.
Sri Langka dan Indonesia juga pernah sama sama pada masa yang sama dijajah
oleh Belanda. Penjajah Belanda kala itu menjadikan Sri Lanka sebagai
tempat pengasingan atau lebih tepatnya disebut sebagai tempat pembuangan para
pejuang kemerdekaan di saat Indonesia masih berupa Kerajaan Kerajaan dan
Kesultanan yang tersebar dari Papua hingga Aceh.
Sri
Lanka adalah salah satu Negara yang turut aktif dalam Konfrensi Asia
Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955. John Kotelawala (1897-1980),
Perdana Menteri Sri Lanka ke-3 menyelenggarakan konfrensi Kolombo tahun
1954 yang menjadi titik awal penyelenggaraan KAA di Bandung.
Sri
Lanka pernah menjadi buah bibir di tanah air ketika terjadi dua
kali kecelakaan penerbangan pengangkut calon jemaah haji Indonesia tahun
1974 dan 1978 menewaskan ratusan penumpangnya, kecelakaan pesawat di Sri
Lanka tersebut menjadi kecelakaan penerbangan terburuk yang pernah
terjadi. Tahun 2004 lalu Sri Lanka kembali muncul di berbagai media tanah
air ketika terjadi gempa bumi samudera hindia pada tanggal 26 Desember
2004, Gelombang tsunami akibat gempa tersebut menghancurkan Aceh dan Sumatera
Utara, juga meluluhlantakkan wilayah pantai timur dan selatan Sri Lanka.
Lebih dari 30 ribu rakyat Sri Lanka tewas dalam bencana
tersebut.
Ada Jejak Indonesia di Masjid Masjid Sri Lanka
Tahukah
anda, ada jejak Indonesia di masjid masjid Sri Lanka. Muslim Indonesia
yang dibuang ke Sri Lanka di masa lalu oleh penjajah Belanda telah
berkontribusi bagi syiar Islam disana. Masjid Agung Kolombo yang berdiri
kokoh di pusat kota Kolombo dirancang dan dibangun oleh bangsawan Bugis
dari Goa. Masjid Jum’ah Wekande di kawasan Slave Island, Kolombo selatan
merupakan wakaf dari Ulama Jawa, Masjid Militer Melayu di Java Lane Kolombo dibangun
dengan dana pensiun Resimen Melayu di Kolombo, begitu pula halnya dengan Masjid
Melayu di Kota Kurunegala dan Masjid Akbar di Kolombo yang dibangun
oleh Inggris untuk Resimen Melayu yang bertugas disana. Masih ada sederet masjid
yang memiliki keterkaitan dengan Indonesia di Sri Lanka. Bila mencermati
sejarah masjid masjid tua Sri Lanka, kita akan menemukan nama nama melayu pada
daftar nama pendirinya. Masjid masjid tersebut beberapa diantaranya akan di
ulas dalam artikel ini.
Peta
sebaran etnis etnis di Sri Lanka etnis Islam ditandai dengan lambang bulan sabit
Islam di Sri Lanka
Tahun
1980 pemerintah Sri Lanka membentuk Departemen Urusan Agama dan
Budaya Islam, khusus menangani kepentingan muslim Sri Lanka, juga
merupakan sikap tegas pemerintah Sri Lanka terhadap usaha Etnis Tamil
yang berupaya menjadikan Muslim Sri Lanka sebagai bagian dari Etnis
Tamil. Pemerintah Sri Lanka yang dikuasai oleh Etnis Shinhala menentang
usaha tersebut dan tetap menjadikan umat Islam disana sebagai ‘etnis muslim’
dengan identitas-nya sendiri. Selain Muslim Suni (mazhaf Syafi’I dan Hanafi)
serta komunitas kecil Shiah, Komunitas Ahmadiyah di Sri Lanka sudah
berdiri sejak tahun 1915,namun muslim Sri Lankamenganggap Ahmadiyah
bukan bagian dari Islam.
Saat
ini ada sekitar 5000 masjid di Sri Lanka yang senantiasa
berkoordinasi dengan Departemen urusan agama dan Budaya Islam Sri Lanka. Selain
masjid, ada sekitar 749 sekolah Islam dan 205 madrasah di Sri Lanka yang
mengajarkan pendidikan Islam, salah satu sekolah Islam ternama di Sri
Lanka adalah Zahira College di Kolombo. Zahira Collegge merupakan
sekolah Islam pertama di Sri Lanka, dibangun pada tahun 1892 oleh tokoh
muslim Sri Lanka I. L. M. Abdul Aziz dan Arasi Marikar Wapchie
Marikar dengan bantuan dana dari Ahmed Orabi Pasha. Awalnya sekolah
ini merupakan Madrasah bernama Al Madrasathul Zahira dan kini menjadi sekolah
Islam terbesar dengan siswanya mencapai 4000 orang dan merupakan
salah satu sekolah paling bergengsi di Sri Lanka. Di dalam
komplek sekolah ini terdapat masjid tertua di Sri Lanka, yang masih eksis
hingga kini. Muslim Sri Lanka juga memilki universitas Islam di
Beruwala (Jamiya Naleemiya).
Sejarah Islam di Sri Lanka
75%
penduduk Sri Lanka ber-etnis Sinhala yang beragama Budha, di-ikuti etnis
Tamil yang beragama Hindu, sedangkan Islam merupakan agama
minoritas kedua dengan jumlah penganut sekitar 7% ~ 10%
dari keseluruhan penduduk Sri Lanka, Berdasarkan sensus tahun 2001 yang
diselenggarakan oleh GOSL menunjukkan bahwa ada 1,711,000 muslim di Sri
Lanka yang terdiri dari tiga etnis yaitu (1) Moor Sri Lanka,
(2) Muslim India dan (3) muslim Melayu. Masing masing memilki
sejarah dan tradisi mereka sendiri. Angka tersebut menurut beberapa
pihak lebih kecil dari angka sesungguhnya yang diperkirakan mencapai 10%.
salah
satu nama jalan di kota Kolombo
Java Lane. Java di nama jalan tersebut
memang merujuk kepada kata Jawa.
Java Lane. Java di nama jalan tersebut
memang merujuk kepada kata Jawa.
Etnis
Moor Sri Lanka, merupakan etnis muslim terbesar sekitar 92% dari
keseluruhan muslim disana, disusul oleh etnis melayu sekitar 5% dan etnis
India. Masyarakat dan pemerintah, menyebut semua etnis muslim
tersebut dalam satu kesatuan sebagai “etnis Muslim” secara khusus ditujukan
kepada muslim Moor Sri Lanka. Yang lebih menarik adalah etnis
Shinhala yang beragam Islam pun turut disebut sebagai “Etnis Muslim”.
Muslim Moor Sri Lanka
Islam
masuk ke Sri Lanka di mulai di abad ke 8 Masehi dibawa oleh para
pedagang pedagang Arab, sejak itu Islam mulai berkembang di Sri Lanka.
Sejarawan Islam Ibnu Batutah pernah menyinggahi pelabuhan Kolombo di
abad ke 14M dan menulis dalam catatannya tentang Kolombo yang disebutnya
sebagai Kalanpu. Di abad ke 15M pedagang arab sudah menguasai jalur perdagangan
di kawasan samudera hindia termasuk Sri Lanka. Banyak diantara mereka yang
kemudian menetap disana dan turut memperkuat syiar Islam.
Tahun
1505 penjelajah Portugis dibawah pimpinan Lourenco de Almeida mulai
masuk ke Sri Lanka, lalu membuat perjanjian dagang dengan raja Kotte
Parakramabahu VIII (1484–1508), namun kemudian berubah menjadi penjajahan
Portugis atas Sri Lanka, ummat Islam mulai ditindas, termasuk dipaksa
untuk pindah ke pedalaman dan pantai timur Sri Lanka. Portugis yang secara
tradisi memusuhi muslim Moor (Maroko) tetangganya di Afrika, kemudian
menyamaratakan semua muslim yang ditemuinya sebagai musuh dan menyebutnya
dengan sebutan Moor atau Moro, terutama kepada muslim arab. Itu sebabnya
Portugis juga menyebut semua muslim Arab di Sri Lanka dengan sebutan
Moor. Sebutan itu menjadi satu nama yang terwariskan hingga kini di Sri
Lanka.
Muslim yang
tinggal di kawasan Pettah membangun sebuah masjid yang sangat impresif
dengan rancangan unik mirip sebuah bangunan istana gula gula dengan warnanya
yang berlapis lapis merah dan putih seperti kue lapis. Masjid ini begitu
terkenal di kota Kolombo sampai sampai disebut sebagai Landmark nya kota Kolombo sejak
selesai dibangun tahun 1909 hingga kini. Masjid tersebut terkenal dengan Masjid
Jami Ul Alfar di Pettah Salah satu warisan budaya Islam di Kolombo.
(foto
wikipedia) nama masjid Pettah atau Saman Kotai, aslinya bernama
Masjid Jami Ul Alfar.
Muslim India - Sri Lanka
Muslim
India pertama kali masuk ke Sri Lanka di masa
penjajahan Portugis lalu gelombang berikutnya masuk di masa penjajahan Inggris
(saat itu India juga dibawah jajahan Inggris). Yang paling dikenal adalah
muslim dari Pakistan dan India selatan yang memperkenalkan mazhab Hanafi dan
Syiah. Mereka masuk ke Sri Lanka untuk mencari peluang
usaha. Mayoritas muslim India berasal dari Tamil Nadu dan Kerala (Kerala
terkenal dengan Masjid Jami’ Cheraman, masjid pertama di India, sudah
pernah di ulas dalam posting sebelumnya di blog ini).
Sedangkan
muslim Memon berasal dari Sindh (kini masuk ke dalam wilayah Pakistan). Tahun
1980 jumlah muslim India di Sri Lanka ada sekitar 3000 jiwa, mereka
juga muslim suni, mengikuti mazhab Hanafi. Salah satu masjid warisan dari
muslim India di Sri Lanka adalah masjid Al Jami ul Azhar Jumma Mosquedi
kota Kurunegala. Masjid Muslim India ini cukup besar dan indah, kini menjadi
masjid Jami’ nya kota Kurunegala, Letaknya tak jauh dari Masjid Jum’ah
Melayu Kurunegala.
Muslim Melayu Sri Lanka
Di
abad ke 18, Muslim Melayu dari Indonesia dan Malaysia masuk ke
Sri Lanka, dibawa oleh penguasa Belanda. Kala
itu baik Indonesia, Malaysia dan Sri Lanka sama-sama dibawah
penjajahan Belanda. Muslim melayu yang masuk ke Sri Lanka merupakan
tentara resimen melayu bentukan Belanda untuk ditempatkan di Sri
Lanka dan para tahanan Politik dari Indonesia yang dibuang ke
sana. Muslim dari Indonesia terdiri dari para bangsawan, tokoh
masyarakat, ulama beserta keluarganya yang menentang penjajahan
Belanda.
Ada
sekitar 50 ribu jiwa keturunan mereka kini yang di Sri Lanka, mereka
mengadaptasi beberapa tradisi Moor Sri Lanka namun tetap
mempertahankan tradisi melayu termasuk penggunaan Bahasa Melayu di
lingkungan mereka sendiri hingga kini. Sama seperti di Indonesia dan
Malaysia, muslim melayu Sri Lanka merupakan muslim sunni dan
berpegang pada mazhab Safi’i. Berikut ini beberapa masjid di Sri
Lanka yang memiliki ‘keterkaitan’ dengan Melayu Indonesia dan
Malaysia.
Masjid Agung Kolombo.
Masjid Agung Kolombo.
Ketika
Portugis datang ke Sri Lanka tahun 1505, Masjid Agung Kolombo sudah
berdiri di lokasinya yang sekaran, meski tak ada catatan pasti kapan pertama
kali masjid tersebut dibangun. Portugis kemudian malah menjadikan Sri Lanka
sebagai wilayah jajahan. Tahun 1520 Raja Vijaya Bahu menyerbu benteng
Portugis, namun tentara Portugis yang unggul persenjataan dan teknik perang,
berhasil memukul mundur pasukan Raja Vijaya Bahu. Tak sampai disitu, Portugis
bahkan membumihanguskan kota Kolombo berikut Masjid Agung-nya hingga rata
dengan tanah. Ummat Islam sempat mengalami masa masa sulit, sebagian besar
terusir dari kota Kolombo. 24 tahun setelah itu (tahun 1524) sebuah masjid baru
dengan ukuran lebih kecil kembali dibangun persis di lokasi asli masjid
sebelumnya.
Masjid
Agung Kolombo, dibangun oleh Muhammad Balang Kaya, putra
dari Hulu Balang Kaya, Bangsawan dari Goa Sulawesi Selatan.
(foto dari Panoramio)
dari Hulu Balang Kaya, Bangsawan dari Goa Sulawesi Selatan.
(foto dari Panoramio)
Tahun
1658 giliran Belanda yang berkuasa di Sri Lanka dan menjadikan wilayah jajahan
barunya itu sebagai tempat pembuangan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Tokoh
tokoh istana dan kalangan ningrat hingga alim ulama yang menentang penjajahan
Belanda ditangkap dan dibuang ke Sri Lanka. Di tahun 1790 tercatat 176 orang
tahanan politik yang terdiri dari 23 keluarga dari Indonesia, tiba di Kolombo.
Diantara 23 keluarga tersebut terdapat Sultan Goa - Sulawesi Selatan yang
bernama Raja Gusman Usman dan seorang pejabat menterinya
bernama Hulu Balang Kaya, mereka semua tinggal di kawasan Moor Street,
tempat dimana Masjid Agung Kolombo berada. Hulu Balang Kaya memiliki
putra bernama Muhammad Balang Kaya. Dan Tuan Bagoos Krawan
Balangkaya.
Ketika
Inggris berkuasa di Sri Lanka (1796-1948), Masjid Agung Kolombo yang kecil itu
sudah benar benar tak mampu lagi menampung jemaah. Muhammad Balang
Kaya yang merupakan seorang arsitek otodidak, kemudian merancang sendiri
sekaligus membangun masjid Agung Kolombo dengan dananya sendiri bersama teman
teman bisnisnya dari kalangan Muslim Moor. Tahun 1826 Masjid Agung Kolombo
selesai dibangun dalam bentuk nya saat ini. Gubernur Inggris di Sri
Lanka Letnan Jenderal Sir Edward Barnes, GCB, datang
berkunjung ke masjid ini memuji hasil kerja Muhammad Balang Kaya yang
luar biasa di masjid tersebut.
Tuan
Bagoos Krawan Balangkaya Putra bungsu dari Muhammad Balangkayalahir
pada hari selasa, 21 Rajab 1243H / 28 January
1827. Adalah seorang cendekiawan muslim yang kemudan ketika dewasa
menempati posisi sebagai Khalifah di Kolombo. Tuan Bagoos Krawan
Balangkaya merupakan salah satu tokoh terkemuka Muslim Melayu yang
bermakam di pemakaman Muslim Masjid Agung Kolombo.
Wekande Jummah Masjid (Masjid Jum’ah Wekande)
Wekande
Jummah Masjid atau Masjid Jum’ah Wekande adalah salah satu masjid tertua dan
terbesar di Kolombo dan Sri Lanka. Masjid ini berada di Wekande Jumma
Masjid Road, Slave Island kota Kolombo. Disebut Slave Island, karena
memang daerah ini dulunya adalah tempat bermukimnya kaum budak dari Afrika yang
dibawa oleh penjajah Portugis dan Belanda ke Sri Lanka. Slave Island juga
bukanlah sebuah pulau dalam arti sebenarnya. Disebut Island karena sebagian
besar daerah ini menjorok ke tengah danau Beira di sebelah selatan Benteng
Kolombo.
Masjid
Jum'ah Wekande dibangun di atas
tanah wakaf dari Pandaan Bali, Orang Indonesia yang berasal dari
pulau Jawa.
tanah wakaf dari Pandaan Bali, Orang Indonesia yang berasal dari
pulau Jawa.
Masjid
Jummah Wekande dibangun di atas lahan wakaf bangsawan asal Indonesia dari pulau
Jawa bernama Pandaan Bali. Lahan tersebut kemudian diserahkan kepada Khatib
Saboo Latiff pada tanggal 17 Agustus 1786M (1201H) untuk pembangunan masjid dan
lahan pemakaman muslim. Pandaan Bali tiba di Kolombo dalam pengasingan-nya oleh
Belanda bersama dengan tentara Resimen Melayu bentukan Belanda.
Sedangkan
Kathib Saboo Latiff adalah seorang ulama besar Sri Lanka yang juga seorang
bangsawan dari kesultanan di Kalimantan Barat. Pandaan Bali memang tak penah
tahu bahwa 225 tahun setelah beliau mewakafkan tanah miliknya untuk masjid di
Kolombo, Indonesia mengumandangkan proklamasi kemerdekaan di tanggal yang sama
persis dengan tanggal beliau mewakafkan tanahnya. Meski beliau tak sempat
menikmati kemerdekaan itu, namun berkat sumbangan beliau, muslim Kolombo yang
minoritas memilki sebuah masjid besar bersejarah yang manfaatnya masih terasa
hingga kini.
Pada
27 November 2011, yang bertepatan dengan tahun baru hijriah 1 Muharram 1433,
Masjid Jummah Wekande meluncurkan website Masjid Jummah Wekanda dengan alamat
www.wekandarmasjid.com. Peluncuran website itu juga bertepatan dengan perayaan
232 tahun berdirinya masjid tersebut (berdasarkan Kalender Hijriah
1201H~1433H). Dalam kesempatan itu, Duta Besar RI untuk Sri lanka, Djafar
Husein didaulat untuk meresmikan peluncuran website tersebut. Usai peresmian
dilanjutkan dengan pengajian umum yang disampaikan oleh As Sheikh Arkam
Nooramith dari Darul Uloom, Afrika Selatan dan juga Chairman dari Darul
Hasanath Foundation.
Malay Jumma Mosque Kurunegala
Malay
Jumma Mosque Kurunegala atau Masjid Jum’ah Melayu di Kurunegala.
Lokasinya ada di persimpangan jalan Dambula road, Welagedara Veediya dan Nortk
tank road Kurunegala. Masjid ini merupakan masjid pertama di Kurunegala.
Dibangun oleh pemerintah kolonial inggris pada tahun 1848 untuk tentara resimen
melayu yang bertugas di kota tersebut.
Malay
Jumma Mosque Kurunegala (Masjid Jum'ah Melayu Kurunegala) dibangun bagi Muslim
Anggota Resimen Melayu di Sri Lanka
(foto dari lankilibrary)
(foto dari lankilibrary)
Resimen
melayu awalnya merupakan tentara bentukan Belanda di Hindia Belanda (indonesia)
yang kemudian dibawa ke Sri Lanka. Ketika inggris menang perang melawan
Belanda dan berkuasa di Sri Lanka, resimen melayu ini kemudian menjadi
bagian dari Resimen Melayu dibawah kekuasaan Inggris, Inggris sendiri yang juga
berkuasa di Malaysia dan Singapura menambah pasukan resimen melayu ini dengan
anggota pasukan yang direkrut dari Malaysia.
Karena
keseluruhan anggota resimen melayu beragama Islam, Inggris kemudian membangun
sebuah masjid untuk keperluan mereka beribadah. Awalnya masjid ini dikenal
sebagai Malay military Mosque (Masjid Militer Melayu) dan kemudian terkenal
dengan nama Masjid Jum’ah Melayu (Malay Jumma Mosque in Kurunegala). Masji ini
masih eksis hingga kini. Letaknya tak jauh dari danau kurunegala, di
persimpangan jalan di pusat kota kurunegala, Sri Lanka tengah.
Masjid
Melayu di Java Lane - Kolombo
Java
Lane tempat masjid ini berada merujuk kepada kawasan yang merupakan pemukiman
muslim Jawa di kota Kolombo. Resminya masjid ini bernama Masjidul Jamiah namun
lebih dikenal dengan nama Masjid Militer Melayu (Malay Military Mosque) atau
Java Lane Mosque. Masjid ini dibangun dari uang pensiun para pensiunan tentara
Resimen Melayu di Kolombo.
Masjid
Melayu di Java Lane - Kolombo, atau disebut juga Java Lane-
Mosque atau Malay Military Mosque, dibangun dari dana pensiun
Anggota Resimen Melayu di Kolombo.
Mosque atau Malay Military Mosque, dibangun dari dana pensiun
Anggota Resimen Melayu di Kolombo.
Masjid
Melayu Java Lane dibangun tahun 1864, dan di fungsikan sebagai masjid
Jum’ah (masjid yang digunakan untuk sholat Jum’at, di Indonesia kita
menyebutnya sebagai masjid Jami’). Di masa pendudukan Inggris di Sri
Lanka beberapa lagi masjid Melayu yang dibangun di daerah Kandy, Kurunegala,
Trincomalee, Hambantota dan Kinniya.
Referensi
International.kompas.com-tragedi
besar bagi indonesia 4 Desember
kemlu.go.id
- Duta Besar RI resmikan website Masjid Jummah Wekande
wekandamasjid.com
– histry of Masjid
lankalibrari
– malay masque in kurunegala
rootsweb.ancestry.com
– A brief History of the Colombo Grand Masque
Islam di Nepal
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas
Islam adalah salah satu agama minoritas di Nepal.
Berdasarkan sensus Nepal tahun 2011, 4,4% dari populasi penduduk negara
Nepal (1.162.370 orang) adalah Muslim.
Islam umumnya dianggap diperkenalkan oleh umat Islam
India yang melakukan perjalanan ke Nepal dan kemudian menetap di sana.
Muslim Nepal bermukim di 74 distrik dari 75 distrik
yang ada di Nepal. Dan mayoritas Muslim ada di wilayah Terai (dengan jumlah
lebih dari lima puluh persen dari populasi Muslim Nepal), yaitu di distrik
Banke, Rautahat, Kapilvastu dan Parsa. Muslim Nepal menggunakan bahasa Nepali,
Urdu, Hindi, dan beberapa bahasa lainnya.
Sebagian besar Muslim Nepal hidup di bawah garis
kemiskinan.
Di Nepal, Muslim Bukan Lagi Warga Kelas Dua (1)
Rep: Fitria
Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Seorang
Muslim tengah berdoa di depan Masjid Kashmiri Taqiya, Kathmandu, Nepal.
REPUBLIKA.CO.ID, Komunitas Muslim ingin dilibatkan
dalam proses pembangunan kembali Nepal yang koyak oleh perang saudara.
Nepal dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Hindu. Namun ternyata, Islam punya sejarah yang panjang di negara ini. Diperkirakan, Islam masuk ke Nepal pada abad ke-5 Hijriah atau 11 Masehi. Islam dibawa oleh para saudagar Arab yang datang untuk berdagang di lembah Kathmandu. Sedangkan, Muslim untuk pertama kalinya menetap (berdomisili) di Nepal terjadi pada masa pemerintahan Raja Ratna Malla (1482-1520). Mereka adalah Muslim Kashmir yang merupakan para saudagar.
Nepal dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Hindu. Namun ternyata, Islam punya sejarah yang panjang di negara ini. Diperkirakan, Islam masuk ke Nepal pada abad ke-5 Hijriah atau 11 Masehi. Islam dibawa oleh para saudagar Arab yang datang untuk berdagang di lembah Kathmandu. Sedangkan, Muslim untuk pertama kalinya menetap (berdomisili) di Nepal terjadi pada masa pemerintahan Raja Ratna Malla (1482-1520). Mereka adalah Muslim Kashmir yang merupakan para saudagar.
Mereka sebenarnya menjual karpet, aneka produk dari
kulit binatang dan wol kepada masyarakat Tibet, namun menjadikan Nepal sebagai
lintasan mereka. Orang-orang Kashmir ini dikenal sebagai kalangan Muslim terpelajar
dan pebisnis sukses. Beberapa dari
mereka bahkan masuk ke dalam jajaran birokrasi dan politik. Di Shayambhu,
Nepal, kaum Muslim Kashmir memiliki lahan pemakaman khusus. Pada masa-masa
berikutnya, Muslim terus berdatangan ke Nepal. Pada abad ke-19, tepatnya 1857,
gelombang kedua Muslim India masuk ke negara itu. Mereka tinggal di wilayah
Terai yang merupakan perbatasan India dan Nepal. Wilayah ini diakuisisi oleh Nepal di bawah
Perdana Menteri Jung Bahadur bersama Kerajaan Inggris. Hal ini sebenarnya upaya
Inggris agar Muslim tidak terkonsentrasi di India yang semakin membahayakan penjajahan
Inggris atas India.
Di bawah tekanan penjajah Inggris, Muslim di daerah
perbatasan mengungsi ke wilayah Terai. Sejak saat itu, Muslim tunduk pada
Undang-Undang Kerajaan Nepal Tahun 1853 sebagai warga negara dengan kasta
terendah. Selain Muslim India, banyak pula Muslim dari Tibet yang mendatangi
negara tersebut. Mereka awalnya juga masuk dengan tujuan berdagang dan lama
kelamaan menetap di Nepal. Jumlah mereka semakin banyak pada 1960-an sebagai
akibat gejolak politik di Tibet. Kini,
Muslim Tibet yang ada di Nepal sudah berbaur dengan warga setempat, baik
bahasa, budaya, maupun cara berpakaian mereka sudah seperti orang Nepal.
Umumnya, Muslim keturunan Tibet cukup sukses di Nepal. Hingga saat ini, mereka masih menjalin
hubungan bisnis dengan negeri leluhur, Tibet, dan tentunya dengan Cina yang
kini menguasai Tibet.
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment