Islam di Nepal
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas
Islam adalah salah satu agama minoritas di Nepal.
Berdasarkan sensus Nepal tahun 2011, 4,4% dari populasi penduduk negara
Nepal (1.162.370 orang) adalah Muslim.
Islam umumnya dianggap diperkenalkan oleh umat Islam
India yang melakukan perjalanan ke Nepal dan kemudian menetap di sana.
Muslim Nepal bermukim di 74 distrik dari 75 distrik
yang ada di Nepal. Dan mayoritas Muslim ada di wilayah Terai (dengan jumlah
lebih dari lima puluh persen dari populasi Muslim Nepal), yaitu di distrik
Banke, Rautahat, Kapilvastu dan Parsa. Muslim Nepal menggunakan bahasa Nepali,
Urdu, Hindi, dan beberapa bahasa lainnya.
Sebagian besar Muslim Nepal hidup di bawah garis
kemiskinan.
Di Nepal, Muslim Bukan Lagi Warga Kelas Dua (1)
Rep: Fitria
Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Seorang
Muslim tengah berdoa di depan Masjid Kashmiri Taqiya, Kathmandu, Nepal.
REPUBLIKA.CO.ID, Komunitas Muslim ingin dilibatkan
dalam proses pembangunan kembali Nepal yang koyak oleh perang saudara.
Nepal dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Hindu. Namun ternyata, Islam punya sejarah yang panjang di negara ini. Diperkirakan, Islam masuk ke Nepal pada abad ke-5 Hijriah atau 11 Masehi. Islam dibawa oleh para saudagar Arab yang datang untuk berdagang di lembah Kathmandu. Sedangkan, Muslim untuk pertama kalinya menetap (berdomisili) di Nepal terjadi pada masa pemerintahan Raja Ratna Malla (1482-1520). Mereka adalah Muslim Kashmir yang merupakan para saudagar.
Nepal dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Hindu. Namun ternyata, Islam punya sejarah yang panjang di negara ini. Diperkirakan, Islam masuk ke Nepal pada abad ke-5 Hijriah atau 11 Masehi. Islam dibawa oleh para saudagar Arab yang datang untuk berdagang di lembah Kathmandu. Sedangkan, Muslim untuk pertama kalinya menetap (berdomisili) di Nepal terjadi pada masa pemerintahan Raja Ratna Malla (1482-1520). Mereka adalah Muslim Kashmir yang merupakan para saudagar.
Mereka sebenarnya menjual karpet, aneka produk dari
kulit binatang dan wol kepada masyarakat Tibet, namun menjadikan Nepal sebagai
lintasan mereka. Orang-orang Kashmir ini dikenal sebagai kalangan Muslim terpelajar
dan pebisnis sukses. Beberapa dari
mereka bahkan masuk ke dalam jajaran birokrasi dan politik. Di Shayambhu,
Nepal, kaum Muslim Kashmir memiliki lahan pemakaman khusus. Pada masa-masa
berikutnya, Muslim terus berdatangan ke Nepal. Pada abad ke-19, tepatnya 1857,
gelombang kedua Muslim India masuk ke negara itu. Mereka tinggal di wilayah
Terai yang merupakan perbatasan India dan Nepal. Wilayah ini diakuisisi oleh Nepal di bawah
Perdana Menteri Jung Bahadur bersama Kerajaan Inggris. Hal ini sebenarnya upaya
Inggris agar Muslim tidak terkonsentrasi di India yang semakin membahayakan penjajahan
Inggris atas India.
Di bawah tekanan penjajah Inggris, Muslim di daerah
perbatasan mengungsi ke wilayah Terai. Sejak saat itu, Muslim tunduk pada
Undang-Undang Kerajaan Nepal Tahun 1853 sebagai warga negara dengan kasta
terendah. Selain Muslim India, banyak pula Muslim dari Tibet yang mendatangi
negara tersebut. Mereka awalnya juga masuk dengan tujuan berdagang dan lama
kelamaan menetap di Nepal. Jumlah mereka semakin banyak pada 1960-an sebagai
akibat gejolak politik di Tibet. Kini,
Muslim Tibet yang ada di Nepal sudah berbaur dengan warga setempat, baik
bahasa, budaya, maupun cara berpakaian mereka sudah seperti orang Nepal.
Umumnya, Muslim keturunan Tibet cukup sukses di Nepal. Hingga saat ini, mereka masih menjalin
hubungan bisnis dengan negeri leluhur, Tibet, dan tentunya dengan Cina yang
kini menguasai Tibet.
Warga Muslim Nepal bersyukur tak ada masjid rusak
akibat gempa
Merdeka.com
- Masjid Jami di Bag Bazaar, Ibu Kota Kathmandu, Nepal itu masih berdiri
tegak. Tak ada dinding terkelupas atau bahkan retak. Aktivitas di sekitar area
masjid sangat ramai. Pertokoan mulai buka, walau madrasah masih tutup. Cara
Irit Pererat Pertemanan dengan Jalan-Jalan"Kami bersyukur, ini semua karena kuasa
Allah," kata, anggota takmir Masjid Jami Nepal Mohammad Rizwan kepada
merdeka.com kemarin.
Rizwan menjelaskan Masjid Jami Nepal ini bangunan yang relatif lebih baru.
Renovasi besar masjid ini terakhir dilakukan pada 1995. Tapi hanya berjarak 600 meter, ada Masjid
Khasmiri Taqiya yang dekat Universitas Tri Chandra. Masjid itupun tidak
mengalami kerusakan apapun. Padahal tempat ibadah itu sudah dibangun sejak 1524
Masehi.
"Ada beberapa
masjid di seputaran Kathmandu. Sebagian besar berusia lebih dari 100 tahun dan
tidak ada yang rusak," kata Rizwan. Di Lalitpur, masjid jami masih berdiri
tegak. Demikian pula masjid di Kota Bharatpur, Distrik Chitwan. Merujuk sensus
terakhir, ada 1,1 juta penganut ajaran Islam di Nepal, urutan ketiga setelah
Hindu dan Buddha. Itu mencakup sekitar 10 persen total populasi di negara
lereng Pegunungan Himalaya tersebut. Kebanyakan adalah warga India keturunan
etnis urdu.
Rizwan menyatakan
setelah gempa 7,8 skala richter melanda pada 25 April lalu, takmir seluruh
masjid langsung berkumpul. Mereka mencari info adakah warga muslim yang jadi
korban. Ternyata di seputar Kathmandu hanya ada dua warga tewas dan belasan
cedera. Tapi mayoritas keluarga muslim selamat.
Oleh sebab itu, kini
Masjid Jami menjadi pusat pengiriman bantuan logistik untuk korban lindu.
Mayoritas adalah beras, air bersih, dan makanan siap saji. Tiga truk hilir
mudik mengangkut logistik sepanjang kunjungan merdeka.com. "Ini
bantuan yang datang dari komunitas muslim Nepal. Kami mengirim ke manapun warga
membutuhkan, " kata Rizwan.
Pria 40 tahun ini pun mengkritik derasnya bantuan gempa Nepal, tapi mengedepankan bendera lembaga masing-masing. Dia menyatakan bantuan masjid jami bahkan tidak ditempeli stiker. "Kami tidak memotret bantuan, kami yakin Allah telah mencatatnya."
Pria 40 tahun ini pun mengkritik derasnya bantuan gempa Nepal, tapi mengedepankan bendera lembaga masing-masing. Dia menyatakan bantuan masjid jami bahkan tidak ditempeli stiker. "Kami tidak memotret bantuan, kami yakin Allah telah mencatatnya."
Nepal Memanas :
Pembunuhan Berantai Atas Tokoh Tokoh Muslim di Negara Mayoritas Hindu
Pembunuhan seorang anggota
parlemen Muslim di Nepal ini memicu kemarahan Muslim di Nepal, di tengah
tuduhan menargetkan Muslim di negara Asia yang bermayoritas Hindu.
“Tampaknya bahwa setiap kali ada seorang
muslim akan populer, atau mencapai posisi tinggi di negara ini, nasib mereka
akan terbunuh,” kata Mohammed Nizamuddin, wakil-ketua Asosiasi Muslim Nepal,
dalam sebuah kampanye di Kalyanpur di selatan- Nepal timur dikutip oleh harian
The Hindu pada Rabu kemarin, 22 Mei.
Parlemen Muslim Sadrul Miya Haque
ditemukan tewas di rumahnya , informasi dari salah satu karyawannya, Selasa 21
Mei. Polisi mengatakan anggota Majelis Konstituante itu telah digorok oleh
penyerang tak dikenal. “Kami tidak berpikir, untuk saat ini, bahwa pembunuhan
itu karena alasan perampokkan,” kata Kesh Bahadur Shahi, sebuah DIG pada Biro
Investigasi Pusat.
“Tapi kami pikir pembunuh mungkin
seseorang yang dikenalnya.”
Pembunuhan mengerikan itu telah memicu
protes marah dari komunitas Muslim di negara Asia. Pemrotes Muslim meminta
pemerintah untuk menyelidiki pembunuhan untuk membawa pelaku ke pengadilan. Pembunuhan itu terjadi secara beruntun
setelah Faizal Ahmed, sekretaris jenderal Islam Sangh Nepal, dibunuh di siang
hari bolong di jantung ibukota. Dan diikuti pula pembunuhan terhadap tokoh
pengusaha media , seorang Muslim , Jamim Shah. Para pemimpin Muslim mengatakan
bahwa Muslim Nepal sangat terkait erat dengan situasi konflik antara mayoritas
Muslim Pakistan dan India.
“Muslim Nepal mendapatkan dampak yang
serius dari harga konflik antara India dan Pakistan,” kata Nizamuddin. Menurut
CIA World Fact Book, Muslim merupakan 4,2 persen dari 28 juta populasi Nepal. Nepal
adalah negara berasas agama Hindu di dunia hingga tahun 2006 , setelah
itu parlemen merubah konstitusi Hindu dan menyatakan Nepal menjadi sebuah
negara sekuler. Sebagian besar Muslim
Nepal hidup di dataran selatan di perbatasan dengan India.
Sumber Era Muslim.
Muslim Dunia Kirim Bantuan bagi Korban Gempa di Nepal
DDHK News, Kairo — Lembaga-lembaga
kemanusiaan Islam di seluruh dunia dengan sigap mengirimkan bantuan bagi korban
gempa di Nepal. Sekitar 2.000 jiwa dilaporkan tewas akibat gempa Sabtu
(25/4/2015).
Dompet Dhuafa (DD) dari Indonesia termasuk
yang segera menerjunkan tim bantuan kemanusiaan. Angkatan Udara Pakistan,
Pakistan Air Force (PAF), menerbangkan empat peswat guna menyalurkan bantuan
makanan dan medis, termasuk membawa dokter dan spesialis.
Malaysia menyatakan segera mengirimkan 30
anggota Special Malaysia Disaster Assistance and Rescue Team (Smart) dan 20
dokter. Pemerintah Turki mengirimkan
sedikitnya 40 ahli pencarian dan penyelamatan (SAR). Palang Merah Turki,
Tim Pencarian GEA, dan Yayasan Kemanusiaan IHH juga mengirimkan bantuan. Bantuan kemanusiaan juga datang dari Uni
Emirat Arab dan sejumlah negara Muslim lainnya. Menurut CIA World Fact Book,
meski merupakan negara Hindu, kaum Muslim di Nepal mencapai 4.2 persen dari 28
juta penduduk. Mayoritas Muslim Nepal tinggal di kawasan selatan yang
berbatasan dengan India. (mel/onislam.net/ddhongkong.org).
Muhammadiyah kirim
Dokter Specialis ke Nepal
Muhammadiyah
menunjukkan diri sebagai organisasi yang concern pada masalah
kemanusiaan. Tak berselang lama dengan terjadinya gempa Nepal pada Sabtu (25/4)
lalu, Muhammadiyah pada hari Rabu (29/4) kemarin mengirimkan tim pertama yang
akan melakukan misi kemanusiaan di Nepal.
Tim
yang berangkat atas nama program MuhammadiyahAID ini berjumlah 3 orang. Tim
terdiri dari dr. Meidy Ferdianto, Sp.OT, dokter spesialis ortopedi, dr.
Indragiri SpAn, dokter spesialis, serta seorang perawat anestesi. Program ini
merupakan program kerja kemanusiaan untuk luar negeri yang dilakukan oleh
Muhammadiyah lewat Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) serta
LazisMU.
Tim
dari Muhammadiyah merupakan bagian dari delegasi Republik Indonesia untuk
bantuan kemanusiaan korban Gempa Nepal. Tim ini bersama tim yang lain seperti
dari BNPB serta Tim Kesehatan TNI terbang menggunakan pesawat Boeing 737 milik
TNI AU dari Bandara Halim Perdanakusuma dan transit di Aceh kemudian menuju
Kathmandu.
Dikutip
muhammadiyah.or.id, Budi Setiawan Ketua MDMC menyatakan bahwa komitmen
Muhammadiyah membantu korban bencana gempa di Nepal merupakan wujud komitmen
warga Muhammadiyah terhadap pengamalan ke-Islaman. Hal ini khususnya adalah
konsep semangat Al-Ma’un yang menjadi dasar keterpanggilan Muhammadiyah untuk
bersama memecahkan masalah kemanusiaan dimanapun juga.
“Kalau
ketika kita menghadapi gempa bumi Yogyakarta 2006, Tsunami Aceh 2004 dan
bencana lainnya kita dibantu oleh seluruh warga dunia, Muhammadiyah merasa
bahwa kejadian bencana dimanapun juga memanggil rasa kemanusiaan kita untuk
berbuat,” terang Budi.
Selain
itu, program MuhammadiyahAID dijadwalkan pada hari Jumat (1/5) besok akan
kembali mengirimkan tim kedua serta membawa bantuan berupa 400 buah selimut
bagi korban bencana gempa Nepal. [islamaktual]
Hukum Berdakwah, Dipenjara 3 Tahun Di
Nepal, Namun Umat Islam...
Dari: Ibnu Hasytm.blogspot.com.
Berita dari Nepal: Azan zohor terdengar di tengah cuaca terik kawasan Ratnapur, Kathmandu, Nepal. Termometer menunjukkan suhu 32 darjah.Bahkan bagi penduduk kawasan tropika, cuaca ini amat menyeksa akibat kombinasi debu dan panas yang kering.
Tapi jamaah tetap berdatangan ke Masjid Jami Nepal. Deretan saf yang tadinya kosong, tiba-tiba terisi hingga separuhnya. Warga sekitar dari etnik Urdu, pasukan sukarelawan mangsa gempa dari pelbagai negara, mahupun musafir lain segera menunaikan solat. Selepas empat rakaat, belasan anggota jamaah tabligh asal Pakistan mengumumkan diskusi keagamaan. Sementara jamaah lain meneruskan aktiviti masing-masing. "Ini keadaan masjid kami setiap hari, dengan atau tanpa adanya sukarelawan. Kalau salat Jumat, bangunan Masjid Jami pasti tidak boleh menampung umat sehingga ibadah sampai di luar," kata Pengurus Takmir Masjid Jami Nepal Mohammad Rizwan kepada merdeka.com kelmarin.
Berita dari Nepal: Azan zohor terdengar di tengah cuaca terik kawasan Ratnapur, Kathmandu, Nepal. Termometer menunjukkan suhu 32 darjah.Bahkan bagi penduduk kawasan tropika, cuaca ini amat menyeksa akibat kombinasi debu dan panas yang kering.
Tapi jamaah tetap berdatangan ke Masjid Jami Nepal. Deretan saf yang tadinya kosong, tiba-tiba terisi hingga separuhnya. Warga sekitar dari etnik Urdu, pasukan sukarelawan mangsa gempa dari pelbagai negara, mahupun musafir lain segera menunaikan solat. Selepas empat rakaat, belasan anggota jamaah tabligh asal Pakistan mengumumkan diskusi keagamaan. Sementara jamaah lain meneruskan aktiviti masing-masing. "Ini keadaan masjid kami setiap hari, dengan atau tanpa adanya sukarelawan. Kalau salat Jumat, bangunan Masjid Jami pasti tidak boleh menampung umat sehingga ibadah sampai di luar," kata Pengurus Takmir Masjid Jami Nepal Mohammad Rizwan kepada merdeka.com kelmarin.
Kini muslim dapat beribadah
secara selesa. Kerajaan Nepal membenarkan mereka mengumandangkan azan,
rehat untuk solat Jumaat, serta merayakan Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari
raya nasional. "Keselesaan beribadah ini belum lama
terjadi," kata Rizwan.
Umat muslim di Nepal punya
sejarah panjang yang kelam. Di negara majoriti Hindu dan Buddha itu,
rombongan penduduk beragama Islam pertama-tama datang dari wilayah Kashmir,
India pada 1482. Raja Ratna Malla menyambut baik kedatangan para saudagar di
kerajaan lereng Pegunungan Himalaya tersebut.
Di era Dinasti Malla, umat muslim
diakui. Banyak yang menetap di Terai (kawasan sempadan) dan Sunsari. Keadaan
berubah pada kepimpinan Perdana Menteri Jung Bahadur bersama Kerajaan Inggeris. Terbit
undang-undang pada 1853 menyatakan umat muslim adalah warga negara dengan kasta
terendah. Tekanan pada muslim
reda pada 1960. Undang-undang diskriminasi itu dicabut, tapi kerajaan Nepal
melarang perpindahan agama dari Hindu ke Islam.
Bila aktif berdakwah,
boleh dipenjara tiga tahun. Rizwan menjelaskan umat muslim mentaati
peraturan tersebut. Imam besar Masjid Jami akan memudahkan bila ada umat
agama lain ingin masuk Islam. Tapi kami tidak akan berdakwah,
ujarnya. Dalam keadaan
tersepit sekalipun, umat muslim di Nepal tetap tumbuh.Warga tempatan yang
bekerja sebagai buruh asing ke Timur Tengah, biasanya tertarik masuk
Islam.
"Di Kathmandu saja kami terdiri atas lebih dari 1,000 ketua keluarga," ungkap Rizwan.
Merujuk bancian terakhir pada 2012, ada 1.1 juta penganut ajaran Islam di Nepal, urutan ketiga setelah Hindu dan Buddha. Itu merangkumi kira-kira 10 peratus jumlah keseluruhan penduduk di negara lereng Pegunungan Himalaya tersebut. Kebanyakan adalah warga India keturunan etnik urdu.
Kedudukan politik umat Islam bertambah baik setelah banyak dari mereka berjaya di bidang perdagangan. Tidak sedikit terlibat politik lalu masuk ke kerajaan Nepal. Selepas gempa 7.8 skala Richter bulan lalu, beruntung hanya segelintir umat muslim menjadi korban. Kini para saudagar, termasuk Rizwan, aktif mengumpulkan bantuan kepada sesama warga Nepal, berupa beras, makanan siap saji, dan air bersih. "Manusia pada dasarnya sama. Orang dari desa manapun yang perlu akan kami kirimi bantuan," tuturnya.
"Di Kathmandu saja kami terdiri atas lebih dari 1,000 ketua keluarga," ungkap Rizwan.
Merujuk bancian terakhir pada 2012, ada 1.1 juta penganut ajaran Islam di Nepal, urutan ketiga setelah Hindu dan Buddha. Itu merangkumi kira-kira 10 peratus jumlah keseluruhan penduduk di negara lereng Pegunungan Himalaya tersebut. Kebanyakan adalah warga India keturunan etnik urdu.
Kedudukan politik umat Islam bertambah baik setelah banyak dari mereka berjaya di bidang perdagangan. Tidak sedikit terlibat politik lalu masuk ke kerajaan Nepal. Selepas gempa 7.8 skala Richter bulan lalu, beruntung hanya segelintir umat muslim menjadi korban. Kini para saudagar, termasuk Rizwan, aktif mengumpulkan bantuan kepada sesama warga Nepal, berupa beras, makanan siap saji, dan air bersih. "Manusia pada dasarnya sama. Orang dari desa manapun yang perlu akan kami kirimi bantuan," tuturnya.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
nice info
ReplyDelete