Islam di Amerika
Alina
Mahamel
Muhammad Ali dan Imam Mohamad Joban berbagi cerita
tentang kehidupan muslim di AS di @America, Jakarta, 13 JUni 2014 (Foto:
VOA/Alina)
Islam
adalah agama yang paling pesat perkembangannya di Amerika saat ini. Banyak
media di Amerika yang menyebut Islam sebagai agama masa depan Amerika. JAKARTA — Salah seorang tokoh muslim
Indonesia, Imam Mohamad Joban, berbagi pengalaman hidup sebagai muslim di Amerika,
dalam diskusi kehidupan beragama di Pusat Kebudayaan @america, Jakarta, Jumat
malam (13/6).
“Banyak
media di Amerika yang menyebutkan kalau Islam adalah agama yang paling pesat
penyebarannya di Amerika. Islam adalah agama masa depan di Amerika,” kata Imam
Joban. “Islam mengajarkan kebersihan, tapi dimana kita mendapatkan kebersihan
lebih banyak? Di negara Islam atau justru di Amerika? Islam juga mengajarkan
kita toleransi, disini sebagai seorang da’I, saya pergi ke kampus, penjara dan
gereja disini semua bebas sekali, tidak ada yang menghalangi,” jelasnya. Menurutnya
Islam akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada negara yang menjamin warga
negaranya untuk bebas memilih agama seperti di Amerika. Selain itu menurut Imam
Joban, banyak warga Amerika yang memutuskan untuk masuk Islam, karena perilaku
umat Islam yang mereka nilai sesuai dengan perintah agama. “Jadi banyak orang
Amerika yang masuk Islam karena bertemu dengan muslim yang mereka nilai seperti
Al Quran berjalan,” ungkap Imam Joban.
Imam Mohamad Joban adalah Imam Mesjid Ar Rahmah di Redmond, Washington. Saat ini ia adalah Ketua dari Dewan Fatwa Imam-Imam di AS dan juga seorang pembimbing rohani bagi para tahanan di Dinas Penjara Negara Bagian Washington. Muhammad Ali, pengajar Studi Islam di University of California, Riverside,memberikan penjelasan berdasarkan pengalamannya dalam diskusi ini. “Amerika beda dengan Indonesia. Di Amerika, negara tidak boleh mendukung atau melarang suatu agama. Dengan negara netral masyarakat justru berkembang, makanya masyarakat Amerika termasuk yang paling relijius di barat bahkan secara umum lebih relijius jika dibandingkan dengan banyak negara di Eropa,” kata Ali. Faktor lain menurutnya yang membuat jumlah muslim terus meningkat adalah karena Amerika merupakan negara yang terbuka terhadap pendatang. “Maka berbondong-bondonglah orang-orang Islam dari Timur Tengah, Spanyol, Maroko, Mesir, Asia Selatan, India, Pakistan, termasuk Indonesia. Keberadaan imigran ini pengaruhnya sangat besar,” tambahnya.
Imam Mohamad Joban adalah Imam Mesjid Ar Rahmah di Redmond, Washington. Saat ini ia adalah Ketua dari Dewan Fatwa Imam-Imam di AS dan juga seorang pembimbing rohani bagi para tahanan di Dinas Penjara Negara Bagian Washington. Muhammad Ali, pengajar Studi Islam di University of California, Riverside,memberikan penjelasan berdasarkan pengalamannya dalam diskusi ini. “Amerika beda dengan Indonesia. Di Amerika, negara tidak boleh mendukung atau melarang suatu agama. Dengan negara netral masyarakat justru berkembang, makanya masyarakat Amerika termasuk yang paling relijius di barat bahkan secara umum lebih relijius jika dibandingkan dengan banyak negara di Eropa,” kata Ali. Faktor lain menurutnya yang membuat jumlah muslim terus meningkat adalah karena Amerika merupakan negara yang terbuka terhadap pendatang. “Maka berbondong-bondonglah orang-orang Islam dari Timur Tengah, Spanyol, Maroko, Mesir, Asia Selatan, India, Pakistan, termasuk Indonesia. Keberadaan imigran ini pengaruhnya sangat besar,” tambahnya.
Hal ini didukung pula oleh profil muslim yang mayoritas berasal dari
kelas menengah dan terdidik, sehingga pengaruhnya menjadi semakin besar.
“Kebanyakan orang Islam di Amerika bukan orang-orang yang marjinal, artinya
mereka adalah orang berpendidikan, bekerja di lembaga-lembaga tertentu dengan
pendapatan yang lumayan,” kata Muhammad Ali, Pengajar Studi Islam di University
of California, Riverside. Wakil Duta Besar AS untuk Indonesia, Kristen Bauer,
dalam kesempatan tersebut mengatakan agama menjadi bagian penting dalam budaya
Amerika, karena sebagian besar rakyat Amerika merupakan penganut agama yang
taat. Namun fakta yang banyak tidak diketahui adalah 20 dari 50 negara bagian
di Amerika penganut agama terbesar keduanya adalah Islam.
Data terakhir tahun 2011 menyebutkan saat ini di Amerika terdapat 2016 masjid dan California menjadi wilayah dengan jumlah masjid terbesar di Amerika.
Data terakhir tahun 2011 menyebutkan saat ini di Amerika terdapat 2016 masjid dan California menjadi wilayah dengan jumlah masjid terbesar di Amerika.
Saud Anwar, Walikota Muslim di
Amerika
Naratama Rukmananda
Saud Anwar, Walikota South Winsor, Connecticut.
Seorang
imigran asal Pakistan, Dr. Saud Anwar, menjadi walikota di sebuah kota di
negara bagian Connecticut, yang hanya memiliki 100 warga Muslim dari total
penduduk 26.000 orang.
Tahun 1991, seorang peneliti muda asal Karachi,
Pakistan yang baru lulus sekolah kedokteran bernama Saud Anwar datang untuk
belajar medis di Universitas Illinois dan kesehatan masyarakat di Universitas
Yale, New Haven, negara bagian Connecticut, Amerika Serikat.
Baru pertama kali menginjak Amerika, Saud bercita-cita ingin menjadi
dokter ahli yang dapat membantu sesama umat manusia. Dua puluh lima tahun
kemudian, Saud bukan hanya seorang dokter ahli khusus paru-paru dan menjadi
pengajar di universitas Connecticut, tetapi ia juga terpilih sebagai Walikota
South Windsor, sebuah kota di negara bagian Connecticut. Ini merupakan sejarah dalam pemerintahan di
Amerika Serikat, untuk pertama kalinya South Windsor mempunyai Walikota Muslim.
Prestasi Dr. Saud Anwar memimpin kota ini menarik perhatian media dan dunia
politik. Selesai menjabat Walikota, Dr.
Saud Anwar langsung dicalonkan menjadi wakil rakyat Connecticut yang akan
membuka jalan menjadi pemimpin di negara bagian ini. Saud Anwar -- yang menguasai lima bahasa yaitu
bahasa Inggris, Urdu, Hindi, Sindhi dan Punjabi -- saat ini tinggal bersama
keluarganya dan mempunyai dua anak laki-laki. Di tengah kesibukannya, Saud
menyempatkan diri untuk diwawancara oleh Program Director VOA Indonesia,
Naratama.
Saud Anwar,
Walikota South Windsor, Connecticut bersama Program Director VOA Naratama.
VOA: Assalamualaikum, apa kabar Walikota Saud Anwar?
Saud Anwar: Waalaikumsalam brother Nara. Saya baik.
Anda adalah seorang dokter, mengapa Anda bersedia
menjadi walikota?
Saya dokter ahli khusus untuk penyakit paru-paru, dan juga dokter di
ruang darurat. Saya melihatnya sebagai kesempatan untuk melakukan perubahan
khususnya dari sisi kesehatan, untuk membangun kehidupan masyarakat yang lebih
baik. Beberapa kali saya menemui pasien saya yang tidak mampu membayar biaya
pengobatan, dan saya melihat banyak yang bisa dilakukan agar penyakit tersebut
tidak menyebar. Sudah saatnya saya menjadi bagian dari kebijakan dan terus
mencoba melakukan perubahan bagi masyarakat.
Mayoritas populasi di kota ini adalah warga
non-Muslim, bagaimana mereka memilih Anda menjadi walikota?
Ini
adalah suara komunitas. Benar sekali, kami adalah komunitas kecil di kota ini.
Hanya sedikit orang yang berpenampilan etnis (Asia/Pakistan) atau Muslim
seperti saya. Dari jumlah penduduk
sekitar 26.000 orang, hanya sekitar 100 orang Muslim. Tapi komunitas ini tidak
pernah melihat dari sisi itu. Mereka tidak melihat latar belakang agama Anda. Mereka hanya melihat apakah anda bisa
melakukan perubahan kehidupan yang lebih baik. Dan juga, bagaimana Anda
mempunyai komitmen yang kuat untuk melakukan itu, sesuai dengan pengalaman
Anda. Ini adalah hal yang sangat spesial di kota ini.
Akhir-akhir ini cukup banyak media yang menyudutkan
Islam. Apakah hal ini mempengaruhi Anda?
Ini
bukan masalah. Saya melakukan pekerjaan terbaik untuk kota saya. Beberapa media
datang menemui saya dan menanyakan hal-hal tentang agama saya. Lalu apakah saya
mengalami pengalaman buruk sebagai (Walikota) Muslim, juga tentang politik dan
lainnya. Namun saya lebih suka berbicara
tentang bagaimana saya melakukan perubahan di kota South Windsor, meningkatkan
kehidupan yang harmonis, ekonomi yang lebih baik, membuka lapangan pekerjaan
baru dan lain-lain. Memang hal ini kurang menarik untuk media, tapi hal inilah
yang mempengaruhi kehidupan di kota ini.
Dari sekitar 100 warga Muslim di kota ini, mereka
berasal dari mana?
Sangat
beragam. Ada Muslim yang datang dari Afrika, warga kulit putih Amerika, warga
Asia dan komunitas Arab. Kita mempunyai pola kehidupan yang sama dengan
berbagai kota dinegera ini.
Bagaimana pendapat Anda tentang terpilihnya Sadiq Khan
sebagai walikota Muslim pertama di kota London?
Sangat
menarik. Saya sangat senang mendengarnya. Saya mengenal Sadiq Khan dan pernah
bertemu beberapa tahun lalu. Sadiq adalah pembicara yang baik dan sangat
pintar. Saya sangat bangga dengan masyarakat kota London. Saya juga sangat
bangga dengan masyarakat kota South Windsor yang telah memilih pemimpinnya
bukan berdasarkan penampilan atau agama atau hal-hal yang bersifat politik.
Tapi memilih pemimpin berdasarkan kapasitas untuk menjalankan pekerjaan dengan
benar.
Sebagai pemimpin Muslim di Amerika, apakah sesuai
dengan ajaran Islam?
Saud Anwar,
Walikota South Windsor, Connecticut bersama Wakil Presiden AS Joe Biden
Islam
mengajarkan kita untuk mencintai semua umat manusia. Islam mengajarkan kita
untuk berhubungan baik dan menjaga para tetangga kita. Kita tidak akan bisa
masuk surga apabila tetangga kita menderita dan kita tidak peduli kepada
mereka. Agama kita mengajarkan kita
untuk turut bertanggung jawab kepada para tetangga kita, dan mencintai setiap
manusia seperti kita mencintai diri kita sendiri dan keluarga kita. Kalau Anda
mempunyai pemikiran seperti itu maka Anda mempunyai tugas mulia yang harus anda
jalankan.
Kebanyakan
orang menggunakan kepercayaan (agama) mereka untuk menarik garis dan saling
menyakiti, yang melanggar seluruh dasar dari kepercayaan (agama) itu sendiri.
Seringkali agama kita digunakan oleh beberapa negara di dunia untuk memecah
belah, padahal seharusnya digunakan untuk bersatu dan saling mencintai. Bagaimana
anda mencintai Allah SWT tapi anda tidak mencintai ciptaan-Nya? Jadi kalau kita
mencintai Allah, kita harus mencintai seluruh ciptaan-Nya.
Saat Anda berpuasa di bulan Ramadan, bagaimana Anda
menjelaskan kepada kolega Anda?
Semua
orang tahu kalau saya berpuasa. Apalagi berpuasa di musim panas sangat panjang,
buka puasa sangat malam. Pernah suatu kali saya sedang rapat di sore hari, lalu
tiba saatnya buka puasa. Saya hanya sempat makan kurma dan minum air putih dan
melanjutkan rapat.
Apa pendapat Anda tentang Muslim Amerika?
Saya adalah Muslim Amerika, Alhamdulillah. Saya bersyukur dapat
menjalankan kehidupan saya sebagai seorang Muslim, dan bersyukur saya dapat
berinteraksi dengan kepercayaan-kepercayaan (agama-agama) lain. Ini sangat
spesial. Tidak semua tempat di dunia ini di mana saya dapat makan pagi, makan
siang dan makan malam dengan enam komunitas dari berbagai kepercayaan (agama)
lain. Kita dapat tersenyum, tertawa dan hidup berbahagia antar sesama.
Bagaimana pendapat Anda tentang Indonesia?
Saya
mengetahui Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.
Setiap orang Indonesia yang saya temui sangat baik, saling menghormati dan
mempunyai nilai kebudayaan yang sangat kuat. Makanan Indonesia juga sangat
enak. Tapi yang paling penting adalah masyarakat Indonesia hidup dalam
kehidupan yang harmonis, di mana orang-orang dengan beragam latar belakang dan
budaya dapat hidup saling menghormati.
Lalu apa yang akan Anda sampaikan tentang Indonesia
kepada masyarakat Amerika?
Inilah
yang harus diketahui oleh masyarakat Amerika bahwa ada negara lain (Indonesia)
yang mirip dengan Amerika, negara yang menghormati perbedaan (keberagaman) dan
menghormati persamaan.
Anda akan berkunjung ke Indonesia?
Saya
diundang oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi untuk berbicara di World Village
Conference. Saya akan berbicara tentang bagaimana saya mengelola kota South
Windsor hingga kota ini menjadi lebih baik. Saya sangat senang dapat ke
Indonesia. Saya gembira akan bertemu dengan sahabat Indonesia. Saya berharap
dapat berbagi kebahagiaan dan kecintaan pada mereka.
Muhammad Ali Membuat Islam
Lebih Diterima di Amerika
Muhaimin
Jum'at,
10 Juni 2016 − 10:35 WIB Prosesi pemakaman legenda tinju dunia,
Muhammad Ali. | (Reuters)
LOUISVILLE - Jenazah legenda tinju dunia,
Muhammad Ali, dimakamkan hari Kamis waktu Amerika Serikat (AS) atau hari ini
(10/6/2016) WIB di Freedom Hall. Orang-orang AS menjuluki Ali sebagai pahlawan
Muslim karena dia telah membuat Islam lebih diterima di AS.
Prosesi pemakaman Ali dilangsungkan secara Islam menggunakan bahasa Arab. Selain tenar di dunia tinju, Ali dikenal sebagai aktivis kemanusiaan. Ali meninggal dunia di rumah sakit Arizona di usia 74 tahun Jumat pekan lalu.
Prosesi pemakaman Ali dilangsungkan secara Islam menggunakan bahasa Arab. Selain tenar di dunia tinju, Ali dikenal sebagai aktivis kemanusiaan. Ali meninggal dunia di rumah sakit Arizona di usia 74 tahun Jumat pekan lalu.
”Sesuatu
yang solid, sesuatu yang besar, indah dan meneguhkan hidup telah meninggalkan
dunia ini,” kata Sherman Jackson, seorang sarjana Muslim di University of
Southern California, seperti dikutip Reuters. Menurut Jackson, Ali
dipaksa menyerah ketika dia berada di puncak karirnya sebagai petinju dunia
karena menolak meyalani militer AS selama Perang Vietnam. Menolak perang
menjadi sikap Ali yang kemudian mendedikasikan diri sebagai aktivis
kemanusiaan.
Selain anti-perang, Jackson memuji Ali karena memperjuangkan warga kulit hitam AS setelah gerakan hak-hak sipil tahun 1960-an. Reuters yang mengutip orang-orang yang menghadiri pemakaman Ali menyebut sosok Ali layak menjadi pahlawan Muslim AS karena membuat Islam lebih dapat diterima di negeri Paman Sam. Ali berbaring di peti mati yang ditutupi dengan kain warna hitam dan emas.
Selain anti-perang, Jackson memuji Ali karena memperjuangkan warga kulit hitam AS setelah gerakan hak-hak sipil tahun 1960-an. Reuters yang mengutip orang-orang yang menghadiri pemakaman Ali menyebut sosok Ali layak menjadi pahlawan Muslim AS karena membuat Islam lebih dapat diterima di negeri Paman Sam. Ali berbaring di peti mati yang ditutupi dengan kain warna hitam dan emas.
Presiden AS, Barack Obama,
yang sebelumnya sudah mengkonfirmasi tidak bisa menghadiri prosesi pemakaman
Ali mem-posting salinan buku yang berisi kekagumannya pada sosok
Muhammad Ali. “GOAT: A Tribute to Muhammad Ali,” judul buku yang
dipamerkan Obama. Presiden AS ini juga memamerkan sepasang sarung tinju yang
ditandatangani Ali. ”Ini sangat langka
di mana sosok yang menangkap imajinasi dari seluruh dunia,” kata Obama.
"Dia adalah salah satu dari sosok dan dalam buku saya dia akan selalu
menjadi yang terbesar.” Tokoh-tokoh
dunia, termasuk mantan Presiden AS Bill Clinton, Presiden Turki Tayyip Erdogan
dan komedian Billy Crystal sebelumnya dijadwalkan menghadiri acara penghormatan
terakhir untuk Muhammad Ali.
Islam akan Jadi Agama Terbesar Kedua di Amerika
Red: Ilham
AP/Mark Lennihan
Warga muslim Amerika Serikat di
kawasan Brooklyn, New York.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baru-baru ini Pew
Research Center merilis hasil penelitian mereka mengenai prediksi populasi
Muslim di Amerika Serikat. Mereka memprediksikan sebelum tahun 2040 Islam
menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen di AS. Pew Research Center memperkirakan ada sekitar
3,3 juta Muslim dari segala usia yang tinggal di Amerika Serikat pada 2015. Ini
berarti bahwa umat Islam terdiri sekitar satu persen dari total penduduk
Amerika Serikat (sekitar 322 juta orang pada tahun 2015). Dan angka itu akan
berlipat pada tahun 2050.
Perkiraan tersebut didasarkan pada proyeksi demografis dalam pertumbuhan
populasi Muslim di Amerika sejak 2011. Mereka mengamati seluruh umat Muslim
baik dewasa maupun anak-anak. Penelitian mereka menggunakan data usia,
fertilitas, mortalitas, migrasi, dan mualaf yang mereka ambil dari berbagai
sumber, termasuk survei Muslim Amerika pada tahun 2011. Muslim di Amerika tidak merata, terdapat
beberapa negara bagian yang populasi Muslimnya dua atau tiga kali lebih banyak
dari rata-rata per kapita usia dewasa nasional. Negara bagian tersebut misalnya
New Jersey.
Terdapat perdebatan dalam melihat
populasi Muslim di Amerika, mengenai jumlah imigrasi Muslim di sana. Hal itu
disebabkan karena Biro Sensus Amerika Serikat tidak mengajukan pertanyaan
tentang agama dalam mensensus penduduk Amerika Serikat. Sehingga tidak ada
perhitungan resmi dari pemerintah mengenai populasi Muslim. Namun, Pew Research
Center mengaku melihat pertumbuhan Muslim di Amerika Serikat cukup stabil sejak
2007. Selain itu, mereka juga memprediksi pertumbuhan populasi Muslim cukup
pesat, lebih cepat daripada pertumbuhan populasi Hindu dan jauh lebih cepat
dari populasi Yahudi dalam beberapa dekade mendatang. Diperkirakan Islam
menjadi agama terbesar kedua setelah agama Kristen sebelum tahun 2040.
Sementara pada tahun 2050 diprediksi populasi Muslim mencapai 8,1 juta orang,
atau 2,1 persen dari total penduduk.
Mereka memprediksi, lebih dari setengah pertumbuhan penduduk Muslim
tersebut pada tahun 2010-2015 akibat imigrasi. Menurut mereka, selama 20 tahun
terakhir telah terjadi peningkatan jumlah imigran Muslim yang tiba di Amerika
Serikat. 10 persen diantaranya merupakan imigran legal, hal itu jauh lebih
sedikit dibandingkan imigran ilegalnya. Pertumbuhan signifikan komunitas Muslim
tersebut, selain karena imigran juga disebabkan karena banyaknya mualaf
beberapa tahun terakhir ini. Satu dari lima Muslim dewasa di sana dilahirkan
dari keluarga agama lain atau tidak beragama.
Tidak hanya itu, populasi Muslim di sana berada pada kisaran usia
rata-rata lebih muda daripada masyarakat umum. Sehingga, jumlah yang lebih
besar akan segera tiba ketika mereka mulai berkeluarga dan memiliki keturunan.
Sejarah Islam di Amerika Tentang Suku Indian Muslim Sebelum Columbus
Ternyata sebelum kedatangan Christoper Columbus
(yang katanya penemu benua Amerika), umat Islam sudah terlebih dahulu
menemukannya. Sebuah fakta yang tak terbantahkan lagi jika umat Islam sudah
lebih dulu berada di daratan luas yang kini bernama Amerika, jauh beberapa abad
sebelum kedatangan Columbus yang meng-klaim sebagai penemu Amerika. Fakta yang
paling gampang ditemui nama serupa dengan kota suci umat Islam seperti Mecca di
Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota,
Medina di Ohio, Medina di Tennessee, Medina di Texas yang paling besar dengan
penduduk 26,000, Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illinois, Mona di
Utah, dan Arva di Ontario Canada, dan beberapa nama seperti California (Caliph
Haronia), Alabama (Alah Bumnya), Arkansas (Arkan-sah) dan Tennesse (Tanasuh), T
Allah Hassee (Tallahassee), Alhambra, Islamorada dan sekitar 500 nama kota
lainnya berasal dari kata Arab.
Masih penasaran? Silahkan baca lebih lanjut
posting-an dibawah ini.
Distorsi Sejarah Islam Amerika
Sejarah resmi selama ini mengatakan bahwa
Christopher Columbus-lah yang menemukan daratan luas yang kemudian disebut
Amerika. Hal ini ternyata tidak benar. Karena 70 tahun sebelum Columbus
menjejakkan kaki di amerika, daratan yang disangkanya India, Laksamana Muslim
dari China bernama Ceng Ho (Zheng He) telah mendarat di Amerika. Bahkan berabad
sebelum Ceng Ho, pelaut-pelaut Muslim dari Spanyol dan Afrika Barat telah
membuat kampung-kampung di Amerika dan berasimilasi secara damai dengan
penduduk lokal di sana. Penemu Amerika bukanlah Columbus. Penemu Amerika adalah
Umat Islam. Mereka menikah dengan penduduk lokal, orang-orang Indian, sehingga
menjadi bagian dari local-genius Amerika.
Ada sejumlah literatur yang berangkat dari
fakta-fakta empirik bahwa umat Islam sudah hidup di Amerika beberapa abad
sebelum Colombus datang. Salah satunya yang paling popular adalah essay Dr.
Youssef Mroueh, dari Preparatory Commitee for International Festivals to
celebrate the millennium of the Muslims arrival to the Americas, tahun 1996,
yang berjudul “Precolumbian Muslims in America”.
Dalam essaynya, Doktor Mroueh menulis, “Sejumlah
fakta menunjukkan bahwa Muslimin dari Spanyol dan Afrika Barat tiba di Amerika
sekurang-kurangnya lima abad sebelum Columbus. Pada pertengahan abad ke-10,
pada waktu pemerintahan Khalifah Umayyah, yaitu Abdurrahman III (929 – 961M),
kaum Muslimin yang berasal dari Afrika berlayar ke Barat dari pelabuhan Delbra
(Palos) di Spanyol, menembus “samudra yang gelap dan berkabut”. Setelah
menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang
“tak dikenal dan aneh”. Ada kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru
itu, dan mereka inilah kaum imigram Muslimin gelombang pertama di Amerika.”
Granada, benteng pertahanan terakhir ummat Islam
di Eropa jatuh pada tahun 1492. Pada pertengahan abad ke-16 terjadilah
pemaksaan besar-besaran secara kejam terhadap orang-orang Yahudi dan Muslimin
untuk menganut agama Katholik, yang terkenal dalam sejarah sebagai Spanish
Inquisition. Pada masa itu keadaan orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam
sangat menyedihkan, karena penganiayaan dari pihak Gereja Katolik Roma yang
dilaksanakan oleh inkuisisi tersebut. Ada tiga macam sikap orang-orang Yahudi
dan orang-orang Islam dalam menghadapi inkusisi itu:
* Pertama, yang tidak mau beralih agama.
Akibatnya mereka disiksa kemudian dieksekusi dengan dibakar atau dipancangkan
di kayu salib.
* Kedua, beralih agama menjadi Katholik Roma. Mereka itu diawasi pula apakah memang berganti agama secara serius atau tidak. Kelompok orang Islam yang beralih agama itu disebut kelompok Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut kelompok Marrano.
* Ketiga, melarikan diri atau hijrah menyeberang Laut Atlantik yang dahulunya dinamakan Samudra yang gelap dan berkabut. Inilah kelompok imigran gelombang kedua di negeri baru itu.
* Kedua, beralih agama menjadi Katholik Roma. Mereka itu diawasi pula apakah memang berganti agama secara serius atau tidak. Kelompok orang Islam yang beralih agama itu disebut kelompok Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut kelompok Marrano.
* Ketiga, melarikan diri atau hijrah menyeberang Laut Atlantik yang dahulunya dinamakan Samudra yang gelap dan berkabut. Inilah kelompok imigran gelombang kedua di negeri baru itu.
Penganiayaan itu mencapai puncaknya semasa Paus
Sixtus V (1585-1590). Sekurang-kurangnya ada dua dokumen yang menyangkut
inkusisi ini. Yang pertama, Raja Spanyol Carlos V mengeluarkan dekrit pada
tahun 1539 melarang penduduk bermigrasi ke Amerika Latin bagi keturunan
Muslimin yang dihukum bakar dan dieksekusi di kayu sula itu. Yang kedua dekrit
itu diratifikasi pada 1543, dan disertai perintah pengusiran Muslimin keluar
dari jajahan Spanyol di seberang laut Atlantik. Ini adalah bukti historis
adanya imigran Muslimin gelombang kedua sebelum tahun 1543 (dekrit kedua). Ada
banyak literatur yang membuktikan adanya kehadiran Muslimin gelombang pertama
ke Amerika jauh sebelum zaman Columbus. Bukti-bukti itu antara lain:
* Abul-Hassan Ali Ibnu Al-Hussain Al-Masudi
merupakan seorang pakar sejarah dan geografi yang hidup dari tahun 871-957 M.
Dalam karyanya yang berjudul “Muruj adh-dhahab wa maad aljawhar” (Hamparan Emas
dan Tambang Permata), Abu Hassan menulis bahwa pada waktu pemerintahan Khalifah
Abdullah Ibn Muhammad (888-912), penjelajah Muslim Khasykhasy Ibn Sa’ied Ibn
Aswad dari Cordova-Spanyol, telah berlayar dari Delba (Palos) pada 889,
menyeberang Samudra yang gelap dan berkabut dan mencapai sebuah negeri yang
asing (al-ardh majhul) dan kembali dengan harta yang mentakjubkan. Pada peta
Al-Masudi terbentang luas negeri yang disebutnya dengan al-ardh majhul.
[Al-Masudi: Muruj Adh-Dhahab, Vol. 1, P. 1385]
* Loe Weiner, pakar sejarah dari Harvard University, dalam bukunya “Africa and the Discovery of America” (1920) menulis bahwa Columbus telah mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar seluas Karibia, Amerika Tengah dan Utara, termasuk Canada. Mereka berdagang dan telah melakukan asimilasi perkawinan dengan orang-orang Indian dari suku Iroquois dan Algonquin.
* Geografer dan pembuat peta bernama Al-Syarif Al-Idrisi (1099- 1166) menulis dalam bukunya yang terkenal Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaaq (Ekskursi dari yang Rindu Mengarungi Ufuq) bahwa sekelompok pelaut dari Afrika Utara berlayar mengarungi Samudra yang gelap dan berkabut dari Lisbon (Portugal) dengan maksud mendapatkan apa yang ada di balik samudra itu, betapa luasnya dan di mana batasnya. Mereka menemukan pulau yang penghuninya bercocok tanam dan telah mempergunakan bahasa Arab.
* Columbus dan para penjelajah Spanyol serta Portugis mampu melayari menyeberang Samudra Atlantik dalam jarak sekitar 2400 km, adalah karena bantuan informasi geografis dan navigasi dari peta yang dibuat oleh pedagang-pedagang Muslimin, termasuk informasi dari buku tulisan Abul Hassan Al-Masudi yang berjudul Akhbar az-Zaman. Tidak banyak diketahui orang, bahwa Columbus dibantu oleh dua orang nakhoda Muslim pada waktu ekspedisi pertamanya menyeberang transatlantik. Kedua kapten Muslim itu adalah dua bersaudara Martin Alonso Pinzon yang menakodai kapal Pinta, dan Vicente Yanez Pinzon yang menakodai kapal Nina. Keduanya adalah hartawan yang mahir dalam seluk-beluk perkapalan, membantu Columbus dalam organisasi ekspedisi itu, dan mempersiapkan perlengkapan kapal bendera Santa Maria. Bersaudara Pinzon ini masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan Abuzayan Muhammad III (1362-66), Sultan Maroko dari dinasti Marinid (1196-1465). (Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York 1950)
.
* Para antropologis telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Dari prasasti itu diperoleh keterangan bahwa imigran itu membawa juga gajah dari Afrika. (Winters, Clyde Ahmad: Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, July 1977, p.60)
* Para antropologis telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Dari prasasti itu diperoleh keterangan bahwa imigran itu membawa juga gajah dari Afrika. (Winters, Clyde Ahmad: Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, July 1977, p.60)
* Columbus menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober 1492, sementara ia berlayar dekat Gibara pada bagian tenggara pantai Cuba, Columbus menyaksikan masjid di atas puncak bukit yang indah. Reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta tulisan ayat Al Quran telah didapatkan di berbagai tempat seperti Cuba, Mexico, Texas, dan Nevada. (Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York 1950)
* Dr. Barry Fell dari Harvard University menulis bahwa fakta-fakta ilmiah telah menunjukkan bahwa berabad-abad sebelum Columbus, telah bermukim kaum Muslimin di Benua Baru dari Afrika Utara dan Barat. Dr. Fell mendapatkan adanya sekolah-sekolah Islam di Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe, dan Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana) dalam tahun-tahun 700-800. (FellL, Barry: Saga America, New York, 1980] dan GYR,DONALD: Exploring Rock Art, Santa Barbara, 1989).
Jejak Peninggalan Muslim Amerika
Di sekujur benua Amerika kita akan bisa
mendapatkan jejak-jejak umat Islam gelombang pertama dan kedua, jauh sebelum
kedatangan Columbus. Lihat peta Amerika hari ini buatan Rand McNally dan
cermati nama-nama tempat yang ada di Amerika. Di tengah kota Los Angeles
terdapat nama kawasan Alhambra, juga nama-nama teluk El Morro dan Alamitos,
serta nama-nama tempat seperti Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Alcazar,
Alameda, Alomar, Almansor, Almar, Alva, Amber, Azure, dan La Habra.
Di bagian tengah Amerika, dari selatan hingga
Illinois terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon, dan
Tullahoma. Di negara bagian Washington misalnya, terdapat kota Salem. Lalu di
Karibia (ini jelas kata Arab) dan Amerika Tengah misalnya ada nama Jamaika,
Pulau Cuba (berasal dari kata Quba?) dengan ibukotanya La Habana (Havana),
serta pulau-pulau Grenada, Barbados, Bahama, dan Nassau.
Di Amerika Selatan terdapat nama kota-kota
Cordoba (di Argentina), Alcantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina).
Nama-nama pegunungan Appalachian (Apala-che) di pantai timur dan pegunungan
Absarooka di pantai barat. Kota besar di Ohio pada muara sungai Wabash yang
panjang dan meliuk-liuk bernama Toledo, satu nama universitas Islam ketika
Islam masih berjaya di Andalusia, Spanyol.
Menurut Dr. Youssef Mroueh, sekarang saja
terdapat tidak kurang dari 565 nama tempat di Amerika Utara, baik di negara
bagian, kota, sungai, gunung, danau, dan desa yang diambil dari nama Islam
ataupun nama dengan akar kata bahasa Arab. Sebanyak 484 di Amerika Serikat dan
81 di Canada. Ini merupakan bukti yang tak terbantahkan bahwa Islam telah ada
di sana sebelum Columbus mendarat. Dr. A. Zahoor bahkan menegaskan bahwa nama
negara bagian seperti Alabama, sebenarnya berasal dari kata Allah-bamya, dan
juga nama negara Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah, serta Tennesse dari kata
Tanasuh.
Dr. Mroueh juga menuliskan beberapa nama yang
dicatatnya malah merupakan nama kota suci kita seperti Mecca di Indiana, Medina
di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Medina di Ohio,
Medina di Tennessee, Medina di Texas yang paling besar dengan penduduk 26,000,
Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illinois, Mona di Utah, dan Arva di
Ontario Canada.
Ketika Columbus mendarat di kepulauan Bahama pada
12 Oktober 1492, pulau itu sudah dinamai Guanahani oleh penduduknya. Kata ini
berasal dari bahasa Mandika yang merupakan turunan dari bahasa Arab. Dilaporkan
oleh Columbus bahwa penduduk asli di sini bersahabat dan suka menolong. Guana,
yang hingga hari ini masih banyak dipakai sebagai nama di kawasan Amerika
Tengah, Selatan dan Utara, berasal dari kata Ikhwana yang berarti ’saudara’
dalam bahasa Arab.
Guanahani berarti tempat keluarga Hani
bersaudara. Namun Columbus dengan seenaknya menamakan tempat ini sebagai San
Salvador dan merampas kepemilikan pulau itu atas nama kerajaan Spanyol.
Columbus dalam catatannya menuliskan bahwa pada 21 Oktober 1492 dia melihat
rerunruthan masjid dan menaranya lengkap dengan tulisan ayat-ayat Al Qur’an
telah ditemukan selain di Cuba, juga di Mexico, Texas, dan Nevada.
Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko
dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel
Al-Mazandarani. Kapalnya berangkat dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan
Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307), penguasa keenam dalam dinasti Marinid.
Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr.
Mroeh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.
Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat
yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga
ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari
(1300 – 1384) mencatat berbagai ekpedisi ini dengan cermat. Timbuktu yang kini
dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan
yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang
menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu. Sultan yang tercatat melanglang
buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312),
saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua
kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri
sungai Mississippi.
Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di
Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun
1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua
Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan
dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I (1517). Peta ini menunjukkan
belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan
penggambaran pesisiran Brasil secara akurat.
Indian dan Umat Islam
Beberapa nama-nama suku Indian dan kepala sukunya
juga berasal dari akar kata bahasa Arab, seperti: Anasazi, Apache, Arawak,
Cherokee (Shar-kee), Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi,
Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Kepala suku Indian Cherokee yang
terkenal, Sequoyah yang nama aslinya Sikwoya, merupakan ketua suku yang sangat
terkenal karena beliau menciptakan sillabel huruf-huruf (Cherokee Syllabary)
bagi orang Indian pada tahun 1821. Namanya diabadikan sebagai nama pohon
Redwood yang tertinggi di California, sekarang dapat disaksikan di taman hutan
lindung di utara San Francisco.
Sequoyah Berlainan dengan gambaran stereotip
tentang suku Indian yang selalu mengenakan bulu-bulu burung warna-warni di
kepalanya, seperti yang banyak digambarkan para seniman Barat selama ini,
Sequoyah (lihat gambar) selalu mengenakan sorban. Dia tidak sendirian, masih
banyak ketua suku Indian yang mengenakan tutup kepala gaya orang Islam. Mereka
adalah Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole,
Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Bahkan sebagian dari mereka mengenakan
penutup kepala yang khas Arab seperti ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan
1870 Orang-orang Indian Amerika juga memegang nilai
ketuhanan dengan mempercayai adanya Tuhan yang menguasai seluruh alam semesta
ini, dan Tuhan tersebut tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini
bahwa tugas utama manusia diciptakan oleh Tuhan adalah untuk memuja dan menyembahnya.
Seperti penuturan seorang kepala suku Ohiyesa: ”In the life of the Indian,
there was only inevitable duty -the duty of prayer- the daily recognition of
the Unseen and the Eternal”. Di dalam Al Qur’an, kita diberitahukan bahwa
tujuan penciptaan manusia dan jin adalah semata-mata demi untuk beribadah
kepada Allah SWT.
Ahli sejarah seni Jerman, Alexander Von Wuthenau, dalam buku klasiknya “Unexpected Faces in Ancient America” (1975); serta Ivan Van Sertima dengan buku “They Came Before Columbus” (1976) dan juga mengedit buku “African Presence In Early America” di mana intelektual Perancis abad ke-19 Brasseur de Bourboug di situ mengungkapkan keberadaan orang-orang Islam di Amerika tengah, yang juga didukung essei dari P.V. Ramos dalam buku yang sama tentang keberadaan ‘Mohemmedans’ di Karibia (Carib) yang dijumpai Columbus. Beberapa literature lainnya yang bisa ditelusuri tentang hal yang sama antara lain dari ahli arkeologi dan linguis Howard Barraclough (Barry) Fell berjudul “Saga America” (1980); Colin Taylor (editor) “The Native Americans” (1991); dan orientalis Inggris De Lacy O’Leary yang menulis “Arabic Thought and It’s Place In Western History” (1992).
Ahli sejarah seni Jerman, Alexander Von Wuthenau, dalam buku klasiknya “Unexpected Faces in Ancient America” (1975); serta Ivan Van Sertima dengan buku “They Came Before Columbus” (1976) dan juga mengedit buku “African Presence In Early America” di mana intelektual Perancis abad ke-19 Brasseur de Bourboug di situ mengungkapkan keberadaan orang-orang Islam di Amerika tengah, yang juga didukung essei dari P.V. Ramos dalam buku yang sama tentang keberadaan ‘Mohemmedans’ di Karibia (Carib) yang dijumpai Columbus. Beberapa literature lainnya yang bisa ditelusuri tentang hal yang sama antara lain dari ahli arkeologi dan linguis Howard Barraclough (Barry) Fell berjudul “Saga America” (1980); Colin Taylor (editor) “The Native Americans” (1991); dan orientalis Inggris De Lacy O’Leary yang menulis “Arabic Thought and It’s Place In Western History” (1992).
Salah satu buku yang telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang menerbitkan
hasil penelusurannya, menemukan adanya peta empat buah pulau di Karibia yang
dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuane Pissigano, kartografer
dari Venesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun sebelum Columbus mendarat di
Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian diidentifikasi sebagai Puerto Rico
dan Guadalupe. Menzies juga mengemukakan bahwa Laksamana Zheng He (Ceng Ho),
seorang Lkasamana Cina Muslim, telah mendarat di Amerika pada tahun 1421, 71
tahun lebih awal ketimbang Columbus. Lima abad sebelumnya, Khaskhas Ibn Saeed
Ibn Aswad pun telah menjejakkan kaki di Amerika. Jelas, penemu Amerika sama
seklai bukan Colombus, tetapi para pionir pelayaran dunia, yakni pelaut-pelaut
Islam yang ulung.
(Diambil dari: digest.eramuslim.com – New Jerusalem, Sisi
Amerika Yang Disembunyikan) Referensi:
* CarribeanMuslims.com
– USA Muslims: 7th Century Islamic inscriptions on Nevada rocks
Tiga Bukti Jejak Islam di Amerika
Rep: amri
amrullah/ Red: Damanhuri Zuhri
wordpress.com
Ilustrasi Muslim Afrika saat pertama kali menjejakkan kaki di Benua
Amerika.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON
Banyak bukti sejarah mengungkap jejak-jejak Islam yang telah lebih dahulu hadir di benua Amerika sebelum bangsa Eropa. Namun relasi sejarah Islam di benua Amerika tersebut sengaja ditutupi untuk menghilangkan eksistensi agama Islam pernah berkontribusi besar bagi 'Dunia Baru' hingga dikenal sebagai benua Amerika saat ini.
Banyak bukti sejarah mengungkap jejak-jejak Islam yang telah lebih dahulu hadir di benua Amerika sebelum bangsa Eropa. Namun relasi sejarah Islam di benua Amerika tersebut sengaja ditutupi untuk menghilangkan eksistensi agama Islam pernah berkontribusi besar bagi 'Dunia Baru' hingga dikenal sebagai benua Amerika saat ini.
Beberapa bukti sejarah tersebut ada yang masih bisa ditelusuri secara
literatur, bahkan beberapa diantaranya terukir dengan jelas di bangunan bersejarah
negara Amerika Serikat. Dari jejak literasi dan fisik tersebut menjadi bukti
bahwa Islam tetap mengakar kuat walaupun berbagai upaya dilakukan untuk
menghilangkannya. Jejak ini bisa dilihat
mulai dari Peran penjelajah Muslim yang melakukan penyebrangan ke Dunia Baru,
benua Amerika sebelum Columbus hingga Sosok Nabi Muhammad SAW dan Al Qur'an
yang menjadi salah satu inspirasi hukum konstitusi di Mahkamah Agung AS. Berikut ini tiga hal diantara bukti sejarah
Islam yang terlupakan di Amerika. Pertama, Peta al-Masudi. Peta dunia al-Masudi
dari 956 Masehi, menunjukkan "Tanah tidak Diketahui" melintasi
Atlantik dari di Afrika.
Abu al-Hasan al-Masudi sejarawan muslim dari Andalusia mencatat pada 956 Masehi, terjadi sebuah pelayaran oleh beberapa pelaut Andalusia pada 889 Masehi. Pelayaran berbulan dari Andalusia ke arah barat, mereka akhirnya menemukan sebuah daratan besar di laut. Penemuan daratan tersebut dilanjutkan dengan perdagangan dengan penduduk asli hingga kemudian mereka kembali ke Andalusia. Al-Masudi mencatat lengkap dengan peta bahwa tanah ini berada di seberang lautan, dan menyebutnya sebagai 'Tanah tidak diketahui'. Dengan demikian, jelas teori bahwa yang menemukan Dunia Baru, benua Amerika bukanlah Columbus. Cerita penemuan Columbus tersebut hanya untuk mempertahankan superioritas bangsa Eropa dalam penguasaan pelayaran ke wilayah Dunia Baru.
Abu al-Hasan al-Masudi sejarawan muslim dari Andalusia mencatat pada 956 Masehi, terjadi sebuah pelayaran oleh beberapa pelaut Andalusia pada 889 Masehi. Pelayaran berbulan dari Andalusia ke arah barat, mereka akhirnya menemukan sebuah daratan besar di laut. Penemuan daratan tersebut dilanjutkan dengan perdagangan dengan penduduk asli hingga kemudian mereka kembali ke Andalusia. Al-Masudi mencatat lengkap dengan peta bahwa tanah ini berada di seberang lautan, dan menyebutnya sebagai 'Tanah tidak diketahui'. Dengan demikian, jelas teori bahwa yang menemukan Dunia Baru, benua Amerika bukanlah Columbus. Cerita penemuan Columbus tersebut hanya untuk mempertahankan superioritas bangsa Eropa dalam penguasaan pelayaran ke wilayah Dunia Baru.
Bahkan
setelah pelayaran yang tercatat oleh al-Masudi tersebut terdapat banyak bukti
literasi sejarah, bahwa bangsa Arab, Afrika Barat dan Ottoman telah mengarungi
samudra atlantik sebelum Columbus dan bangsa Eropa masuk ke benua Amerika.
SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI AMERIKA
Diambil dari. Khasanailmu.blogspot.com
Sejarah
Masuknya Islam Ke Amerika Serikat
Para pengamat kemunculan Islam di Amerika Utara
kebanyakan memandang bahwa kedatangan pertama yang sesungguhnnya orang-orang
muslim di Amerika Serikat terjadi pada pertengahan dan akhir abad ke-19. Dan
memang pada saat itulah para imigran muslim yang pertama terutama dari Timur
Tengah mulai datang ke Amerika Utara dengan maksud untuk memperoleh peruntungan
besar ataupun kecil kemudian kembali ke tanah airnya.
Sebagian kini para akademisi berpendapat bahwa selama
hampir dua abad sebelum perjalanan Christopher Columbus di tahun 1492 M,
orang-orang muslim telah melakukan pelayaran dari Spanyol dan sebagian pesisir
barat laut Afrika ke Amerika Utara dan Selatan dan sebagian bahkan ikut menjadi
awak Columbus. Para penjelajah itu konon telah menembus sebagian besar wilayah
Amerika Selatan dan Utara, bergaul dan sebagian menikah dengan orang asli
Amerika Bukti-bukti yang mendukung
pernyataan ini diantara benda-benda peninggalan sejarah (artefak),
tulisan-tulisan dan laporan kisah-kisah para saksi mata. Namun, masih agak
meragukan sehingga teori semacam ini masih berupa dugaan-dugaan belaka.
Tahun 1492 memiliki arti bersejarah tak hanya karena
perjalanan Columbus. Melainkan karena tahun tersebut menandakan berakhirnya
secara resmi kehadiran Islam di semenanjung Iberia yang kini dikenal sebagai
Spanyol dan Portugal. Setelah menikmati pemerintahan yang gemilang pada abad
ke-9 dan ke-10 di Kordoba, dan menguasai kabilah-kabilah di Afrika Utara pada
abad-abad berikutnya, kaum Muslim melihat kejayaan mereka semakin merosot. Pada
tahun 1474 M pasangan suami istri Fernando dari Aregon dan Isabela dari Sevilla
berhasil menyatukan dua kerajaan yang terpisah. Mereka dikenal sebagai raja dan
ratu Katolik berkat jasa-jasa mereka menyatukan kembali seluruh Spanyol di
bawah agama Kristen. Mereka merampas wilayah kekuasaan terakhir kaum muslim di
Granada pada tahun 1492. semenjak berakhirnya abad ke-15 orang-orang muslim
(sering disebut orang Moor) di semenanjung Iberia dipaksa memilih satu
diantara pilihan yang tak menguntungkan yakni berpindah ke agama Kristen,
imigrasi atau hukuman mati. Orang yang memilih pilihan pertama tetap
menjalankan agama mereka secara diam-diam dan tetap mengadakan pertemuan
rahasia umat Islam selama berabad-abad. Sebagian lainnya mencoba memberontak
secara terang-terangan dan akibatnya mereka diusir dari negerinya yang
sebelumnya merupakan satu dari sedikit contoh keharmonisan budaya Islam dan
Kristen. Semakin banyak bukti bermunculan yang
menunjukan bahwa sebagian orang-orang Moor yang dipakwa pergi tersebut berhasil
menuju kepulauan Karibia dan bahkan sebagian lainnya berhasil mencapai bagian
selatan Negara Amerika Serikat masa kini. Para akademisi dari berbagai disiplin
ilmu terus berupaya membuktikan teori-teori tersebut yang dipandang oleh muslim
AS sebagai bukti bahwa bahwa Islam berperan dalam sejarah awal AS. Kemungkinan
adanya hubungan dengan budaya Spanyol yang semacam itu terutama menarik hati AS
keturunan Amerika Latin yang tertarik dengan ajaran Islam.
Hampir pasti bahwa Muslim yang menyeberangi Atlantik
dan juga Pasifik jauh sebelum Columbus mencapai dunia baru. Namun kunjungan ini
sama sekali tidak meningglkan bekas yang yang tidak hilang-hilang. Yang paling
terkenal dari mereka ini adalah Jenderal Estevanio de Azemor yang nama muslimya
tidak diketahui. Muslim. Dia dapat mencapai wilayah New Mexico dan Arizona.
Naumn muslim pertama ini tidak dapat memelihara Islam dalam kalangan
keturunannya. Selama periode yang sama seorang pangeran Mesir dengan nama Nasir
al-Din bergabung dengan Suku Mohawk di daerah yang membentuk negara bagian New
York sekarang. Dia menduduki kedudukan yang sangat tinggi dalam suku ini.
Kaum muslim di Amerika Serikat terdiri dari para
imigran yang dari keturunan Afrika (Afro-Amerika), penduduk Eropa yang masuk
Islam, dan para pendatang sementara (mahasiswa, diplomat dan lainnya).
Komposisi asal-usul mereka adalah: Afrika(42 %); Asia Selatan (India, Pakistan,
Bangladesh (24,4 %));Turki (2,4%); Asia Tenggara (2%); Kulit Putih Amerika (1,6
%); dan lain-lain (6,4 %) termasuk sekitar 5.000 muslim keturunan Spanyol
(Hispanik).
Sebagian besar mereka, sekitar 70 %, tinggal di
sepuluh Negara bagian: California, New York, Illinois, New Jersey, Indiana,
Michigan, Virginia, Texas, Ohio, dan Maryland.
Para imigran muslim datang ke Amerika Serikat dengan
alasan-alasan yang beragam. Gelombang Pertama, imigrasi kaum muslim ke
Negara ini berlangsung pada sekitar tahun 1875, dari wilayah yang saat itu
dikenal sebagai Greater Syria (suriah Besar [kini mencakup Suriah sendiri,
Libanon, Yordania dan palestina]). Merweka pada umumnya miskin keterampilan dan
tidak cukup terdidik, serta sebagian besar petani yang berharap bisa sukses
secara financial di amerika serikat untuk pada suatu saat kembali ke tanah air.
Tetapi, karena kesempatankerja terbatas, mereka terpaksa bekerja sebagai buruh
di pabrik, pelabuhan, dan lainnya.sebagian menetap di wilayah Midwest.
Pengelaan mereka menarik minat rekan-rekan mereka yang lain. Arus migrasi ini
terus berlangsung sampai pada akhir Perang Dunia I.
Gelombang Kedua, menyusul pada tahun 1920-an
untuk kemudian terhenti karena Perang Dunia II. Hukum-hukum imigrasi pada
periode ini agak membatasi. Hanya orang yang berkulit hitam atau Kaukasia saja
yang boleh masuk ke Amerika Serikat. Orang Arab dianggap tidak termasuk ke
dalam dua kategori itu
Gelombang Ketiga, antara pertengahan tahun
1940-an da pertengahan 1960-an berlangsung bersamaan dengan terjadinya berbagai
perubahan penting di luar Amerika Serikat. Kaum muslim yang masuk AS dalam
kategori ini lebih terdidik. Sebagian besar mereka hijrah karena penindasan
politik. Kontingen terbesarnya adalah orang Palestina yang terusir dengan
didirikannya Israel (1948), orang Mesir yang merasa dirugikan oleh kebijakan
nasionalisasi Presiden Gamal Abdul Nasser dan orang Islam Eropa Timur yang
mencoba melarikan diri dari akibat perang Dunia II dan pemerintahan Komunis.
Pada saat yang sama, terutama pada tahun 1960-an berbagai perubahan berlangsung
dalam kebijakan keimigrasian AS. Pasar kerja makin meluas dan Negara ini
membutuhkan kaum imigran yang potensial untuk mengisi pos-pos itu. Di sini
batasan-batasan etnis atau ras diperlonggar.
Gelombang Keempat, berlangsung sekitar tahun
1967 dan masih berlangsung sampai sekarang. Mereka umumnya sangat terdididk dan
fasih berbahasa Inggris. Imigrasi mereka terjasdi dengan berbagai alasan
seperti untuk peningkatan kemampuan profresional dan menghindari penindasan
Pemerintah. Mereka juga ada yang berniat untuk menetap atau mendakwahkan Islam
di Negara ini.
Perkembangan
Agama Islam Di Amerika Serikat
Perkembangan
Islam di AS mulai menampakkan peningkatan kesadaran keislaman untuk memantapkan
landasan sosial serta menyediakan pengajaran bagi anak-anak mereka. Sejumlah
komunitas mulai memandang penting untuk membangun Mesjid dan Pusat Islam
sebagai pengembangan organisasi dan institusi Islam.
1. Pada tahun
1952 lebih dari dua puluh Mesjid membentuk Federasi Perhimpunan Islam (Federation
of Islamic Association, FIA) di AS dan Kanada. Pada puncaknya lima puluh
mesjid menjadi bagian dari FIA.
2. Perhimpunan
Mahasiswa Muslim di AS dan Kanada (MSA) didirikan pada tahun 1963.Organisasi
ini didirikan untuk memberikan pelayanan kepada ratusan ribu mahasiswa muslim
yang datang dari berbagai Negara dan belajar di kampus-kampus di AS.
3. Perhimpunan
Dokter Muslim (The Islamic Medical Association) dibentuk oleh alumni MSA
pada tahun 1967 sebagai wahana bagai professional muslim di bidang kesehatan
untuk saling bertemu dan saling tukar pikiran. Organisasi serupa , Perhimpunan
Ilmuwan dan Insinyur Muslim (The Association of Muslim Scientiss and
Engineers), didirikan pada tahun 1969 dengan tujuan untuk mempromosikan
penelitian ilmiah yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam. Terdapat pula
Perhimpunan Ilmuwan sosial Muslim (The association of Muslim Social
Scientist) yang dibentuk pada tahun 1972 sebagai organisasi yang bersifat
professional, akademik kependidikan dan kebudayaan untuk mempromosikan
pemikiran Islam. Perhimpunan-perhimpunan ini mensponsori jurnal-jurnal tahunan
dan konferensi-konferensi.
4. Pada tahun
1978, DEwan masjid AS didirikan oleh wakil-wakil liga dunia Muslim dengan
keanggotaan 20 masjid.
5. Masyarakat
Muslim Amerika Utara (The Islamic Society of North America, ISNA)
merupakan organisasi induk yang didirikan pada tahun 1982 oleh dewan alumni MSA
yang menetap di Amerika Utara.
Kelompok-kelompok
keagamaaan yang berkembang di AS diantara:
1. Muslim
Syi’ah
Meskipun
mayoritas Muslim yang datang ke AS adalah penganut sunni, terdapat pula
komunitas syi’ah yang cukup besar. Komunits ini mulai memperoleh pengakuan
sebagai bagian tersendiri dari muslim dan dapat teridentifikasi dari
masjid-masjidnya besarnya yang terletak di New York, Detroit, Washington, Los
Angeles, dan Chicago.
Mayoritas
pendatang Syi’ah adalah berasal dari kelompok Itsna ‘Asyariyah dan Isma’iliyyah.
2. Muslim
Amerika Keturunan Afrika
Dengan
dihitung secara kasar, sepertiga Muslim yang ada di Benua Amerika adalah
orang-orang Amerika keturunan Afrika yang sudah bergabung dengan arus utama
Islam atau salah satu gerakan sectarian yang secara langsung teridentifikasi
secara longgar.
Islam
sebagai fenomena yang khas Amerika pertama kali menarik perhatian public AS
dengan munculnya Nation of Islam.
Kaum muslim
AS keturunan Afrika maupun kaum imigran untuk masa yang lama tetap merupakan
komunitas terpisah di AS walaupun terdapat upaya yang kian meningkat utuk menjalin
kerjasama, dialog dan dan melakukan beberapa peribadatan serta kegiatan sosial
bersama.
3. Muslim Kulit
Putih
Diantara
orang kulit putih pertama yang masuk Islam adalah Alexander Russel (w. 1916),
Konsul AS di Filipina.
Mayoritas
kulit putih yang masuk Islam adalah perempuan yang mempunyai suami muslim dan
memutuskan untuk menjadikan Islam sebagai keyakinan mereka. Dalam beberapa
kasus, perempuan masuk Islam sebelum menemukan pasangan nikah atas dasar
keyakinannya bahwa perempuan memperoleh penghargaan yang lebih tinggi
dibandingkan di masyarakat Amerika pada umumnya.
Sejumlah
orang AS, yang merasa asing dengan tradisi agama mereka sendiri atau dalam
lingkungan lembaga keagamaan mereka atau dengan norma-norma yang berkembang
dalam kebudayaan AS, memandang Islam sebagai alternatif.
4. Gerakan
Sektarian
Gerakan
Ahmadiyah, sebuah kelompok dakwah indo-Pakistan yang untuk beberapa tahun telah
aktif menerjemahkan al-Qur’an dalam beberapa bahasa-bahasa utama dunia, mulai mengirimkan
dai-da’I nya ke AS dengan maksud mengajak Barat agar memeluk Islam menurut
versi mereka.
Pusat
kegiatan mereka baik Qadiyan (bermarkas di Washington DC) maupun Lahore
(bermarkas di di California) telah mendirikan sejumlah Masjid di AS.
Terdapat
pula komunitas kecil Druze di AS, yang mayoritas anggotanya adalah orang-orang
asli Lebanon dan beberapa individu dari Suriah, Palestina dan Yordania.
Kelompok Islam lain yang ditemukan di AS adalah agama Baha’i, kelompok Five
Percenter, Jama’ah Ansaru Allah, Robbani Yashu’a dan masih terdapat yang
lainnya.
5. Gerakan Sufi
Di antara
aliran sufi yang paling berpengaruh ialah Qadiriyah yang menyatu dalam tarekat
bawa Muhaiyaddeen, bertempat di Philadelpia. Tarekat ini mempunyai lebih dari
2000 muallaf, terutama berasal dari kelas menengah dan menengah atas.
Kelompok
muallaf Sufi terdapat pula di wilayah Negara bagianm New York, California,
Texas, Michigan, dan New Mexico. Beberapa imigran banyak yang melestarikan
tarekat-tarekat sufi yang berasal dari negeri asal mereka seperti kaum
Bektasiyah, Syadziliyah, Isyraqiyah, dan Naqsabandiyah.
Masalah-masalah
keislaman yang dihadapi oleh Muslim AS dewasa ini diantaranya:
1. Berlanjut
dan meningkatnya prasangka di Amerika Utara terhadap Islam, Muslim dan orang
Arab.
2. Masalah
Asimilasi dengan masyarakat AS, terus menjadi tema abadi bagi setiap gelombang
imigran maupun bagi setiap setiap generasi Muslim di AS.
3. Sistem
jaminan social di AS. Misalnya pertanyaan berkaitan dengan kewajiban membayar
zakat. Fakta bahwa Islam tidak mengizinkan pengenaan bunga atas pinjaman
menimbulkan persoalan tersendiri bagi muslim dalam menggunakan perbankan AS.
4. Sejumlah
masalah khusus dihadapi muslim AS, diantaranya kebutuhan akan kepemimpinan
agama yang terlatih, kesempatan melaksanakan kewajiban agama seperti shalat dan
puasadan masalah yang terkait dengan interaksi sosial.
Demografi muslim di amerika
Jumlah Kebangsaan dan Etnis
Sulit menentukan jumlah pasti Muslim di AS. Konstitusi
AS memisahkan antara gereja dengan negara yang tercermin dalam undang-undang
Amerika, sehingga formulir Biro Sensus AS tidak memuat pertanyaan tentang agama
pada orang yang dicatat di dalamnya. Dinas imigrasi juga tidak mengumpulkan
informasi tentang agama para imigran. Banyak masjid di AS tidak memiliki
kebijakan keanggotaan resmi, dan mereka jarang mencatat secara akurat jumlah
jamaah yang datang. Hasil akhirnya adalah tidak adanya data yang akurat
mengenai jumlah Muslim di AS.[14] Menurut sumber yang sama, imigran Asia
Tengah-bagian Selatan menempati urutan teratas (33%) dalam jumlah besar
komunitas Muslim AS, yang kedua adalah keturunan Afro Amerika (30%), Arab
(25%), Afrika (3%), lain-lain 5%, serta Eropa dan Asia Tenggara (masing-masing
2%). Sedangkan menurut Central Intelligence Agency (CIA) Amerika dalam
situsnya, jumlah Muslim di AS adalah 1% dari 301.139.947 (perkiraan Juli 2007)
penduduk AS, jumlah ini sama dengan jumlah umat Yahudi di AS.
Persentase pengunjung Masjid di AS menurut CAIR
Menurut Lembaga Survey Pew pada tahun 2007, dua
pertiga Muslim di AS adalah keturunan asing. Di antara mereka telah bermigrasi
ke AS sejak tahun 1990. Sedangkan sepertiga dari Muslim AS adalah penduduk asli
yang beralih ke Islam, dan keturunan Afro Amerika. Pada tahun 2005, menurut New
York Times, lebih banyak lagi orang dari negara-negara Muslim yang menjadi
penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade sebelumnya.
Sedangkan menurut Council on American-Islamic
Relations (CAIR)[18], jemaah masjid Sunni yang diperuntukkan bagi umum di AS
berasal dari latar belakang bangsa yang berbeda: Asia Selatan (33%), Afro
Amerika (30%), Arab (25%), Eropa (2,1%), Amerika kulit putih (1,6%), Asia
Tenggara (1,3%), Karibia (1,2%), Turki Amerika (1,1%), Iran Amerika (0,7%), dan
Hispanik/Latin (0,6%).
Organisasi Islam di Amerika
Kelompok yang paling besar adalah American Society of Muslims (ASM atau
Masyarakat Muslim Amerika), pengganti Nation of Islam, yang lebih dikenal
sebagai Black Muslim. Kelompok ini dipimpin oleh Warith Deen Mohammed. Tidak
begitu jelas berapa Muslim Amerika yang mengikuti kelompok ini. Kepercayaan
kelompok ini juga berbeda dengan kepercayaan Islam pada umumnya, mereka tidak
mengenali Muhammad adalah Rasul Allah yang terakhir.
Kelompok terbesar kedua adalah Islamic Society of North America (ISNA
atau Masyarakat Islam Amerika Utara). ISNA adalah suatu asosiasi
organisasi-organisasi Muslim dan perorangan untuk mempresentasikan Islam.
Kelompok ini dibuat oleh imigran, beberapa etnis Kaukasia dan sekelompok kecil
Afro Amerika yang masuk Islam. Jumlah anggotanya baru-baru ini mungkin telah
melampaui ASM. Konvensi tahunan ISNA mungkin adalah pertemuan Muslim paling
besar di AS. Organisasi ini telah dikritik karena menyebarkan ajaran Wahabi
dan karena memiliki hubungan dengan terorisme.
Kelompok terbesar
ketiga adalah Islamic Circle of North America (ICNA atau Lingkaran Islam
Amerika Utara). ICNA adalah kelompok Islam yang tidak memandang kesukuan,
terbuka bagi semua, dan mandiri. Kelompok ini dibentuk oleh imigran, Amerika
kult putih, dan Afro Amerika yang masuk Islam. Kelompok ini sedang tumbuh, dan
juga bisa lebih besar dari ASM disaat sekarang. Divisi mudanya adalah Young
Muslims atau Muslim Muda.
Islamic Supreme Council of America (ISCA atau Dewan Tertinggi Muslim
Amerika) mewakili banyak Muslim AS. Tujuannya adalah menyediakan solusi-solusi
bagi Muslim Amerika, yang berlandaskan hukum Islam. ISCA bekerja keras untuk
mengintegrasikan ajaran Islam dalam memecahkan isu-isu zaman demi memelihara
keyakinan Islam di tengah masyarakat yang sekuler.
Islamic Assembly
of North America (IANA Himpunan Islam Amerika Utara), adalah suatu organisasi
Muslim terkemuka di AS. Menurut situs mereka, di antara sasaran IANA adalah
"mengkoordinir dan mempersatukan usaha-usaha dari dakwah yang berbeda,
mengorientasikan organisasi (Islam) di Amerika Utara atau mengarahkan umat
Muslim untuk bertahan pada metodologi Islam". Untuk mencapai sasarannya,
IANA menggunakan sejumlah alat, metode, konvensi, rapat anggota, lembaga,
institusi, akademi berorientasi dakwah, dan lain-lain.
Muslim Students'
Association (MSA atau Asosiasi Pelajar-pelajar Muslim), adalah suatu kelompok
yang diperuntukkan bagi pelajar Islam di perguruan tinggi Kanada dan Amerika Serikat.
MSA juga sering dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti
pengumpulan dana untuk tunawisma selama Ramadhan.
Islamic Information Center (IIC atau Pusat Informasi Islam) adalah
organisasi yang dibentuk untuk memberi informasi kepada publik, sebagian besar
melalui media, seputar Islam dan umat Muslim.
Profil
Muslim AS Kontemporer
Berbicara tentang umat Islam AS pada masa kontemporer
ini berarti berbicara tentang tiga kelompok berikut. Pertama,
penduduk asli (indigenous) yang lahir dan dibesarkan di AS, bernenek moyang
Eropa-Amerika atau Kaukasia, yaitu orang-orang bule (pale face) yang
berpindah agama atau memeluk Islam. Meskipun demikian orang Afro-Amerika
pun sering dimasukkan ke dalam indigenous ini. Kedua, orang muslim
imigran yang berasal dari sekitar enam puluh negara yang telah membentuk lebih
dari seratus sub-kelompok/ komunitas. Ketiga, orang-orang yang menetap
sementara di AS, baik sebagai diplomat, mahasiswa, pengusaha, atau yang
mempunyai urusan lain yang disebut sojourners.
Dari kalangan indigenous pertama yang menganut
Islam tercatat Referend Norman, seorang misionaris gereja Methodist di
Turki. Ia memeluk Islam pada 1870. Pada dekade berikutnya adalah
seorang Afro-Amerika, Muhammad Alexander Russel Webb, yang masuk Islam ketika bertugas
sebagai konsul Jendral AS di Philipina (1887).
Ia adalah pelopor utama yang mendirikan organisasi
Islam pertama di negeri ini (1893), menerbitkan Moslem World sebagai sarana
dakwahnya dan memberikan kuliah-kuliah tentang Islam di berbagai
kota di AS. Menjelang wafatnya (1916) Webb pernah berbicara dengan banyak
pemikir agama dan sosial AS yang terkemuka, seperti Mark Twain. Ia pun
mendirikan sekitar enam cabang Moslem Brotherhood (bukan Ikhwanul Muslimin-nya
Hasan Al-Banna) dan American Islamic Propaganda di berbagai kota bagian Pantai
Timur AS (East Coast). Walaupun organisasi yang didirikan Webb ini mati
prematur, namun tak dapat diragukan lagi bahwa anggotanya sangat berpengaruh
terhadap perkembangan Islam di kemudian hari.
Sebelum kematian Webb, Islam telah mulai bangkit
sebagai fenomena agama dan nasionalitas di kalangan Afro-Amerika. Gerakan
Islam yang paling penting saat ini adalah Moorish-American Science Temple, yang
diresmikan tahun 1913 di Newark, New Jersey. Pendirinya adalah Noble Dew
Ali. Gerakan ini dilanjutkan oleh Elijah Muhammad (terlahir dengan nama
Elijah Poole) yang mengklaim bahwa ajarannya diperoleh dari seorang yang
misterius, yakni Imam Mahdi Farad Muhammad. Ia menggunakan konsep Kristen
tentang Tuhan dan inkarnasi, yang akhirnya menisbatkannya menjadi pemimpin
kharismatik dan “nabi” dari komunitas Nation of Islam (NoI) yang memperkenalkan
dogma “orang putih sama dengan setan”.
Seorang black-american lain yang tertarik ke dalam
Islam berkat NoI adalah Malcolm X, yang juga merekrut mualaf baru dalam jumlah
yang signifikan. Namun ibadah hajinya ke Mekkah yang memberi pengalaman
ukhuwwah islamiyyah baru membuat ia memutuskan hubungannya dengan NoI,
dan berda’wah dengan persepsi baru yang dinamainya “ the true Islam”
(Islam sejati). Termasuk putra Elijah Muhammad, Warith Deen Muhammad,
menjadi muridnya.
Pengaruh Islam di Benua Amerika
Sekali-kali cobalah Anda membuka peta Amerika.
Telitilah nama tempat yang ada di Negeri Paman Sam itu. Sebagai umat Islam,
pastilah Anda akan dibuat terkejut. Apa pasal? Ternyata begitu banyak nama
tempat dan kota yang menggunakan kata-kata yang berakar dan berasal dari bahasa
umat Islam, yakni bahasa Arab.
Tak percaya? Cobalah wilayah Los Angeles. Di daerah
itu ternyata terdapat nama-nama kawasan yang berasal dari pengaruh umat Islam.
Sebut saja, ada kawasan bernama Alhambra. Bukankah Alhambra adalah nama istana
yang dibangun peradaban Islam di Cordoba?
Selain itu
juga ada nama teluk yang dinamai El Morro serta Alamitos. Tak cuma itu, ada
pula nama tempat seperti; Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Alcazar,
Alameda, Alomar, Almansor, Almar, Alva, Amber, Azure, dan La Habra.
Setelah itu, mari kita bergeser ke bagian tengah
Amerika. Mulai dari selatan hingga Illinois juga terdapat nama-nama kota yang
bernuansa Islami seperti; Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma.
Malah, di negara bagian Washington terdapat nama kota Salem.
Pengaruh Islam lainnya pada penamaan tempat atau
wilayah di Amerika juga sangat kental terasa pada penamaan Karibia (berasal
dari bahasa Arab). Di kawasan Amerika Tengah, misalnya, terdapat nama wilayah
Jamaika dan Kuba. Muncul pertanyaan, apakah nama Kuba itu berawal dan berakar
dari kata Quba – masjid pertama yang dibangun Rasulullah adalah Masjid Quba. Negara
Kuba beribu kota La Habana (Havana).
Di benua Amerika pun terdapat sederet nama pula yang
berakar dari bahasa Peradaban Islam seperti pulau Grenada, Barbados, Bahama,
serta Nassau. Di kawasan Amerika Selatan terdapat nama kota-kota Cordoba (di
Argentina), Alcantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Ada pula
nama pegunungan Absarooka yang terletak di pantai barat.
Menurut Dr A Zahoor, nama negara bagian seperti
Alabama berasal dari kata Allah bamya. Sedangkan Arkansas berasal dari kata
Arkan-Sah. Sedangkan Tennesse dari kata Tanasuh. Selain itu, ada pula nama
tempat di Amerika yang menggunakan nama-nama kota suci Islam, seperti Mecca di
Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota,
Medina di Ohio, Medina di Tennessee, serta Medina di Texas. Begitulah peradaban
Islam turut mewarnai di benua Amerika.
Fakta Eksistensi Islam di Amerika
Tahun 999 M: Sejarawan Muslim Abu Bakar Ibnu Umar
Al-Guttiya mengisahkan pada masa kekuasaan Khalifah Muslm Spanyol bernama
Hisham II (976 M -1009 M), seorang navigator Muslim bernama Ibnu Farrukh telah
berlayar dari Kadesh pada bulan Februari 999 M menuju Atlantik. Dia berlabuh di
Gando atau Kepulauan Canary Raya. Ibnu Farrukh mengunjungi Raja Guanariga. Sang
penjelajah Muslim itu memberi nama dua pulau yakni Capraria dan Pluitana. Ibnu
Farrukh kembali ke Spanyol pada Mei 999 M.
Tahun 1178 M: Sebuah dokumen Cina yang bernama Dokumen
Sung mencatat perjalanan pelaut Muslim ke sebuah wilayah bernama Mu-Lan-Pi
(Amerika). Tahun 1310 M: Abu Bakari seorang raja Muslim dari Kerajaan Mali
melakukan serangkaian perjalanan ke negara baru. Tahun 1312 M: Seorang Muslim
dari Afrika (Mandiga) tiba di Teluk Meksiko untuk mengeksplorasi Amerika
menggunakan Sungai Mississipi sebagai jalur utama perjalanannya.
Tahun 1530 M: Budak dari Afrika tiba di Amerika.
Selama masa perbudakan lebih dari 10 juta orang Afrika dijual ke Amerika.
Kebanyakan budak itu berasal dari Fulas, Fula Jallon, Fula Toro, dan Massiona –
kawasan Asia Barat. 30 persen dari jumlah budak dari Afrika itu beragama Islam.
Tahun 1539 M: Estevanico of Azamor, seorang Muslim
dari Maroko, mendarat di tanah Florida. Tak kurang dari dua negara bagian yakni
Arizona dan New Mexico berutang pada Muslim dari Maroko ini. Tahun 1732 M:
Ayyub bin Sulaiman Jallon, seorang budak Muslim di Maryland, dibebaskan oleh
James Oglethorpe, pendiri Georgia. Tahun 1790 M: Bangsa Moor dari Spanyol
dilaporkan sudah tinggal di South Carolina dan Florida.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi Shihab
dalam Kata Pengantar Buku Jane I. Smith, Islam di Amerika (Jakarta:
yayasan Obor Indonesai, 2005)
Jane I.
Smith, Islam di Amerika (Jakarta: yayasan Obor Indonesai, 2005) hlm. 74.
Ibid, Hlm. 75.
M. Ali
Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2005) Hlm 280-281.
Taufik Abdullah dalam Ensiklopedia Tematis
Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban Jilid 6.,(Jakarta: PT. Ichtiar baru
Van Hoeve, 2002) Hlm. 202.
Jhon L.
Esposito, Ensiklopedia Oxpord, Dunia Islam Modern, Jilid II (Bandung:
Mizan, 2002) Hlm. 122-127.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Baru tahu ternyata di Amerika banyak kota yang namanya berasal dari bahasa Arab...
ReplyDeleteperjuangan dibutuhkan bagi era baru muslim di amerika
ReplyDelete