Islam di Korea Selatan

No comments


Seperti Apa Populasi Muslim di Korea Selatan
By Tabayyum News - January 19, 2016
Seperti Apa Populasi Muslim di Korea Selatan
Oleh: Fadh Ahmad Arifan
Di negeri gingseng, diantara 50 juta penduduknya, terdapat komunitas Muslim. Berdasarkan sensus 2005 jumlah populasi Muslim di Korea Selatan mencapai 145.000-160.000 orang. Diperkirakan 50.000 diantaranya adalah penduduk asli Korea, sedangkan sisanya merupakan pendatang dari Indonesia, Malaysia, Pakistan, dan negara-negara di Timur Tengah (Lensa Indonesia Sore di RTV, Juni 2015).
Agama Islam masuk ke dataran Korea saat dinasti Silla masih jaya-jayanya. Akan tetapi, perkembangan Islam stagnan saat dinasti Joseon berkuasa. Warga asli Korsel memeluk Islam lewat jalinan pernikahan dan ada pula karena terpesona dengan gerakan sholat. Muallaf di Korsel yang kebanyakan adalah generasi muda, dalam menerapkan ajaran Islam mereka menghadapi aneka tantangan. Godaan rekan kerja, penolakan keluarga, sulitnya mencari sekolah berbasis islam hingga masalah makanan Halal.
Rekan kerja yang glamour dan suka minum khamr jadi tantangan tersendiri. Dianggap aneh sama rekan kerja bila seorang muallaf tidak meminumnya. Penolakan keluarga cukup membuat “pusing” muallaf Korea. Hanya saja orang tua berlatarbelakang Katholik lebih toleran (baca: menyadari pilihan agama) ketimbang ortu yang berlatarbelakang agama Protestan (program “Jazirah Islam” di Transvision, Desember 2015).
Beralih ke pendidikan agama. Kebanyakan setelah usia 8 tahun, keluarga Muslim di Korsel mendidik anak anaknya berbasis homeschooling. Kala mereka beranjak dewasa, mereka kuliah untuk memperdalam ilmu agama ke Timur tengah, bukan ke Barat.  Bagaimana dengan makanan halal? Tenang saja, soal itu disediakan oleh kedai/restoran khas Turki dan Maroko. Juragannya muslim asli Korea, namun chefnya didatangkan langsung dari Turki. Salah satu menu favorit disana “hot Turkey steak” dan “chicken germech Kebab”.
Masjid-Masjid di Korea selatan
Di Seoul terdapat masjid bernama Seoul Central Mosque, luasnya mencapai 5.000 meter persegi dan mampu menampung 800 jamaah lebih. Masjid ini didirikan pada 21 Mei 1976. Disebut sebut inilah masjid pertama di Korsel. Pendirinya, merupakan komunitas Muslim setempat yang bermukim di Distrik Yongsan. Selain untuk salat, masjidnya juga berfungsi untuk pengajaran agama Islam. Salah satunya, terdapat Prince Sultan Islam School yang mengajarkan kajian Al Quran, hadis Nabi serta ilmu fiqih. Terdapat pula, Islamic Culture Research Institute yang jadi wadah tempat berkumpul umat Muslim se-Korea Selatan (Detik travel, Juni 2015).
Berikutnya adalah Masjid shiratal Mustaqim di kota Ansan. Masjid berlantai empat ini dibangun oleh para pekerja Muslim asal Indonesia. Masjid yang diresmikan tahun 2013 ini menelan dana 500 juta Won. Karena inilah, Muslim asal Indonesia mendapat hak istimewa untuk menggelar kegiatan di lantai empat khususnya tradisi khataman Quran sebulan sekali.
Terakhir adalah masjid al Fatah di Busan. Berdiri tahun 1980 dan direnovasi oleh pemerintah Turki pada tahun 2012. Masjid ini direnovasi agar bisa menampung lebih banyak jamaah. Masjid ini rutin mengadakan sholat jumat yang dihadiri 160-an jamaah dari berbagai penjuru kota. Di masjid al Fatah tersedia kelas bahasa Korea dan koperasi. Koperasi al Fatah menjual pakaian muslim, majalah dan buku buku keislaman (Muslim Travelers di NET TV, Juli 2014).
Sama halnya dengan di Perancis dan Singapura, adzan dengan pengeras suara dilarang. Membaca al-Quran di tempat umum termasuk di kedai tidak dilarang. Muslim Korea punya tradisi mencium mushaf al Quran usai membacanya. Wallahu’allam bishowwab.

Kisah Sedih Turis Muslim Diusir dari Masjid
Reporter : Sandy Mahaputra | Selasa, 12 Januari 2016 08:44 
Setelah selesai salat, Harris mengaji. Ketika tengah asyik membaca surat An-Nisa ayat 37 surat, tiba-tiba orang Korea tadi masuk dan menyuruh Harris keluar. "Get Out! We are closing!"
Dream - Banyak yang tidak menyadari bahwa isu 'masjid ditutup' sebenarnya tidak hanya terjadi di negara asing,. Bahkan di Malaysia dan Indonesia juga. Kebanyakan masjid-masjid di kedua negara ini yang mengunci pintu utamanya rapat-rapat, setelah menggelar salat jamaah. Mungkin langkah ini diambil karena ingin menghindari pencurian. Namun bagaimana dengan para musafir yang ingin menunaikan kewajiban mereka?  Wisatawan asal Malaysia, Irshad Harris, membagikan pengalaman sewaktu ingin menunaikan salat Subuh di sebuah daerah di Seoul, Korea Selatan.
Pengalaman Harris sedikit sebanyak membuka mata dan pikiran tentang rumah Allah SWT yang harus selalu terbuka luas untuk umat-Nya. Mudah-mudahan kisah ini menjadi pelajaran buat kita semua Inilah jawabannya kenapa Islam masih tidak berkembang di Korea Selatan. Harris tiba di Seoul Station tepat jam 04:32 pagi dan melanjutkan perjalanan ke Yongsan Station untuk menaruh tas bawaan. Dia memang punya rencana kembali ke stasiun tersebut petang nanti. Setelah menaruh tas bawaan di Yongsan Station, Harris bergegas ke Itaewon Station dengan harapan dapat salat berjamaah Subuh di Masjid taewon.
Setelah berputar-putar di kota Itaewon yang suhunya mencapai -7 derajat Celcius, Harris belum juga menemukan Masjid Itaewon. Hingga jam 07:15, Harris belum juga menemukan masjid hingga bertemu seorang Perempuan Korea yang sepertinya akan berangkat kerja.
" Itaewon Mosque?" , tanya Harris, yang dijawab perempuan itu, " Islam Temple? This way and turn right."
Tepat jam 07:30 Harris sampai di Masjid Itaewon. Tak tahu kenapa dia ingin menangis macam melihat Kabah, mungkin karena sudah terlalu letih dan kedinginan. Dan, di sinilah timbulnya kekecewaan Harris. " Aku punya semangat ingin salat di Masjid Itaewon, bahkan dari Seoul Station aku sudah ambil wudu."  " Satu demi satu anak tangga masjid aku naiki, tak henti-henti mengucap Alhamdulillah. Kemudian terlihat dua orang di depan pintu masjid sedang mengobrol. Seorang warga Korea dan satu lagi seperti orang Pakistan. Mungkin mereka imam dan muazin."  Setelah Harris memberi mereka salam, tiba-tiba salah seorang dari mereka (yang orang Korea) memberitahu bahwa masjid tutup. Harris terkejut.
" Aku katakan 'Subuh prayer'. Dia menjawab 'okay, pray only'. Aku pun melangkah masuk masjid, memang kosong dan yang paling menyenangkan di dalam hangat. Aku lihat ada 2 sajadah di ruang depan, mungkin mereka berdua saja yang salat subuh di masjid pagi ini."  Setelah selesai salat, Harris membuka smartphone dan membaca Alquran, dimulai dari surat An-Nisa ayat 1. Ketika tengah asyik membaca ayat 37, tiba-tiba orang Korea tadi masuk dan menyuruh Harris keluar. Harris mengira itu hanya gurauan, ternyata memang benar disuruh keluar. Harris hanya bisa pasrah, tapi Harris ingin menuntaskan ayat 37 yang tergantung tadi. Sayangnya, tidak bisa. Pria Korea itu mengunci pintu masuk yang paling dekat dengan Harris. Dia juga menarik Harris ke dekat pintu dan dengan nada marah menyuruhnya pergi, " Get Out! We are closing!"
Harris hanya bisa memandang mukanya dan rasa-rasanya ingin pukul pria itu. Harris bahkan tak sempat memasang sepatu karena pria itu terus berteriak 'get out!'
Selesai memasang sepatu dalam Suhu yang dingin itu, Harris melanjutkan kembali perjalanan ke Itaewon Station sambil menyeka air mata. " Akulah orang yang paling kecewa hari ini," katanya. Inilah kekecewaan terbesar Harris terhadap Islam di Korea Selatan. Ternyata, gelar 'Islam Temple' terhadap masjid di Korea merupakan kesalahan besar. Karena masjid memang hanya sekadar kuil di mata rakyat Korea dan tempat wisata. Kebetulan sehari sebelumnya, Harris pergi ke Haedong Yonggusa Temple dan tidak diusir. Dan hari itu, dia pergi ke masjid, dihalau seperti anjing kurap.
Inilah jadinya bila rumah Allah dibuat seperti rumah sendiri, sedang Allah paling senang menerima tamu di rumah-Nya yang bersih lagi suci untuk beribadah. Kita manusia malah mengusir dan melarang orang ke masjid pada waktu-waktu tertentu. Tidak heran orang Korea menyebut masjid Islam Temple.
" Dan bagi aku, inilah salah satu penyebab Islam lambat berkembang di bumi Korea. Bukanlah niatku untuk memperburuk masjid, tetapi sebagai pelajaran juga buat seluruh masjid di Malaysia," katanya.
(Ism, Sumber: mynewshub.cc)
Tantangan Para Muslim di Korea Selatan.
Sumber: Isnanurlaili.blogspot.com
Kalau denger kata Korea Selatan, pasti kalian langsung mikir tentang boyband girlband di Korea Selatan, kan? Kan lagi demamnya Hallyu. Tapi, kali ini saya bukan akan menceritakan kehidupan mereka. Nah, kali ini saya akan mengulas cerita mengenai kehidupan para muslim di Korea Selatan. Gimana sih kehidupan mereka mereka yang beragama Islam di Korea Selatan. Hemm … nggak bisa dibayangin susahnya kaya apa, karena di Korea Selatan itu kan gaya hidupnya sangat berbeda dengan budaya Islam, ya kan?. Menjadi muslim di Korea Selatan itu berarti harus siap jadi minoritas lho, dengan gaya hidup yang terlihat berbeda dari kebiasaan setempat .. nggak mudah jadi muslim di Korea Selatan. Penasaran? : D Semoga bermanfaaaat!~

Tantangan Para Muslim di Korea Selatan.
          Kata “tidak mudah” barangkali belum cukup menjelaskan, jelas salah satu mahasiswa muslim berusia 23 tahun saat diwawancarai sebuah media online Islam, Hasna Bae. Hasna adalah salah satu dari 35 ribu Muslim asli Korea Selatan, dan 200 ribu Muslim imigran pekerja di Korea Selatan, (Wah banyak juga yah!).
            Yu Hyun-il, Presiden Islamic Students Association di Universitas Hankook University, Seoul yang mengatakan bahwa memilih makanan adalah masalah yang paling sulit. “Susah karena tidak bisa makan babi, dan hanya boleh makan daging yang disiapkan dengan cara khusus,” jelasnya. Saat makan di restoran, pilihan makanan terbatas pada sayuran dan ikan. Ketika berkunjung pun, Muslim sering disuguhi makanan yang mengandung unsur babi.
Umar Jung (47) satu – satunya muslim asli Korea di Jeongeup yang ke mana saja selalu membawa makanan dari rumah, karena susah mencari makanan halal kecuali di dekat 10 masjid di negara ini. Larangan meminum alcohol juga menjadi masalah bagi Umar. “Saya tidak pernah lagi diajak teman – teman untuk keluar  dan minum bersama. Kalau saya ikut dengan mereka,  lelaki yang masuk Islam karena berinteraksi dengan Muslim Pakistan yang bekerja di Korea Selatan.
Seorang pengusaha Muslim yang tidak mau disebut namanya, masih minum satu dua gelas alcohol. “Tidak mungkin melakukan bisnis disini tanpa minum,” keluhnya. Budaya minum memang sudah mengakar dalam kehidupan Korea Selatan. Kegiatan kantor, social, bisnis sering diselesaikan dengan minum bersama. Selain masalah minum bersama, kebiasaan shalat lima waktu juga membuat Muslim di Korea mendapat tatapan aneh. “Tidak mudah bagi bagi pekerja Muslim di Korea untuk shalat lima waktu sehari, apalagi mereka yang bekerja di pabrik dengan jam kerja 12 jam sehari,” ungkap Jewel Rana pengurus Masjid Ayang, 20 kilometer selatan Seoul.
Umar pun mengalami hal yang sama. Ia  menggabungkan shalat saat siang karena gerakan sujudnya sering membuat tidak nyaman orang Korea di sekitarnya. Setiap Sabtu, Umar shalat di masjid Raya Seoul yang berjarak 250 km dari rumahnya. “Saya bahagia bisa bertemu saudara seiman dan shalat bersama mereka,” ungkap Umar yang telah 5 tahun memeluk agama Islam tanpa diketahui keluarnya. Walaupun begitu, sampai saat ini kekhawatiran besar Muslim ialah sangka buruk terhadap Islam. Meski sejak sejak peristiwa 9/11 banyak yang menunjukkan ketertarikan terhadap Islam, sebagian besar orang Korea masih awam dengan agama ini.
Hasna menceritakan pengalamannya hingga memeluk Islam. Interaksi pertamanya dengan seorang Muslim ketika ia belajar bahasa Inggris di Amerika Serikat. Saat ingin masuk Islam, orangtua dan keluarga besarnya melarangnya meninggalkan agama Kristen. Mereka menekankan betapa bahayanya Islam dengan mengutip berbagai aksi terror dan kekerasan. Hasna pun menjawab bahwa tindakan kekerasan dan terorisme merupakan tindakan aksi kriminal yang ada di berbagai lapisan masyarakat, tanpa peduli latar belakang agamanya. “Saat ini tanggapan orang terhadap Islam sudah lebih baik. Memang sebagian mencerminkan cenderung tercengang, namun tidak memberikan pertentangan justru muncul rasa ingin tahu,” tutur Hasna.
Kehidupan Muslim di Korea memburuk saat Taliban menangkap 23 warga Korea yang mengunjungi Afghanistan pada 2007 dan membunuh dua orang diantaranya. Masjid diancam serangan bom, polisi pun berjaga setiap saat. Di sisi lain, kejutan ini membuat lebih banyak orang tertarik untuk mengetahui tentang Islam. Lee Ju-hwa, Direktur Departemen Dakwah Federasi Muslim Korea (FMK), menjelaskan, makin banyak orang yang membuka hatinya pada agama ini. “Sebelum ini, forum online penuh dengan tuduhan terhadap Muslim. Sekarang makin banyak yang mencoba melihat secara objektif, hingga sering terjadi debat yang keras dan dalam.”  Walaupun hidup terasa berat bagi Muslim, muallaf Korea mengatakan mereka bangga dengan keputusan untuk masuk Islam. Bahkan Hasna bertekad tak akan menyembunyikan akidahnya saat mencari kerja nanti. “Saya tidak akan bekerja pada perusahaan yang tidak menghormati agama pegawainya.”
~ ~
Eh, kalian tahu nggak actor ganteng Korea Selatan Lee Ki Woo? Tahu dong kalau kalian emang K-poppers. Tenyata ia itu menjadi salah satu dari sekian banyak artis Korea Selatan yang memeluk agama Islam. Setelah memeluk agama Islam ini, Lee Ki Woo bilang kalau dirinya sangat senang masuk Islam dan ia enggak mau melalaikan ibadah shalat dan ibadah puasa lhoo .. Pastinya dong, apalagi kalau pas lagi bulan Ramadhan.
Kelas Agama dan Sekolah Islam
            Karena ketertarikan orang Korea Selatan terhadap agama Islam meningkat drastis pasca 9/11, Masjid Raya Seoul membuka kelas agama. “Karena banyak yang berkunjung ke sini untuk memuaskan keingintahuan mereka tentang Islam, kami mulai mengadakan kuliah umum tentang Islam untuk publik pada akhir pecan,” jelas Abdul Raziq Sohn, Presiden FMK. Masjid Raya Seoul di Itaewon ini menjadi salah satu tujuan local turis lhoo ... (Wah! :D).
            Untuk Muslim sendiri, Kim Hwan-yoon, Direktur Audit dan Inspeksi FMK mengaku persoalan utama saat ini adalah tidak adanya sekolah khusus Muslim di Korea Selatan. “Sulit bagi anak Muslim sekolah di Korea. Mereka diperlakukan seperti orang asing hanya karena mereka Muslim,” kata Kim. Di sekolah yang menyediakan makanan, pilihan jenis makanan, pilihan jenis makanan mereka membuat anak Muslim menjadi pusat perhatian. “Kalau anak kita kirim ke sekolah Internasional, masalahnya tetap ada karena sebagian besar sekolah itu basisnya Kristen,” tambah Kim. Permasalahan ini yang membuat FMK mulai mendirikan sekolah Muslim. Ide tersebut mendapat dukungan yang besar dari komunitas Muslim Korea.
~ ~ ~
~Dengan adanya artikel ini tidak membuat kita berpikiran negatif dong tentang Korea Selatan karena orang Korea sering memandang aneh terhadap agama Islam, tapi sudah terbukti kan, banyak juga Muslim – muslim di Korea Selatan. Nah, temen- temen sebagai sesama Muslim tentunya kita harus mendukung mereka – mereka, para Muslim di Korea Selatan. Hidup mereka di Korea Selatan itu sangat perjuangan lhoo.. Tetep semangat yah buat mereka, semoga dengan perbedaan gaya hidup seorang Muslim dengan kehidupan Korea, tidak membuat para Muslim di Korea goyah dan tetap teguh terhadap Islam. Amiin. Dan semoga, makin banyak Muslim di Korea serta di Negara lainnya :D Tengs~

Source : Majalah “Ummi “

6 Fakta Sejarah Islam di Korea Selatan Abad ke-19 Hingga Kini
Febriyani Frisca, 24 Jun 2015, 15:40 WIB
Ketahui fakta-fakta menarik mengenai Islam di Korea Selatan. (Via: mamahostel.dothome.co.kr)
Bintang.com, Jakarta Di Korea Selatan, agama Islam merupakan agama minoritas. Terhitung tidak sampai 1% populasi umat muslim di sana. Meski begitu, penyebaran Islam di Korea Selatan terbilang tidak mudah, banyak hal yang mesti dilalui sampai agama islam bisa masuk dan berkembang di Korea Selatan seperi sekarang. Berikut fakta-fakta sejarah perkembangan Islam dari abad 19 hingga kini.
Dinasti Joseon
Dinasti Joseon (Via:id.wikipedia.org)
Selama berabad-abad, Korea Selatan dikuasai oleh Dinasti Joseon. Selama dikuasai oleh Joseon, Korea Selatan mengalami kemajuan dalam segala bidang. Sayangnya, kerajaan Joseon yang menguasai Korea Selatan membuat negara gingseng terisolasi dari pengaruh luar. Termasuk agama Islam.


Invasi Jepang
Invasi Jepang (Via: bumirakyat.wordpress.com)
Kejayaan Dinasti Joseon berakhir pada 1910 setelah Jepang melakukan invasi.





Tentara Turki
Tentara Turki (Via:senjatarohani.wordpress.com) Tahun 50-an, Korea Selatan dan Utara mengalami perang besar. Korea Selatan yang berada di bawah naungan PBB kedatangan Tentara Turki untuk membantu mereka. Dari siti, agama Islam berkembang melalui dakwah Tentara Turki. Sejak tahun itu pula, sudah terdapat sekitar 35 ribu muslim di Korea Selatan.


Dukungan Pemerintah
Bantuan Pemerintah (Via:regifauzi.wordpress.com) 1970, pemerintah menghibahkan sebidang tanah di Itaewon, Korea Selatan untuk dijadikan masjid. Atas bantuan negara-negara Islam di dunia, berdirilah Masjid Sentral Seoul pada 1976 yang menjadi tonggak penyebaran agama Islam di Korea Selatan.


Masjid Central Seoul
Masjid Sentral Seoul (Via: al-rayani.blogspot.com)
Masjid Central Seoul menerima kunjungan warga setempat yang ingin mengenal Islam. Saat hari libur pun masjid terbesar di Korea itu kerap menjadi tempar wisata oleh turis lokal maupun internasional.


Abdurrahman Lee
Abdurrahman Lee (Via: youtube.com)
Abdurrahman Lee adalah imam Masjid Central Seoul sejak 2006 hingga kini. Tiap hari Sabtu selepas Ashar, ia membuka kajian agama Islam untuk para mualaf.
Itu dia 6 fakta sejarah Islam di Korea Selatan yang kamu bisa ketahui sebagai umat muslim.

No comments :

Post a Comment