Islam di Amerika

2 comments




Hidup sebagai Muslim di Amerika
Alina Mahamel

Muhammad Ali dan Imam Mohamad Joban berbagi cerita tentang kehidupan muslim di AS di @America, Jakarta, 13 JUni 2014 (Foto: VOA/Alina)

               Islam adalah agama yang paling pesat perkembangannya di Amerika saat ini. Banyak media di Amerika yang menyebut Islam sebagai agama masa depan Amerika.  JAKARTA —  Salah seorang tokoh muslim Indonesia, Imam Mohamad Joban, berbagi pengalaman hidup sebagai muslim di Amerika, dalam diskusi kehidupan beragama di Pusat Kebudayaan @america, Jakarta, Jumat malam (13/6). 
             “Banyak media di Amerika yang menyebutkan kalau Islam adalah agama yang paling pesat penyebarannya di Amerika. Islam adalah agama masa depan di Amerika,” kata Imam Joban. “Islam mengajarkan kebersihan, tapi dimana kita mendapatkan kebersihan lebih banyak? Di negara Islam atau justru di Amerika? Islam juga mengajarkan kita toleransi, disini sebagai seorang da’I, saya pergi ke kampus, penjara dan gereja disini semua bebas sekali, tidak ada yang menghalangi,” jelasnya. Menurutnya Islam akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada negara yang menjamin warga negaranya untuk bebas memilih agama seperti di Amerika. Selain itu menurut Imam Joban, banyak warga Amerika yang memutuskan untuk masuk Islam, karena perilaku umat Islam yang mereka nilai sesuai dengan perintah agama. “Jadi banyak orang Amerika yang masuk Islam karena bertemu dengan muslim yang mereka nilai seperti Al Quran berjalan,” ungkap Imam Joban.

               Imam Mohamad Joban adalah Imam Mesjid Ar Rahmah di Redmond, Washington. Saat ini ia adalah Ketua dari Dewan Fatwa Imam-Imam di AS dan juga seorang pembimbing rohani bagi para tahanan di Dinas Penjara Negara Bagian Washington. Muhammad Ali, pengajar Studi Islam di University of California, Riverside,memberikan penjelasan berdasarkan pengalamannya dalam diskusi ini. “Amerika beda dengan Indonesia. Di Amerika, negara tidak boleh mendukung atau melarang suatu agama. Dengan negara netral masyarakat justru berkembang, makanya masyarakat Amerika termasuk yang paling relijius di barat bahkan secara umum lebih relijius jika dibandingkan dengan banyak negara di Eropa,” kata Ali. Faktor lain menurutnya yang membuat jumlah muslim terus meningkat adalah karena Amerika merupakan negara yang terbuka terhadap pendatang. “Maka berbondong-bondonglah orang-orang Islam dari Timur Tengah, Spanyol, Maroko, Mesir, Asia Selatan, India, Pakistan, termasuk Indonesia. Keberadaan imigran ini pengaruhnya sangat besar,” tambahnya.
                  Hal ini didukung pula oleh profil muslim yang mayoritas berasal dari kelas menengah dan terdidik, sehingga pengaruhnya menjadi semakin besar. “Kebanyakan orang Islam di Amerika bukan orang-orang yang marjinal, artinya mereka adalah orang berpendidikan, bekerja di lembaga-lembaga tertentu dengan pendapatan yang lumayan,” kata Muhammad Ali, Pengajar Studi Islam di University of California, Riverside. Wakil Duta Besar AS untuk Indonesia, Kristen Bauer, dalam kesempatan tersebut mengatakan agama menjadi bagian penting dalam budaya Amerika, karena sebagian besar rakyat Amerika merupakan penganut agama yang taat. Namun fakta yang banyak tidak diketahui adalah 20 dari 50 negara bagian di Amerika penganut agama terbesar keduanya adalah Islam.

Data terakhir tahun 2011 menyebutkan saat ini di Amerika terdapat 2016 masjid dan California menjadi wilayah dengan jumlah masjid terbesar di Amerika. 



Saud Anwar, Walikota Muslim di Amerika
Naratama Rukmananda



Saud Anwar, Walikota South Winsor, Connecticut.
              Seorang imigran asal Pakistan, Dr. Saud Anwar, menjadi walikota di sebuah kota di negara bagian Connecticut, yang hanya memiliki 100 warga Muslim dari total penduduk 26.000 orang.
Tahun 1991, seorang peneliti muda asal Karachi, Pakistan yang baru lulus sekolah kedokteran bernama Saud Anwar datang untuk belajar medis di Universitas Illinois dan kesehatan masyarakat di Universitas Yale, New Haven, negara bagian Connecticut, Amerika Serikat.
                  Baru pertama kali menginjak Amerika, Saud bercita-cita ingin menjadi dokter ahli yang dapat membantu sesama umat manusia. Dua puluh lima tahun kemudian, Saud bukan hanya seorang dokter ahli khusus paru-paru dan menjadi pengajar di universitas Connecticut, tetapi ia juga terpilih sebagai Walikota South Windsor, sebuah kota di negara bagian Connecticut.  Ini merupakan sejarah dalam pemerintahan di Amerika Serikat, untuk pertama kalinya South Windsor mempunyai Walikota Muslim. Prestasi Dr. Saud Anwar memimpin kota ini menarik perhatian media dan dunia politik.  Selesai menjabat Walikota, Dr. Saud Anwar langsung dicalonkan menjadi wakil rakyat Connecticut yang akan membuka jalan menjadi pemimpin di negara bagian ini.  Saud Anwar -- yang menguasai lima bahasa yaitu bahasa Inggris, Urdu, Hindi, Sindhi dan Punjabi -- saat ini tinggal bersama keluarganya dan mempunyai dua anak laki-laki. Di tengah kesibukannya, Saud menyempatkan diri untuk diwawancara oleh Program Director VOA Indonesia, Naratama.
Saud Anwar, Walikota South Windsor, Connecticut bersama Program Director VOA Naratama.
VOA: Assalamualaikum, apa kabar Walikota Saud Anwar?
Saud Anwar: Waalaikumsalam brother Nara. Saya baik.
Anda adalah seorang dokter, mengapa Anda bersedia menjadi walikota?
                   Saya dokter ahli khusus untuk penyakit paru-paru, dan juga dokter di ruang darurat. Saya melihatnya sebagai kesempatan untuk melakukan perubahan khususnya dari sisi kesehatan, untuk membangun kehidupan masyarakat yang lebih baik. Beberapa kali saya menemui pasien saya yang tidak mampu membayar biaya pengobatan, dan saya melihat banyak yang bisa dilakukan agar penyakit tersebut tidak menyebar. Sudah saatnya saya menjadi bagian dari kebijakan dan terus mencoba melakukan perubahan bagi masyarakat.
Mayoritas populasi di kota ini adalah warga non-Muslim, bagaimana mereka memilih Anda menjadi walikota?
                Ini adalah suara komunitas. Benar sekali, kami adalah komunitas kecil di kota ini. Hanya sedikit orang yang berpenampilan etnis (Asia/Pakistan) atau Muslim seperti saya.  Dari jumlah penduduk sekitar 26.000 orang, hanya sekitar 100 orang Muslim. Tapi komunitas ini tidak pernah melihat dari sisi itu. Mereka tidak melihat latar belakang agama Anda.  Mereka hanya melihat apakah anda bisa melakukan perubahan kehidupan yang lebih baik. Dan juga, bagaimana Anda mempunyai komitmen yang kuat untuk melakukan itu, sesuai dengan pengalaman Anda. Ini adalah hal yang sangat spesial di kota ini.
Akhir-akhir ini cukup banyak media yang menyudutkan Islam. Apakah hal ini mempengaruhi Anda?
             Ini bukan masalah. Saya melakukan pekerjaan terbaik untuk kota saya. Beberapa media datang menemui saya dan menanyakan hal-hal tentang agama saya. Lalu apakah saya mengalami pengalaman buruk sebagai (Walikota) Muslim, juga tentang politik dan lainnya.  Namun saya lebih suka berbicara tentang bagaimana saya melakukan perubahan di kota South Windsor, meningkatkan kehidupan yang harmonis, ekonomi yang lebih baik, membuka lapangan pekerjaan baru dan lain-lain. Memang hal ini kurang menarik untuk media, tapi hal inilah yang mempengaruhi kehidupan di kota ini.
Dari sekitar 100 warga Muslim di kota ini, mereka berasal dari mana?
              Sangat beragam. Ada Muslim yang datang dari Afrika, warga kulit putih Amerika, warga Asia dan komunitas Arab. Kita mempunyai pola kehidupan yang sama dengan berbagai kota dinegera ini.
Bagaimana pendapat Anda tentang terpilihnya Sadiq Khan sebagai walikota Muslim pertama di kota London?
                Sangat menarik. Saya sangat senang mendengarnya. Saya mengenal Sadiq Khan dan pernah bertemu beberapa tahun lalu. Sadiq adalah pembicara yang baik dan sangat pintar. Saya sangat bangga dengan masyarakat kota London. Saya juga sangat bangga dengan masyarakat kota South Windsor yang telah memilih pemimpinnya bukan berdasarkan penampilan atau agama atau hal-hal yang bersifat politik. Tapi memilih pemimpin berdasarkan kapasitas untuk menjalankan pekerjaan dengan benar.
Sebagai pemimpin Muslim di Amerika, apakah sesuai dengan ajaran Islam?
Saud Anwar, Walikota South Windsor, Connecticut bersama Wakil Presiden AS Joe Biden
             Islam mengajarkan kita untuk mencintai semua umat manusia. Islam mengajarkan kita untuk berhubungan baik dan menjaga para tetangga kita. Kita tidak akan bisa masuk surga apabila tetangga kita menderita dan kita tidak peduli kepada mereka.  Agama kita mengajarkan kita untuk turut bertanggung jawab kepada para tetangga kita, dan mencintai setiap manusia seperti kita mencintai diri kita sendiri dan keluarga kita. Kalau Anda mempunyai pemikiran seperti itu maka Anda mempunyai tugas mulia yang harus anda jalankan.
              Kebanyakan orang menggunakan kepercayaan (agama) mereka untuk menarik garis dan saling menyakiti, yang melanggar seluruh dasar dari kepercayaan (agama) itu sendiri. Seringkali agama kita digunakan oleh beberapa negara di dunia untuk memecah belah, padahal seharusnya digunakan untuk bersatu dan saling mencintai. Bagaimana anda mencintai Allah SWT tapi anda tidak mencintai ciptaan-Nya? Jadi kalau kita mencintai Allah, kita harus mencintai seluruh ciptaan-Nya.
Saat Anda berpuasa di bulan Ramadan, bagaimana Anda menjelaskan kepada kolega Anda?
              Semua orang tahu kalau saya berpuasa. Apalagi berpuasa di musim panas sangat panjang, buka puasa sangat malam. Pernah suatu kali saya sedang rapat di sore hari, lalu tiba saatnya buka puasa. Saya hanya sempat makan kurma dan minum air putih dan melanjutkan rapat.
Apa pendapat Anda tentang Muslim Amerika?
                 Saya adalah Muslim Amerika, Alhamdulillah. Saya bersyukur dapat menjalankan kehidupan saya sebagai seorang Muslim, dan bersyukur saya dapat berinteraksi dengan kepercayaan-kepercayaan (agama-agama) lain. Ini sangat spesial. Tidak semua tempat di dunia ini di mana saya dapat makan pagi, makan siang dan makan malam dengan enam komunitas dari berbagai kepercayaan (agama) lain. Kita dapat tersenyum, tertawa dan hidup berbahagia antar sesama.
Bagaimana pendapat Anda tentang Indonesia?
            Saya mengetahui Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Setiap orang Indonesia yang saya temui sangat baik, saling menghormati dan mempunyai nilai kebudayaan yang sangat kuat. Makanan Indonesia juga sangat enak. Tapi yang paling penting adalah masyarakat Indonesia hidup dalam kehidupan yang harmonis, di mana orang-orang dengan beragam latar belakang dan budaya dapat hidup saling menghormati.
Lalu apa yang akan Anda sampaikan tentang Indonesia kepada masyarakat Amerika?
               Inilah yang harus diketahui oleh masyarakat Amerika bahwa ada negara lain (Indonesia) yang mirip dengan Amerika, negara yang menghormati perbedaan (keberagaman) dan menghormati persamaan.
Anda akan berkunjung ke Indonesia?
             Saya diundang oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi untuk berbicara di World Village Conference. Saya akan berbicara tentang bagaimana saya mengelola kota South Windsor hingga kota ini menjadi lebih baik. Saya sangat senang dapat ke Indonesia. Saya gembira akan bertemu dengan sahabat Indonesia. Saya berharap dapat berbagi kebahagiaan dan kecintaan pada mereka.
Muhammad Ali Membuat Islam Lebih Diterima di Amerika
Muhaimin



Jum'at,  10 Juni 2016  −  10:35 WIB Prosesi pemakaman legenda tinju dunia, Muhammad Ali. | (Reuters)
LOUISVILLE - Jenazah legenda tinju dunia, Muhammad Ali, dimakamkan hari Kamis waktu Amerika Serikat (AS) atau hari ini (10/6/2016) WIB di Freedom Hall. Orang-orang AS menjuluki Ali sebagai pahlawan Muslim karena dia telah membuat Islam lebih diterima di AS.
 Prosesi pemakaman Ali dilangsungkan secara Islam menggunakan bahasa Arab. Selain tenar di dunia tinju, Ali dikenal sebagai aktivis kemanusiaan. Ali meninggal dunia di rumah sakit Arizona di usia 74 tahun Jumat pekan lalu.
”Sesuatu yang solid, sesuatu yang besar, indah dan meneguhkan hidup telah meninggalkan dunia ini,” kata Sherman Jackson, seorang sarjana Muslim di University of Southern California, seperti dikutip Reuters.  Menurut Jackson, Ali dipaksa menyerah ketika dia berada di puncak karirnya sebagai petinju dunia karena menolak meyalani militer AS selama Perang Vietnam. Menolak perang menjadi sikap Ali yang kemudian mendedikasikan diri sebagai aktivis kemanusiaan.
Selain anti-perang, Jackson memuji Ali karena memperjuangkan warga kulit hitam AS setelah gerakan hak-hak sipil tahun 1960-an.  Reuters yang mengutip orang-orang yang menghadiri pemakaman Ali menyebut sosok Ali layak menjadi pahlawan Muslim AS karena membuat Islam lebih dapat diterima di negeri Paman Sam. Ali berbaring di peti mati yang ditutupi dengan kain warna hitam dan emas.
                 Presiden AS, Barack Obama, yang sebelumnya sudah mengkonfirmasi tidak bisa menghadiri prosesi pemakaman Ali mem-posting salinan buku yang berisi kekagumannya pada sosok Muhammad Ali. “GOAT: A Tribute to Muhammad Ali,” judul buku yang dipamerkan Obama. Presiden AS ini juga memamerkan sepasang sarung tinju yang ditandatangani Ali.  ”Ini sangat langka di mana sosok yang menangkap imajinasi dari seluruh dunia,” kata Obama. "Dia adalah salah satu dari sosok dan dalam buku saya dia akan selalu menjadi yang terbesar.”  Tokoh-tokoh dunia, termasuk mantan Presiden AS Bill Clinton, Presiden Turki Tayyip Erdogan dan komedian Billy Crystal sebelumnya dijadwalkan menghadiri acara penghormatan terakhir untuk Muhammad Ali.

Islam akan Jadi Agama Terbesar Kedua di Amerika

Red: Ilham
AP/Mark Lennihan
Warga muslim Amerika Serikat di kawasan Brooklyn, New York.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baru-baru ini Pew Research Center merilis hasil penelitian mereka mengenai prediksi populasi Muslim di Amerika Serikat. Mereka memprediksikan sebelum tahun 2040 Islam menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen di AS.  Pew Research Center memperkirakan ada sekitar 3,3 juta Muslim dari segala usia yang tinggal di Amerika Serikat pada 2015. Ini berarti bahwa umat Islam terdiri sekitar satu persen dari total penduduk Amerika Serikat (sekitar 322 juta orang pada tahun 2015). Dan angka itu akan berlipat pada tahun 2050.
                Perkiraan tersebut didasarkan pada proyeksi demografis dalam pertumbuhan populasi Muslim di Amerika sejak 2011. Mereka mengamati seluruh umat Muslim baik dewasa maupun anak-anak. Penelitian mereka menggunakan data usia, fertilitas, mortalitas, migrasi, dan mualaf yang mereka ambil dari berbagai sumber, termasuk survei Muslim Amerika pada tahun 2011.  Muslim di Amerika tidak merata, terdapat beberapa negara bagian yang populasi Muslimnya dua atau tiga kali lebih banyak dari rata-rata per kapita usia dewasa nasional. Negara bagian tersebut misalnya New Jersey. 
               Terdapat perdebatan dalam melihat populasi Muslim di Amerika, mengenai jumlah imigrasi Muslim di sana. Hal itu disebabkan karena Biro Sensus Amerika Serikat tidak mengajukan pertanyaan tentang agama dalam mensensus penduduk Amerika Serikat. Sehingga tidak ada perhitungan resmi dari pemerintah mengenai populasi Muslim. Namun, Pew Research Center mengaku melihat pertumbuhan Muslim di Amerika Serikat cukup stabil sejak 2007. Selain itu, mereka juga memprediksi pertumbuhan populasi Muslim cukup pesat, lebih cepat daripada pertumbuhan populasi Hindu dan jauh lebih cepat dari populasi Yahudi dalam beberapa dekade mendatang. Diperkirakan Islam menjadi agama terbesar kedua setelah agama Kristen sebelum tahun 2040. Sementara pada tahun 2050 diprediksi populasi Muslim mencapai 8,1 juta orang, atau 2,1 persen dari total penduduk.
              Mereka memprediksi, lebih dari setengah pertumbuhan penduduk Muslim tersebut pada tahun 2010-2015 akibat imigrasi. Menurut mereka, selama 20 tahun terakhir telah terjadi peningkatan jumlah imigran Muslim yang tiba di Amerika Serikat. 10 persen diantaranya merupakan imigran legal, hal itu jauh lebih sedikit dibandingkan imigran ilegalnya. Pertumbuhan signifikan komunitas Muslim tersebut, selain karena imigran juga disebabkan karena banyaknya mualaf beberapa tahun terakhir ini. Satu dari lima Muslim dewasa di sana dilahirkan dari keluarga agama lain atau tidak beragama.  Tidak hanya itu, populasi Muslim di sana berada pada kisaran usia rata-rata lebih muda daripada masyarakat umum. Sehingga, jumlah yang lebih besar akan segera tiba ketika mereka mulai berkeluarga dan memiliki keturunan.

Sejarah Islam di Amerika Tentang Suku Indian Muslim Sebelum Columbus

Ternyata sebelum kedatangan Christoper Columbus (yang katanya penemu benua Amerika), umat Islam sudah terlebih dahulu menemukannya. Sebuah fakta yang tak terbantahkan lagi jika umat Islam sudah lebih dulu berada di daratan luas yang kini bernama Amerika, jauh beberapa abad sebelum kedatangan Columbus yang meng-klaim sebagai penemu Amerika. Fakta yang paling gampang ditemui nama serupa dengan kota suci umat Islam seperti Mecca di Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Medina di Ohio, Medina di Tennessee, Medina di Texas yang paling besar dengan penduduk 26,000, Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illinois, Mona di Utah, dan Arva di Ontario Canada, dan beberapa nama seperti California (Caliph Haronia), Alabama (Alah Bumnya), Arkansas (Arkan-sah) dan Tennesse (Tanasuh), T Allah Hassee (Tallahassee), Alhambra, Islamorada dan sekitar 500 nama kota lainnya berasal dari kata Arab.
Masih penasaran? Silahkan baca lebih lanjut posting-an dibawah ini.
Distorsi Sejarah Islam Amerika
Sejarah resmi selama ini mengatakan bahwa Christopher Columbus-lah yang menemukan daratan luas yang kemudian disebut Amerika. Hal ini ternyata tidak benar. Karena 70 tahun sebelum Columbus menjejakkan kaki di amerika, daratan yang disangkanya India, Laksamana Muslim dari China bernama Ceng Ho (Zheng He) telah mendarat di Amerika. Bahkan berabad sebelum Ceng Ho, pelaut-pelaut Muslim dari Spanyol dan Afrika Barat telah membuat kampung-kampung di Amerika dan berasimilasi secara damai dengan penduduk lokal di sana. Penemu Amerika bukanlah Columbus. Penemu Amerika adalah Umat Islam. Mereka menikah dengan penduduk lokal, orang-orang Indian, sehingga menjadi bagian dari local-genius Amerika.
Ada sejumlah literatur yang berangkat dari fakta-fakta empirik bahwa umat Islam sudah hidup di Amerika beberapa abad sebelum Colombus datang. Salah satunya yang paling popular adalah essay Dr. Youssef Mroueh, dari Preparatory Commitee for International Festivals to celebrate the millennium of the Muslims arrival to the Americas, tahun 1996, yang berjudul “Precolumbian Muslims in America”.
               Dalam essaynya, Doktor Mroueh menulis, “Sejumlah fakta menunjukkan bahwa Muslimin dari Spanyol dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Columbus. Pada pertengahan abad ke-10, pada waktu pemerintahan Khalifah Umayyah, yaitu Abdurrahman III (929 – 961M), kaum Muslimin yang berasal dari Afrika berlayar ke Barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol, menembus “samudra yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Ada kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu, dan mereka inilah kaum imigram Muslimin gelombang pertama di Amerika.”
               Granada, benteng pertahanan terakhir ummat Islam di Eropa jatuh pada tahun 1492. Pada pertengahan abad ke-16 terjadilah pemaksaan besar-besaran secara kejam terhadap orang-orang Yahudi dan Muslimin untuk menganut agama Katholik, yang terkenal dalam sejarah sebagai Spanish Inquisition. Pada masa itu keadaan orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam sangat menyedihkan, karena penganiayaan dari pihak Gereja Katolik Roma yang dilaksanakan oleh inkuisisi tersebut. Ada tiga macam sikap orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam dalam menghadapi inkusisi itu:
* Pertama, yang tidak mau beralih agama. Akibatnya mereka disiksa kemudian dieksekusi dengan dibakar atau dipancangkan di kayu salib.
* Kedua, beralih agama menjadi Katholik Roma. Mereka itu diawasi pula apakah memang berganti agama secara serius atau tidak. Kelompok orang Islam yang beralih agama itu disebut kelompok Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut kelompok Marrano.
* Ketiga, melarikan diri atau hijrah menyeberang Laut Atlantik yang dahulunya dinamakan Samudra yang gelap dan berkabut. Inilah kelompok imigran gelombang kedua di negeri baru itu. 
Penganiayaan itu mencapai puncaknya semasa Paus Sixtus V (1585-1590). Sekurang-kurangnya ada dua dokumen yang menyangkut inkusisi ini. Yang pertama, Raja Spanyol Carlos V mengeluarkan dekrit pada tahun 1539 melarang penduduk bermigrasi ke Amerika Latin bagi keturunan Muslimin yang dihukum bakar dan dieksekusi di kayu sula itu. Yang kedua dekrit itu diratifikasi pada 1543, dan disertai perintah pengusiran Muslimin keluar dari jajahan Spanyol di seberang laut Atlantik. Ini adalah bukti historis adanya imigran Muslimin gelombang kedua sebelum tahun 1543 (dekrit kedua). Ada banyak literatur yang membuktikan adanya kehadiran Muslimin gelombang pertama ke Amerika jauh sebelum zaman Columbus. Bukti-bukti itu antara lain:
* Abul-Hassan Ali Ibnu Al-Hussain Al-Masudi merupakan seorang pakar sejarah dan geografi yang hidup dari tahun 871-957 M. Dalam karyanya yang berjudul “Muruj adh-dhahab wa maad aljawhar” (Hamparan Emas dan Tambang Permata), Abu Hassan menulis bahwa pada waktu pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912), penjelajah Muslim Khasykhasy Ibn Sa’ied Ibn Aswad dari Cordova-Spanyol, telah berlayar dari Delba (Palos) pada 889, menyeberang Samudra yang gelap dan berkabut dan mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul) dan kembali dengan harta yang mentakjubkan. Pada peta Al-Masudi terbentang luas negeri yang disebutnya dengan al-ardh majhul. [Al-Masudi: Muruj Adh-Dhahab, Vol. 1, P. 1385]

* Loe Weiner, pakar sejarah dari Harvard University, dalam bukunya “Africa and the Discovery of America” (1920) menulis bahwa Columbus telah mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar seluas Karibia, Amerika Tengah dan Utara, termasuk Canada. Mereka berdagang dan telah melakukan asimilasi perkawinan dengan orang-orang Indian dari suku Iroquois dan Algonquin.

* Geografer dan pembuat peta bernama Al-Syarif Al-Idrisi (1099- 1166) menulis dalam bukunya yang terkenal Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaaq (Ekskursi dari yang Rindu Mengarungi Ufuq) bahwa sekelompok pelaut dari Afrika Utara berlayar mengarungi Samudra yang gelap dan berkabut dari Lisbon (Portugal) dengan maksud mendapatkan apa yang ada di balik samudra itu, betapa luasnya dan di mana batasnya. Mereka menemukan pulau yang penghuninya bercocok tanam dan telah mempergunakan bahasa Arab.

* Columbus dan para penjelajah Spanyol serta Portugis mampu melayari menyeberang Samudra Atlantik dalam jarak sekitar 2400 km, adalah karena bantuan informasi geografis dan navigasi dari peta yang dibuat oleh pedagang-pedagang Muslimin, termasuk informasi dari buku tulisan Abul Hassan Al-Masudi yang berjudul Akhbar az-Zaman. Tidak banyak diketahui orang, bahwa Columbus dibantu oleh dua orang nakhoda Muslim pada waktu ekspedisi pertamanya menyeberang transatlantik. Kedua kapten Muslim itu adalah dua bersaudara Martin Alonso Pinzon yang menakodai kapal Pinta, dan Vicente Yanez Pinzon yang menakodai kapal Nina. Keduanya adalah hartawan yang mahir dalam seluk-beluk perkapalan, membantu Columbus dalam organisasi ekspedisi itu, dan mempersiapkan perlengkapan kapal bendera Santa Maria. Bersaudara Pinzon ini masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan Abuzayan Muhammad III (1362-66), Sultan Maroko dari dinasti Marinid (1196-1465). (Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York 1950)
.
* Para antropologis telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Dari prasasti itu diperoleh keterangan bahwa imigran itu membawa juga gajah dari Afrika. (Winters, Clyde Ahmad: Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, July 1977, p.60)

* Columbus menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober 1492, sementara ia berlayar dekat Gibara pada bagian tenggara pantai Cuba, Columbus menyaksikan masjid di atas puncak bukit yang indah. Reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta tulisan ayat Al Quran telah didapatkan di berbagai tempat seperti Cuba, Mexico, Texas, dan Nevada. (Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York 1950)

* Dr. Barry Fell dari Harvard University menulis bahwa fakta-fakta ilmiah telah menunjukkan bahwa berabad-abad sebelum Columbus, telah bermukim kaum Muslimin di Benua Baru dari Afrika Utara dan Barat. Dr. Fell mendapatkan adanya sekolah-sekolah Islam di Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe, dan Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana) dalam tahun-tahun 700-800. (FellL, Barry: Saga America, New York, 1980] dan GYR,DONALD: Exploring Rock Art, Santa Barbara, 1989).
Jejak Peninggalan Muslim Amerika
                    Di sekujur benua Amerika kita akan bisa mendapatkan jejak-jejak umat Islam gelombang pertama dan kedua, jauh sebelum kedatangan Columbus. Lihat peta Amerika hari ini buatan Rand McNally dan cermati nama-nama tempat yang ada di Amerika. Di tengah kota Los Angeles terdapat nama kawasan Alhambra, juga nama-nama teluk El Morro dan Alamitos, serta nama-nama tempat seperti Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Alcazar, Alameda, Alomar, Almansor, Almar, Alva, Amber, Azure, dan La Habra.
Di bagian tengah Amerika, dari selatan hingga Illinois terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. Di negara bagian Washington misalnya, terdapat kota Salem. Lalu di Karibia (ini jelas kata Arab) dan Amerika Tengah misalnya ada nama Jamaika, Pulau Cuba (berasal dari kata Quba?) dengan ibukotanya La Habana (Havana), serta pulau-pulau Grenada, Barbados, Bahama, dan Nassau.
Di Amerika Selatan terdapat nama kota-kota Cordoba (di Argentina), Alcantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Nama-nama pegunungan Appalachian (Apala-che) di pantai timur dan pegunungan Absarooka di pantai barat. Kota besar di Ohio pada muara sungai Wabash yang panjang dan meliuk-liuk bernama Toledo, satu nama universitas Islam ketika Islam masih berjaya di Andalusia, Spanyol.
                 Menurut Dr. Youssef Mroueh, sekarang saja terdapat tidak kurang dari 565 nama tempat di Amerika Utara, baik di negara bagian, kota, sungai, gunung, danau, dan desa yang diambil dari nama Islam ataupun nama dengan akar kata bahasa Arab. Sebanyak 484 di Amerika Serikat dan 81 di Canada. Ini merupakan bukti yang tak terbantahkan bahwa Islam telah ada di sana sebelum Columbus mendarat. Dr. A. Zahoor bahkan menegaskan bahwa nama negara bagian seperti Alabama, sebenarnya berasal dari kata Allah-bamya, dan juga nama negara Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah, serta Tennesse dari kata Tanasuh.
                 Dr. Mroueh juga menuliskan beberapa nama yang dicatatnya malah merupakan nama kota suci kita seperti Mecca di Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Medina di Ohio, Medina di Tennessee, Medina di Texas yang paling besar dengan penduduk 26,000, Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illinois, Mona di Utah, dan Arva di Ontario Canada.
                Ketika Columbus mendarat di kepulauan Bahama pada 12 Oktober 1492, pulau itu sudah dinamai Guanahani oleh penduduknya. Kata ini berasal dari bahasa Mandika yang merupakan turunan dari bahasa Arab. Dilaporkan oleh Columbus bahwa penduduk asli di sini bersahabat dan suka menolong. Guana, yang hingga hari ini masih banyak dipakai sebagai nama di kawasan Amerika Tengah, Selatan dan Utara, berasal dari kata Ikhwana yang berarti ’saudara’ dalam bahasa Arab.
             Guanahani berarti tempat keluarga Hani bersaudara. Namun Columbus dengan seenaknya menamakan tempat ini sebagai San Salvador dan merampas kepemilikan pulau itu atas nama kerajaan Spanyol. Columbus dalam catatannya menuliskan bahwa pada 21 Oktober 1492 dia melihat rerunruthan masjid dan menaranya lengkap dengan tulisan ayat-ayat Al Qur’an telah ditemukan selain di Cuba, juga di Mexico, Texas, dan Nevada.
Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berangkat dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307), penguasa keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Mroeh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.
Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) mencatat berbagai ekpedisi ini dengan cermat. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu. Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.
                  Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I (1517). Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara akurat.
Indian dan Umat Islam
Beberapa nama-nama suku Indian dan kepala sukunya juga berasal dari akar kata bahasa Arab, seperti: Anasazi, Apache, Arawak, Cherokee (Shar-kee), Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Kepala suku Indian Cherokee yang terkenal, Sequoyah yang nama aslinya Sikwoya, merupakan ketua suku yang sangat terkenal karena beliau menciptakan sillabel huruf-huruf (Cherokee Syllabary) bagi orang Indian pada tahun 1821. Namanya diabadikan sebagai nama pohon Redwood yang tertinggi di California, sekarang dapat disaksikan di taman hutan lindung di utara San Francisco.
             Sequoyah Berlainan dengan gambaran stereotip tentang suku Indian yang selalu mengenakan bulu-bulu burung warna-warni di kepalanya, seperti yang banyak digambarkan para seniman Barat selama ini, Sequoyah (lihat gambar) selalu mengenakan sorban. Dia tidak sendirian, masih banyak ketua suku Indian yang mengenakan tutup kepala gaya orang Islam. Mereka adalah Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Bahkan sebagian dari mereka mengenakan penutup kepala yang khas Arab seperti ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870 Orang-orang Indian Amerika juga memegang nilai ketuhanan dengan mempercayai adanya Tuhan yang menguasai seluruh alam semesta ini, dan Tuhan tersebut tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini bahwa tugas utama manusia diciptakan oleh Tuhan adalah untuk memuja dan menyembahnya. Seperti penuturan seorang kepala suku Ohiyesa: ”In the life of the Indian, there was only inevitable duty -the duty of prayer- the daily recognition of the Unseen and the Eternal”. Di dalam Al Qur’an, kita diberitahukan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin adalah semata-mata demi untuk beribadah kepada Allah SWT.
             Ahli sejarah seni Jerman, Alexander Von Wuthenau, dalam buku klasiknya “Unexpected Faces in Ancient America” (1975); serta Ivan Van Sertima dengan buku “They Came Before Columbus” (1976) dan juga mengedit buku “African Presence In Early America” di mana intelektual Perancis abad ke-19 Brasseur de Bourboug di situ mengungkapkan keberadaan orang-orang Islam di Amerika tengah, yang juga didukung essei dari P.V. Ramos dalam buku yang sama tentang keberadaan ‘Mohemmedans’ di Karibia (Carib) yang dijumpai Columbus. Beberapa literature lainnya yang bisa ditelusuri tentang hal yang sama antara lain dari ahli arkeologi dan linguis Howard Barraclough (Barry) Fell berjudul “Saga America” (1980); Colin Taylor (editor) “The Native Americans” (1991); dan orientalis Inggris De Lacy O’Leary yang menulis “Arabic Thought and It’s Place In Western History” (1992).
              Salah satu buku yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan adanya peta empat buah pulau di Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuane Pissigano, kartografer dari Venesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun sebelum Columbus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian diidentifikasi sebagai Puerto Rico dan Guadalupe. Menzies juga mengemukakan bahwa Laksamana Zheng He (Ceng Ho), seorang Lkasamana Cina Muslim, telah mendarat di Amerika pada tahun 1421, 71 tahun lebih awal ketimbang Columbus. Lima abad sebelumnya, Khaskhas Ibn Saeed Ibn Aswad pun telah menjejakkan kaki di Amerika. Jelas, penemu Amerika sama seklai bukan Colombus, tetapi para pionir pelayaran dunia, yakni pelaut-pelaut Islam yang ulung.
(Diambil dari: digest.eramuslim.com – New Jerusalem, Sisi Amerika Yang Disembunyikan) Referensi:
* CarribeanMuslims.com – USA Muslims: 7th Century Islamic inscriptions on Nevada rocks


Tiga Bukti Jejak Islam di Amerika
Rep: amri amrullah/ Red: Damanhuri Zuhri
wordpress.com



Ilustrasi Muslim Afrika saat pertama kali menjejakkan kaki di Benua Amerika.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON 
Banyak bukti sejarah mengungkap jejak-jejak Islam yang telah lebih dahulu hadir di benua Amerika sebelum bangsa Eropa. Namun relasi sejarah Islam di benua Amerika tersebut sengaja ditutupi untuk menghilangkan eksistensi agama Islam pernah berkontribusi besar bagi 'Dunia Baru' hingga dikenal sebagai benua Amerika saat ini.
                   Beberapa bukti sejarah tersebut ada yang masih bisa ditelusuri secara literatur, bahkan beberapa diantaranya terukir dengan jelas di bangunan bersejarah negara Amerika Serikat. Dari jejak literasi dan fisik tersebut menjadi bukti bahwa Islam tetap mengakar kuat walaupun berbagai upaya dilakukan untuk menghilangkannya.  Jejak ini bisa dilihat mulai dari Peran penjelajah Muslim yang melakukan penyebrangan ke Dunia Baru, benua Amerika sebelum Columbus hingga Sosok Nabi Muhammad SAW dan Al Qur'an yang menjadi salah satu inspirasi hukum konstitusi di Mahkamah Agung AS.  Berikut ini tiga hal diantara bukti sejarah Islam yang terlupakan di Amerika. Pertama, Peta al-Masudi. Peta dunia al-Masudi dari 956 Masehi, menunjukkan "Tanah tidak Diketahui" melintasi Atlantik dari di Afrika.

               Abu al-Hasan al-Masudi sejarawan muslim dari Andalusia mencatat pada 956 Masehi, terjadi sebuah pelayaran oleh beberapa pelaut Andalusia pada 889 Masehi. Pelayaran berbulan dari Andalusia ke arah barat, mereka akhirnya menemukan sebuah daratan besar di laut.  Penemuan daratan tersebut dilanjutkan dengan perdagangan dengan penduduk asli hingga kemudian mereka kembali ke Andalusia. Al-Masudi mencatat lengkap dengan peta bahwa tanah ini berada di seberang lautan, dan menyebutnya sebagai 'Tanah tidak diketahui'. Dengan demikian, jelas teori bahwa yang menemukan Dunia Baru, benua Amerika bukanlah Columbus. Cerita penemuan Columbus tersebut hanya untuk mempertahankan superioritas bangsa Eropa dalam penguasaan pelayaran ke wilayah Dunia Baru.
             Bahkan setelah pelayaran yang tercatat oleh al-Masudi tersebut terdapat banyak bukti literasi sejarah, bahwa bangsa Arab, Afrika Barat dan Ottoman telah mengarungi samudra atlantik sebelum Columbus dan bangsa Eropa masuk ke benua Amerika.

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI AMERIKA
Diambil dari. Khasanailmu.blogspot.com



Sejarah Masuknya Islam Ke Amerika Serikat
Para pengamat kemunculan Islam di Amerika Utara kebanyakan memandang bahwa kedatangan pertama yang sesungguhnnya orang-orang muslim di Amerika Serikat terjadi pada pertengahan dan akhir abad ke-19. Dan memang pada saat itulah para imigran muslim yang pertama terutama dari Timur Tengah mulai datang ke Amerika Utara dengan maksud untuk memperoleh peruntungan besar ataupun kecil kemudian kembali ke tanah airnya.
Sebagian kini para akademisi berpendapat bahwa selama hampir dua abad sebelum perjalanan Christopher Columbus di tahun 1492 M, orang-orang muslim telah melakukan pelayaran dari Spanyol dan sebagian pesisir barat laut Afrika ke Amerika Utara dan Selatan dan sebagian bahkan ikut menjadi awak Columbus. Para penjelajah itu konon telah menembus sebagian besar wilayah Amerika Selatan dan Utara, bergaul dan sebagian menikah dengan orang asli Amerika  Bukti-bukti yang mendukung pernyataan ini diantara benda-benda peninggalan sejarah (artefak), tulisan-tulisan dan laporan kisah-kisah para saksi mata. Namun, masih agak meragukan sehingga teori semacam ini masih berupa dugaan-dugaan belaka.
Tahun 1492 memiliki arti bersejarah tak hanya karena perjalanan Columbus. Melainkan karena tahun tersebut menandakan berakhirnya secara resmi kehadiran Islam di semenanjung Iberia yang kini dikenal sebagai Spanyol dan Portugal. Setelah menikmati pemerintahan yang gemilang pada abad ke-9 dan ke-10 di Kordoba, dan menguasai kabilah-kabilah di Afrika Utara pada abad-abad berikutnya, kaum Muslim melihat kejayaan mereka semakin merosot. Pada tahun 1474 M pasangan suami istri Fernando dari Aregon dan Isabela dari Sevilla berhasil menyatukan dua kerajaan yang terpisah. Mereka dikenal sebagai raja dan ratu Katolik berkat jasa-jasa mereka menyatukan kembali seluruh Spanyol di bawah agama Kristen. Mereka merampas wilayah kekuasaan terakhir kaum muslim di Granada pada tahun 1492. semenjak berakhirnya abad ke-15 orang-orang muslim (sering disebut orang Moor) di semenanjung Iberia dipaksa memilih satu diantara pilihan yang tak menguntungkan yakni berpindah ke agama Kristen, imigrasi atau hukuman mati. Orang yang memilih pilihan pertama tetap menjalankan agama mereka secara diam-diam dan tetap mengadakan pertemuan rahasia umat Islam selama berabad-abad. Sebagian lainnya mencoba memberontak secara terang-terangan dan akibatnya mereka diusir dari negerinya yang sebelumnya merupakan satu dari sedikit contoh keharmonisan budaya Islam dan Kristen. Semakin banyak bukti bermunculan yang menunjukan bahwa sebagian orang-orang Moor yang dipakwa pergi tersebut berhasil menuju kepulauan Karibia dan bahkan sebagian lainnya berhasil mencapai bagian selatan Negara Amerika Serikat masa kini. Para akademisi dari berbagai disiplin ilmu terus berupaya membuktikan teori-teori tersebut yang dipandang oleh muslim AS sebagai bukti bahwa bahwa Islam berperan dalam sejarah awal AS. Kemungkinan adanya hubungan dengan budaya Spanyol yang semacam itu terutama menarik hati AS keturunan Amerika Latin yang tertarik dengan ajaran Islam.
Hampir pasti bahwa Muslim yang menyeberangi Atlantik dan juga Pasifik jauh sebelum Columbus mencapai dunia baru. Namun kunjungan ini sama sekali tidak meningglkan bekas yang yang tidak hilang-hilang. Yang paling terkenal dari mereka ini adalah Jenderal Estevanio de Azemor yang nama muslimya tidak diketahui. Muslim. Dia dapat mencapai wilayah New Mexico dan Arizona. Naumn muslim pertama ini tidak dapat memelihara Islam dalam kalangan keturunannya. Selama periode yang sama seorang pangeran Mesir dengan nama Nasir al-Din bergabung dengan Suku Mohawk di daerah yang membentuk negara bagian New York sekarang. Dia menduduki kedudukan yang sangat tinggi dalam suku ini.
Kaum muslim di Amerika Serikat terdiri dari para imigran yang dari keturunan Afrika (Afro-Amerika), penduduk Eropa yang masuk Islam, dan para pendatang sementara (mahasiswa, diplomat dan lainnya). Komposisi asal-usul mereka adalah: Afrika(42 %); Asia Selatan (India, Pakistan, Bangladesh (24,4 %));Turki (2,4%); Asia Tenggara (2%); Kulit Putih Amerika (1,6 %); dan lain-lain (6,4 %) termasuk sekitar 5.000 muslim keturunan Spanyol (Hispanik).
Sebagian besar mereka, sekitar 70 %, tinggal di sepuluh Negara bagian: California, New York, Illinois, New Jersey, Indiana, Michigan, Virginia, Texas, Ohio, dan Maryland.
Para imigran muslim datang ke Amerika Serikat dengan alasan-alasan yang beragam. Gelombang Pertama, imigrasi kaum muslim ke Negara ini berlangsung pada sekitar tahun 1875, dari wilayah yang saat itu dikenal sebagai Greater Syria (suriah Besar [kini mencakup Suriah sendiri, Libanon, Yordania dan palestina]). Merweka pada umumnya miskin keterampilan dan tidak cukup terdidik, serta sebagian besar petani yang berharap bisa sukses secara financial di amerika serikat untuk pada suatu saat kembali ke tanah air. Tetapi, karena kesempatankerja terbatas, mereka terpaksa bekerja sebagai buruh di pabrik, pelabuhan, dan lainnya.sebagian menetap di wilayah Midwest. Pengelaan mereka menarik minat rekan-rekan mereka yang lain. Arus migrasi ini terus berlangsung sampai pada akhir Perang Dunia I.
Gelombang Kedua, menyusul pada tahun 1920-an untuk kemudian terhenti karena Perang Dunia II. Hukum-hukum imigrasi pada periode ini agak membatasi. Hanya orang yang berkulit hitam atau Kaukasia saja yang boleh masuk ke Amerika Serikat. Orang Arab dianggap tidak termasuk ke dalam dua kategori itu
Gelombang Ketiga, antara pertengahan tahun 1940-an da pertengahan 1960-an berlangsung bersamaan dengan terjadinya berbagai perubahan penting di luar Amerika Serikat. Kaum muslim yang masuk AS dalam kategori ini lebih terdidik. Sebagian besar mereka hijrah karena penindasan politik. Kontingen terbesarnya adalah orang Palestina yang terusir dengan didirikannya Israel (1948), orang Mesir yang merasa dirugikan oleh kebijakan nasionalisasi Presiden Gamal Abdul Nasser dan orang Islam Eropa Timur yang mencoba melarikan diri dari akibat perang Dunia II dan pemerintahan Komunis. Pada saat yang sama, terutama pada tahun 1960-an berbagai perubahan berlangsung dalam kebijakan keimigrasian AS. Pasar kerja makin meluas dan Negara ini membutuhkan kaum imigran yang potensial untuk mengisi pos-pos itu. Di sini batasan-batasan etnis atau ras diperlonggar.
Gelombang Keempat, berlangsung sekitar tahun 1967 dan masih berlangsung sampai sekarang. Mereka umumnya sangat terdididk dan fasih berbahasa Inggris. Imigrasi mereka terjasdi dengan berbagai alasan seperti untuk peningkatan kemampuan profresional dan menghindari penindasan Pemerintah. Mereka juga ada yang berniat untuk menetap atau mendakwahkan Islam di Negara ini.

Perkembangan Agama Islam Di Amerika Serikat
Perkembangan Islam di AS mulai menampakkan peningkatan kesadaran keislaman untuk memantapkan landasan sosial serta menyediakan pengajaran bagi anak-anak mereka. Sejumlah komunitas mulai memandang penting untuk membangun Mesjid dan Pusat Islam sebagai pengembangan organisasi dan institusi Islam.
Organisasi Islam itu diantaranya:

1.      Pada tahun 1952 lebih dari dua puluh Mesjid membentuk Federasi Perhimpunan Islam (Federation of Islamic Association, FIA) di AS dan Kanada. Pada puncaknya lima puluh mesjid menjadi bagian dari FIA.
2.      Perhimpunan Mahasiswa Muslim di AS dan Kanada (MSA) didirikan pada tahun 1963.Organisasi ini didirikan untuk memberikan pelayanan kepada ratusan ribu mahasiswa muslim yang datang dari berbagai Negara dan belajar di kampus-kampus di AS.
3.      Perhimpunan Dokter Muslim (The Islamic Medical Association) dibentuk oleh alumni MSA pada tahun 1967 sebagai wahana bagai professional muslim di bidang kesehatan untuk saling bertemu dan saling tukar pikiran. Organisasi serupa , Perhimpunan Ilmuwan dan Insinyur Muslim (The Association of Muslim Scientiss and Engineers), didirikan pada tahun 1969 dengan tujuan untuk mempromosikan penelitian ilmiah yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam. Terdapat pula Perhimpunan Ilmuwan sosial Muslim (The association of Muslim Social Scientist) yang dibentuk pada tahun 1972 sebagai organisasi yang bersifat professional, akademik kependidikan dan kebudayaan untuk mempromosikan pemikiran Islam. Perhimpunan-perhimpunan ini mensponsori jurnal-jurnal tahunan dan konferensi-konferensi.
4.      Pada tahun 1978, DEwan masjid AS didirikan oleh wakil-wakil liga dunia Muslim dengan keanggotaan 20 masjid.
5.      Masyarakat Muslim Amerika Utara (The Islamic Society of North America, ISNA) merupakan organisasi induk yang didirikan pada tahun 1982 oleh dewan alumni MSA yang menetap di Amerika Utara.

Kelompok-kelompok keagamaaan yang berkembang di AS diantara:

1.      Muslim Syi’ah
Meskipun mayoritas Muslim yang datang ke AS adalah penganut sunni, terdapat pula komunitas syi’ah yang cukup besar. Komunits ini mulai memperoleh pengakuan sebagai bagian tersendiri dari muslim dan dapat teridentifikasi dari masjid-masjidnya besarnya yang terletak di New York, Detroit, Washington, Los Angeles, dan Chicago.
Mayoritas pendatang Syi’ah adalah berasal dari kelompok Itsna ‘Asyariyah dan Isma’iliyyah.

2.      Muslim Amerika Keturunan Afrika
Dengan dihitung secara kasar, sepertiga Muslim yang ada di Benua Amerika adalah orang-orang Amerika keturunan Afrika yang sudah bergabung dengan arus utama Islam atau salah satu gerakan sectarian yang secara langsung teridentifikasi secara longgar.
Islam sebagai fenomena yang khas Amerika pertama kali menarik perhatian public AS dengan munculnya Nation of Islam.
Kaum muslim AS keturunan Afrika maupun kaum imigran untuk masa yang lama tetap merupakan komunitas terpisah di AS walaupun terdapat upaya yang kian meningkat utuk menjalin kerjasama, dialog dan dan melakukan beberapa peribadatan serta kegiatan sosial bersama.

3.      Muslim Kulit Putih
Diantara orang kulit putih pertama yang masuk Islam adalah Alexander Russel (w. 1916), Konsul AS di Filipina.
Mayoritas kulit putih yang masuk Islam adalah perempuan yang mempunyai suami muslim dan memutuskan untuk menjadikan Islam sebagai keyakinan mereka. Dalam beberapa kasus, perempuan masuk Islam sebelum menemukan pasangan nikah atas dasar keyakinannya bahwa perempuan memperoleh penghargaan yang lebih tinggi dibandingkan di masyarakat Amerika pada umumnya.
Sejumlah orang AS, yang merasa asing dengan tradisi agama mereka sendiri atau dalam lingkungan lembaga keagamaan mereka atau dengan norma-norma yang berkembang dalam kebudayaan AS, memandang Islam sebagai alternatif.

4.      Gerakan Sektarian
Gerakan Ahmadiyah, sebuah kelompok dakwah indo-Pakistan yang untuk beberapa tahun telah aktif menerjemahkan al-Qur’an dalam beberapa bahasa-bahasa utama dunia, mulai mengirimkan dai-da’I nya ke AS dengan maksud mengajak Barat agar memeluk Islam menurut versi mereka.
Pusat kegiatan mereka baik Qadiyan (bermarkas di Washington DC) maupun Lahore (bermarkas di di California) telah mendirikan sejumlah Masjid di AS.
Terdapat pula komunitas kecil Druze di AS, yang mayoritas anggotanya adalah orang-orang asli Lebanon dan beberapa individu dari Suriah, Palestina dan Yordania. Kelompok Islam lain yang ditemukan di AS adalah agama Baha’i, kelompok Five Percenter, Jama’ah Ansaru Allah, Robbani Yashu’a dan masih terdapat yang lainnya.

5.      Gerakan Sufi
Di antara aliran sufi yang paling berpengaruh ialah Qadiriyah yang menyatu dalam tarekat bawa Muhaiyaddeen, bertempat di Philadelpia. Tarekat ini mempunyai lebih dari 2000 muallaf, terutama berasal dari kelas menengah dan menengah atas.
Kelompok muallaf Sufi terdapat pula di wilayah Negara bagianm New York, California, Texas, Michigan, dan New Mexico. Beberapa imigran banyak yang melestarikan tarekat-tarekat sufi yang berasal dari negeri asal mereka seperti kaum Bektasiyah, Syadziliyah, Isyraqiyah, dan Naqsabandiyah.

Masalah-masalah keislaman yang dihadapi oleh Muslim AS dewasa ini diantaranya:
1.      Berlanjut dan meningkatnya prasangka di Amerika Utara terhadap Islam, Muslim dan orang Arab.
2.      Masalah Asimilasi dengan masyarakat AS, terus menjadi tema abadi bagi setiap gelombang imigran maupun bagi setiap setiap generasi Muslim di AS.
3.      Sistem jaminan social di AS. Misalnya pertanyaan berkaitan dengan kewajiban membayar zakat. Fakta bahwa Islam tidak mengizinkan pengenaan bunga atas pinjaman menimbulkan persoalan tersendiri bagi muslim dalam menggunakan perbankan AS.
4.      Sejumlah masalah khusus dihadapi muslim AS, diantaranya kebutuhan akan kepemimpinan agama yang terlatih, kesempatan melaksanakan kewajiban agama seperti shalat dan puasadan masalah yang terkait dengan interaksi sosial.

  Demografi muslim di amerika

   Jumlah Kebangsaan dan Etnis
Sulit menentukan jumlah pasti Muslim di AS. Konstitusi AS memisahkan antara gereja dengan negara yang tercermin dalam undang-undang Amerika, sehingga formulir Biro Sensus AS tidak memuat pertanyaan tentang agama pada orang yang dicatat di dalamnya. Dinas imigrasi juga tidak mengumpulkan informasi tentang agama para imigran. Banyak masjid di AS tidak memiliki kebijakan keanggotaan resmi, dan mereka jarang mencatat secara akurat jumlah jamaah yang datang. Hasil akhirnya adalah tidak adanya data yang akurat mengenai jumlah Muslim di AS.[14] Menurut sumber yang sama, imigran Asia Tengah-bagian Selatan menempati urutan teratas (33%) dalam jumlah besar komunitas Muslim AS, yang kedua adalah keturunan Afro Amerika (30%), Arab (25%), Afrika (3%), lain-lain 5%, serta Eropa dan Asia Tenggara (masing-masing 2%). Sedangkan menurut Central Intelligence Agency (CIA) Amerika dalam situsnya, jumlah Muslim di AS adalah 1% dari 301.139.947 (perkiraan Juli 2007) penduduk AS, jumlah ini sama dengan jumlah umat Yahudi di AS.
Persentase pengunjung Masjid di AS menurut CAIR
Menurut Lembaga Survey Pew pada tahun 2007, dua pertiga Muslim di AS adalah keturunan asing. Di antara mereka telah bermigrasi ke AS sejak tahun 1990. Sedangkan sepertiga dari Muslim AS adalah penduduk asli yang beralih ke Islam, dan keturunan Afro Amerika. Pada tahun 2005, menurut New York Times, lebih banyak lagi orang dari negara-negara Muslim yang menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade sebelumnya.
Sedangkan menurut Council on American-Islamic Relations (CAIR)[18], jemaah masjid Sunni yang diperuntukkan bagi umum di AS berasal dari latar belakang bangsa yang berbeda: Asia Selatan (33%), Afro Amerika (30%), Arab (25%), Eropa (2,1%), Amerika kulit putih (1,6%), Asia Tenggara (1,3%), Karibia (1,2%), Turki Amerika (1,1%), Iran Amerika (0,7%), dan Hispanik/Latin (0,6%).

 Organisasi Islam di Amerika
               Kelompok yang paling besar adalah American Society of Muslims (ASM atau Masyarakat Muslim Amerika), pengganti Nation of Islam, yang lebih dikenal sebagai Black Muslim. Kelompok ini dipimpin oleh Warith Deen Mohammed. Tidak begitu jelas berapa Muslim Amerika yang mengikuti kelompok ini. Kepercayaan kelompok ini juga berbeda dengan kepercayaan Islam pada umumnya, mereka tidak mengenali Muhammad adalah Rasul Allah yang terakhir.
                Kelompok terbesar kedua adalah Islamic Society of North America (ISNA atau Masyarakat Islam Amerika Utara). ISNA adalah suatu asosiasi organisasi-organisasi Muslim dan perorangan untuk mempresentasikan Islam. Kelompok ini dibuat oleh imigran, beberapa etnis Kaukasia dan sekelompok kecil Afro Amerika yang masuk Islam. Jumlah anggotanya baru-baru ini mungkin telah melampaui ASM. Konvensi tahunan ISNA mungkin adalah pertemuan Muslim paling besar di AS. Organisasi ini telah dikritik karena menyebarkan ajaran Wahabi dan karena memiliki hubungan dengan terorisme.
               Kelompok terbesar ketiga adalah Islamic Circle of North America (ICNA atau Lingkaran Islam Amerika Utara). ICNA adalah kelompok Islam yang tidak memandang kesukuan, terbuka bagi semua, dan mandiri. Kelompok ini dibentuk oleh imigran, Amerika kult putih, dan Afro Amerika yang masuk Islam. Kelompok ini sedang tumbuh, dan juga bisa lebih besar dari ASM disaat sekarang. Divisi mudanya adalah Young Muslims atau Muslim Muda.
                Islamic Supreme Council of America (ISCA atau Dewan Tertinggi Muslim Amerika) mewakili banyak Muslim AS. Tujuannya adalah menyediakan solusi-solusi bagi Muslim Amerika, yang berlandaskan hukum Islam. ISCA bekerja keras untuk mengintegrasikan ajaran Islam dalam memecahkan isu-isu zaman demi memelihara keyakinan Islam di tengah masyarakat yang sekuler.
               Islamic Assembly of North America (IANA Himpunan Islam Amerika Utara), adalah suatu organisasi Muslim terkemuka di AS. Menurut situs mereka, di antara sasaran IANA adalah "mengkoordinir dan mempersatukan usaha-usaha dari dakwah yang berbeda, mengorientasikan organisasi (Islam) di Amerika Utara atau mengarahkan umat Muslim untuk bertahan pada metodologi Islam". Untuk mencapai sasarannya, IANA menggunakan sejumlah alat, metode, konvensi, rapat anggota, lembaga, institusi, akademi berorientasi dakwah, dan lain-lain.
               Muslim Students' Association (MSA atau Asosiasi Pelajar-pelajar Muslim), adalah suatu kelompok yang diperuntukkan bagi pelajar Islam di perguruan tinggi Kanada dan Amerika Serikat. MSA juga sering dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti pengumpulan dana untuk tunawisma selama Ramadhan.
                Islamic Information Center (IIC atau Pusat Informasi Islam) adalah organisasi yang dibentuk untuk memberi informasi kepada publik, sebagian besar melalui media, seputar Islam dan umat Muslim.


Profil Muslim AS Kontemporer
Berbicara tentang umat Islam AS pada masa kontemporer ini berarti berbicara tentang  tiga kelompok berikut.  Pertama, penduduk asli (indigenous) yang lahir dan dibesarkan di AS, bernenek moyang Eropa-Amerika atau Kaukasia, yaitu  orang-orang bule (pale face) yang berpindah agama atau memeluk Islam.  Meskipun demikian orang Afro-Amerika pun sering dimasukkan ke dalam indigenous ini.  Kedua, orang muslim imigran yang berasal dari sekitar enam puluh negara yang telah membentuk lebih dari seratus sub-kelompok/ komunitas.  Ketiga, orang-orang yang menetap sementara di AS, baik sebagai diplomat, mahasiswa, pengusaha, atau yang mempunyai urusan lain yang disebut sojourners.
Dari kalangan indigenous pertama  yang menganut Islam tercatat Referend Norman, seorang misionaris gereja Methodist di Turki.  Ia memeluk Islam pada 1870.  Pada dekade berikutnya adalah seorang Afro-Amerika, Muhammad Alexander Russel Webb, yang masuk Islam ketika bertugas sebagai konsul Jendral AS di Philipina (1887).
Ia adalah pelopor utama yang mendirikan organisasi Islam pertama di negeri ini (1893), menerbitkan Moslem World sebagai sarana dakwahnya   dan memberikan kuliah-kuliah tentang Islam di berbagai kota di AS.  Menjelang wafatnya (1916) Webb pernah berbicara dengan banyak pemikir agama dan sosial AS yang terkemuka, seperti Mark Twain.  Ia pun mendirikan sekitar enam cabang Moslem Brotherhood (bukan Ikhwanul Muslimin-nya Hasan Al-Banna) dan American Islamic Propaganda di berbagai kota bagian Pantai Timur AS (East Coast).  Walaupun organisasi yang didirikan Webb ini mati prematur, namun tak dapat diragukan lagi bahwa anggotanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan Islam di kemudian hari.
Sebelum kematian Webb, Islam telah mulai bangkit sebagai fenomena agama dan nasionalitas di kalangan Afro-Amerika.  Gerakan Islam yang paling penting saat ini adalah Moorish-American Science Temple, yang diresmikan tahun 1913 di Newark, New Jersey.  Pendirinya adalah Noble Dew Ali.  Gerakan ini dilanjutkan oleh Elijah Muhammad (terlahir dengan nama Elijah Poole) yang mengklaim bahwa ajarannya diperoleh dari seorang yang misterius, yakni Imam Mahdi Farad Muhammad.  Ia menggunakan konsep Kristen tentang Tuhan dan inkarnasi, yang akhirnya menisbatkannya menjadi pemimpin kharismatik dan “nabi” dari komunitas Nation of Islam (NoI) yang memperkenalkan dogma “orang putih sama dengan setan”. 
Seorang black-american lain yang tertarik ke dalam Islam berkat NoI adalah Malcolm X, yang juga merekrut mualaf baru dalam jumlah yang signifikan.  Namun ibadah hajinya ke Mekkah yang memberi pengalaman ukhuwwah islamiyyah baru membuat ia memutuskan hubungannya dengan NoI, dan  berda’wah dengan persepsi baru yang dinamainya “ the true Islam” (Islam sejati).  Termasuk putra Elijah Muhammad, Warith Deen Muhammad, menjadi muridnya.  

      Pengaruh Islam di Benua Amerika
Sekali-kali cobalah Anda membuka peta Amerika. Telitilah nama tempat yang ada di Negeri Paman Sam itu. Sebagai umat Islam, pastilah Anda akan dibuat terkejut. Apa pasal? Ternyata begitu banyak nama tempat dan kota yang menggunakan kata-kata yang berakar dan berasal dari bahasa umat Islam, yakni bahasa Arab.
Tak percaya? Cobalah wilayah Los Angeles. Di daerah itu ternyata terdapat nama-nama kawasan yang berasal dari pengaruh umat Islam. Sebut saja, ada kawasan bernama Alhambra. Bukankah Alhambra adalah nama istana yang dibangun peradaban Islam di Cordoba?
Selain itu juga ada nama teluk yang dinamai El Morro serta Alamitos. Tak cuma itu, ada pula nama tempat seperti; Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Alcazar, Alameda, Alomar, Almansor, Almar, Alva, Amber, Azure, dan La Habra.
Setelah itu, mari kita bergeser ke bagian tengah Amerika. Mulai dari selatan hingga Illinois juga terdapat nama-nama kota yang bernuansa Islami seperti; Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. Malah, di negara bagian Washington terdapat nama kota Salem.
Pengaruh Islam lainnya pada penamaan tempat atau wilayah di Amerika juga sangat kental terasa pada penamaan Karibia (berasal dari bahasa Arab). Di kawasan Amerika Tengah, misalnya, terdapat nama wilayah Jamaika dan Kuba. Muncul pertanyaan, apakah nama Kuba itu berawal dan berakar dari kata Quba – masjid pertama yang dibangun Rasulullah adalah Masjid Quba. Negara Kuba beribu kota La Habana (Havana).
Di benua Amerika pun terdapat sederet nama pula yang berakar dari bahasa Peradaban Islam seperti pulau Grenada, Barbados, Bahama, serta Nassau. Di kawasan Amerika Selatan terdapat nama kota-kota Cordoba (di Argentina), Alcantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Ada pula nama pegunungan Absarooka yang terletak di pantai barat.
Menurut Dr A Zahoor, nama negara bagian seperti Alabama berasal dari kata Allah bamya. Sedangkan Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah. Sedangkan Tennesse dari kata Tanasuh. Selain itu, ada pula nama tempat di Amerika yang menggunakan nama-nama kota suci Islam, seperti Mecca di Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Medina di Ohio, Medina di Tennessee, serta Medina di Texas. Begitulah peradaban Islam turut mewarnai di benua Amerika.

Fakta Eksistensi Islam di Amerika
Tahun 999 M: Sejarawan Muslim Abu Bakar Ibnu Umar Al-Guttiya mengisahkan pada masa kekuasaan Khalifah Muslm Spanyol bernama Hisham II (976 M -1009 M), seorang navigator Muslim bernama Ibnu Farrukh telah berlayar dari Kadesh pada bulan Februari 999 M menuju Atlantik. Dia berlabuh di Gando atau Kepulauan Canary Raya. Ibnu Farrukh mengunjungi Raja Guanariga. Sang penjelajah Muslim itu memberi nama dua pulau yakni Capraria dan Pluitana. Ibnu Farrukh kembali ke Spanyol pada Mei 999 M.
Tahun 1178 M: Sebuah dokumen Cina yang bernama Dokumen Sung mencatat perjalanan pelaut Muslim ke sebuah wilayah bernama Mu-Lan-Pi (Amerika). Tahun 1310 M: Abu Bakari seorang raja Muslim dari Kerajaan Mali melakukan serangkaian perjalanan ke negara baru. Tahun 1312 M: Seorang Muslim dari Afrika (Mandiga) tiba di Teluk Meksiko untuk mengeksplorasi Amerika menggunakan Sungai Mississipi sebagai jalur utama perjalanannya.
Tahun 1530 M: Budak dari Afrika tiba di Amerika. Selama masa perbudakan lebih dari 10 juta orang Afrika dijual ke Amerika. Kebanyakan budak itu berasal dari Fulas, Fula Jallon, Fula Toro, dan Massiona – kawasan Asia Barat. 30 persen dari jumlah budak dari Afrika itu beragama Islam.

Tahun 1539 M: Estevanico of Azamor, seorang Muslim dari Maroko, mendarat di tanah Florida. Tak kurang dari dua negara bagian yakni Arizona dan New Mexico berutang pada Muslim dari Maroko ini. Tahun 1732 M: Ayyub bin Sulaiman Jallon, seorang budak Muslim di Maryland, dibebaskan oleh James Oglethorpe, pendiri Georgia. Tahun 1790 M: Bangsa Moor dari Spanyol dilaporkan sudah tinggal di South Carolina dan Florida.

DAFTAR PUSTAKA



Alwi Shihab dalam Kata Pengantar Buku Jane I. Smith, Islam di Amerika (Jakarta: yayasan Obor Indonesai, 2005)

Jane I. Smith, Islam di Amerika (Jakarta: yayasan Obor Indonesai, 2005) hlm. 74.

 Ibid, Hlm. 75.

M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005) Hlm 280-281.

 Taufik Abdullah dalam Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban Jilid 6.,(Jakarta: PT. Ichtiar baru Van Hoeve, 2002) Hlm. 202.

Jhon L. Esposito, Ensiklopedia Oxpord, Dunia Islam Modern, Jilid II (Bandung: Mizan, 2002) Hlm. 122-127.


                 

2 comments :

  1. Baru tahu ternyata di Amerika banyak kota yang namanya berasal dari bahasa Arab...

    ReplyDelete
  2. perjuangan dibutuhkan bagi era baru muslim di amerika

    ReplyDelete