Islam di Rusia
REPUBLIKA.CO.ID,
Islam adalah agama kedua yang paling banyak dianut di Rusia setelah Kristen
Ortodoks. Jumlahnya sekitar 21-28 juta penduduk atau 15-20 persen dari sekitar
142 juta penduduk. Islam dianggap sebagai salah satu agama tradisional yang merupakan
warisan sejarah Rusia.
Menurut sebuah jajak pendapat oleh Pusat Riset Opini Publik Rusia, enam persen responden menganggap diri mereka Muslim. Ada lebih dari 5.000 organisasi Muslim yang terdaftar. Kelompok ini terdiri dari Sunni, Syiah dan sufi. Muslim di Rusia kini memiliki kehidupan yang lebih baik dibandingkan masa komunis dulu. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia.
Suku Dagestani diketahui sebagai kaum Muslim pertama di Rusia. Mereka memeluk Islam setelah penaklukan oleh Arab pada abad ke-8. Negara bagian Muslim pertama di Rusia adalah Volga Bulgaria (922 M). Orang Tatar mewarisi agama dari negara ini. Kemudian sebagaian besar orang Eropa dan Turki Kaukasia mengikuti memeluk Islam.
Penaklukan Rusia atas Kaukasus Utara pada abad ke-18 dan 19 membawa Muslim dari kawasan Dagestan, Chechen, Circassia, Ingush dan sekitarnya ke dalam negara Rusia. Sebagian besar kaum Muslim di negara federasi ini menganut Islam Sunni.
Di beberapa kawasan, terutama di Dagestan dan Chechnya, ada tradisi sufisme yang diwakili oleh tarekat Naqsyabandi dan Shazili dipimpin oleh Syekh Said Afandi al-Chirkawi ad-Daghestani.
Menurut sebuah jajak pendapat oleh Pusat Riset Opini Publik Rusia, enam persen responden menganggap diri mereka Muslim. Ada lebih dari 5.000 organisasi Muslim yang terdaftar. Kelompok ini terdiri dari Sunni, Syiah dan sufi. Muslim di Rusia kini memiliki kehidupan yang lebih baik dibandingkan masa komunis dulu. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia.
Suku Dagestani diketahui sebagai kaum Muslim pertama di Rusia. Mereka memeluk Islam setelah penaklukan oleh Arab pada abad ke-8. Negara bagian Muslim pertama di Rusia adalah Volga Bulgaria (922 M). Orang Tatar mewarisi agama dari negara ini. Kemudian sebagaian besar orang Eropa dan Turki Kaukasia mengikuti memeluk Islam.
Penaklukan Rusia atas Kaukasus Utara pada abad ke-18 dan 19 membawa Muslim dari kawasan Dagestan, Chechen, Circassia, Ingush dan sekitarnya ke dalam negara Rusia. Sebagian besar kaum Muslim di negara federasi ini menganut Islam Sunni.
Di beberapa kawasan, terutama di Dagestan dan Chechnya, ada tradisi sufisme yang diwakili oleh tarekat Naqsyabandi dan Shazili dipimpin oleh Syekh Said Afandi al-Chirkawi ad-Daghestani.
Alquran
pertama yang dicetak diterbitkan di Kazan pada 1801 M. Pada era 1990-an,
jumlah percetakan risalah Islam meningkat. Surat kabar dan majalah Islam dalam
bahasa Rusia diterbitkan. Penduduk Muslim biasanya bermukim di antara Laut
Hitam dan Laut Kaspia, yakni masyarakat Avar, Adyghe, Balkar, Nogai, Chechnya,
Circassian, Ingush, Kabardin, Karachay dan Dagestan. Di Volga Basin tengah juga
terdapat penduduk Tatar dan Bashkir. Banyak Muslim juga yang tinggal di Perm
Krai dan Ulyanovsk, Samara, Nizhny Novgorod, Moscow, Tyumen, dan Leningrad Oblast
(kebanyakannya kaum Tatar).
Secara resmi jumlah masjid di Rusia mencapai 4.750 masjid. Namun jumlah sebenarnya jauh lebih besar dan terus bertambah. Di Dagestan saja terdapat antara 1.600 - 3.000 masjid. Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah masjid di Tatarstan telah melebihi 1.000.
Di ibu kota Rusia dengan jumlah pemeluk Islam yang melebihi satu juta orang, terdapat 20 komunitas Muslim dan lima masjid. Menurut pakar data Rusia, sedikitnya terdapat 7.000 masjid di Rusia. Masjid Marcani adalah masjid tertua yang dibangun di Kazan. Masjid ini dibangun pada 1766-1770 M saat Catherine Agung berkuasa dengan donasi dari masyarakat. Masjid Marcani menjadi satu-satunya masjid yang lolos dari penutupan ketika periode Uni Soviet. Arsiteknya, Vasily Kaftyrev menggabungkan gaya barok dan gaya arsitektur abad pertengahan. Masjid dua tingkat ini berlokasi di tepi Danau Qaban
Secara resmi jumlah masjid di Rusia mencapai 4.750 masjid. Namun jumlah sebenarnya jauh lebih besar dan terus bertambah. Di Dagestan saja terdapat antara 1.600 - 3.000 masjid. Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah masjid di Tatarstan telah melebihi 1.000.
Di ibu kota Rusia dengan jumlah pemeluk Islam yang melebihi satu juta orang, terdapat 20 komunitas Muslim dan lima masjid. Menurut pakar data Rusia, sedikitnya terdapat 7.000 masjid di Rusia. Masjid Marcani adalah masjid tertua yang dibangun di Kazan. Masjid ini dibangun pada 1766-1770 M saat Catherine Agung berkuasa dengan donasi dari masyarakat. Masjid Marcani menjadi satu-satunya masjid yang lolos dari penutupan ketika periode Uni Soviet. Arsiteknya, Vasily Kaftyrev menggabungkan gaya barok dan gaya arsitektur abad pertengahan. Masjid dua tingkat ini berlokasi di tepi Danau Qaban
Presiden Rusia: Muslim Penduduk Asli Tanah Kami
RUSIA (voa-islam.com) Seperti
dilansir Sharia.co.id, Pada tanggal 11 Juni 2015 diselenggarakan
International Forum Muslim Visi Strategis ?Rusia ? Dunia Islam? di Hotel
President Moscow, Russia.
Dalam pertemuan International Forum muslim Russia ?
Dunia Islam membahas perkembangan dialog visi strategis dengan dunia islam yang
dihadiri oleh 15 tokoh muslim dari 15 negara dari negara islam.
Forum ini terbentuk atas prakarsa Presiden Russia
Vladimir Putin pada 2006, dalam sidang ini untuk menciptakan kedekatan Russia
dengan Dunia Islam dan mengembangkan kemitraan strategis dalam berbagai bidang.
Kemudian sidang dilakukan secara berkala di Moskow, St. Peter, kazan,
dan negara-negara islam anggota. Setelah vakum selama 2011 hingga 2014. Hadir dalam acara ini, Sekjen OKI Mr. Iyad
Madani, Presiden Republik Tatarstan Rustam Minnikhanov Nurgalievich, tokoh
kementrian Russia Sergey Victorovich, Mufti Russia Syeikh Ravil Gainutdin,
termasuk Tokoh Muslim Indonesia Prof. Dr. Din Syamsuddin yang diangkat kembali
sebagai anggota group kemitraan Strategis Russia ? Dunia Islam.
Dalam pidato sambutan Syeikh Ravil Gainutdin Presiden Dewan Mufti Russia
dan Administrasi Spiritual Muslim Federasi Russia menyebutkan bahwa atas
permintaan Presiden Vladimir Putin kelompok kami dipimpin oleh Presiden
Tatarstan Rustam Minnikhanov Nurgalievich. Republik Tatarstan memberi
kontribusi berharga untuk pengembangan dialog strategis dengan dunia islam, hal
ini telah menunjukkan relevansi inisiatif Presiden Rusia untuk pemulihan
hubungan dengan negara-negara muslim. Pada
periode awal sidang forum ini dipimpin oleh mantan perdana menteri Russia
Yevgeny Maksimovich Primakov.
Vladimir Vladimirovich Putin, berulang kali mencatat bahwa Warga Muslim
Rusia ? bukan pengunjung, penduduk asli dari tanah kami, bagian organik
peradaban Eurasia. Misi diplomatik tinggi ini akan terus kondisi baru. Setelah hari ini Rusia-negara Eropa dengan
jumlah muslim terbesar, warganya 20 juta. Moskow, salah satu ibu kota dunia 90
persen dari muslim di negara itu hidup tepatnya di bagian Eropa dari Rusia.
Penyelenggaraan konferensi Ilmiah internasional, kursus pelatihan Imam
Kompetisi Internasional Hifzil Qur?an, dan pameran Expo Halal Internasional. Melalui konferensi Ilmiah dan seminar
menjelaskan kepada masyarakat (para ilmuwan dan praktisi urusan publik)
mengenai ekonomi Islam dari fitur perbankan dan sistem keuangan negara-negara
Muslim, penyesuaian standar sistem Industri halal mereka dan memberikan pernghargaan
kepada hasil yang terbaik. Selain itu, di Russia dalam beberapa tahun terakhir
ini telah menerapkan kerjasama dengan perguruan tinggi negeri terkemuka. Dalam studi mendalam penelitian tentang
sejarah dan budaya Islam diantara lain Moscow State University, St. Petersburg
State University dan Kazan (Volga) Federal University. Dari hasil penelitian
tersebut mereka memberi rekomendasi untuk diterapkan dalam sosialisasi islam.
Sistem akademik Rusia dan Pencegahan analisis konflik agama, realisasi potensi
perdamaian islam di dunia. Di Russia ada
keseimbangan berabad-abad peradaban, agama dan negara. Dari pengalaman kami
dengan ikatan dan kedekatan Ortodoks, Islam, sekolah tradisional dan pendidikan
tinggi humanisme sukeler Turki Eurasia ? kaukasia ? Slavia. Kami memiliki alat
media dasar Majalah Rusia ?Menara Islam? (Minaret Islama) yang diterbitkan
dalam bahasa Inggris, Rusia, Arab, Turki, dan Farsi.
Dalam
sambutan sekjen OKI (Organisasi Konferensi Islam) Mr. Iyad Madani menekankan
pentingnya kemitraan strategis Russia ? Dunia Islam, karena antara kedua pihak
terdapat hubungan historis, ekonomi, dan sosial-budaya. Untuk itu Russia telah
diterima sebagai pengamat pada sidang-sidang OKI. Din Syamsuddian mendapat kesempatan pertama
berbicara dalam pembukaan ini. Dunia Islam memiliki 4 sumber daya, yaitu Sumber
Daya Manusia, Sumber Daya Alam, Sumber Daya Nilai yaitu ajaran-ajaran Islam itu
sendiri yang menggerakkan kehidupan dan Sumber Daya Sejarah yaitu adanya masa
lalu yang jaya (glorious past) pada abad pertengahan. Begitu pula Russia masih
menyisakan kekuatan-kekuatan Sumber Daya Manusia dan Ilmu pengetahuan serta
teknologi. Din menegaskan, kemitraan strategis
antara Russia ? Dunia Islam perlu bersifat konprehensif dalam meliputi berbagai
aspek peradaban. Jika hal ini terealisasi maka kemitraan ini menjadi kekuatan
dunia baru yang signifikan dalam merestorasi kebangkitan dan kemajuan peradaban
bagi umat semua manusia. Pada sidang ini
dibahas, resolusi bersama dalam menghadapi ancaman radikalisme atas dasar agama
yang menggunakan kekerasan, psedo negara, psudo Islam, dengan mengakui
pentingnya faktor kebutuhan untuk menghormati tiga agama Ibrahim yaitu: Yahudi,
Kristen dan Islam, juga disepakati langkah-langkah bersama dalam mengarahkan
kehidupan global ke arah yang lebih baik, lebih damai dan lebih maju. Di akhir
sidang disepakati agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah di sidang tahun
depan.
Penulis: Nurul Wirda. Lulusan Master Psikologi
Moscow State Pedagogical University, Moskow ? Russia. [adivammar/voa-islam.com]
Keniscayaan Bangkitnya Islam
di Rusia
ERAMUSLIM, Oleh:Frassminggi
Kamasa*
Pascaruntuhnya Uni Soviet, Islam memainkan peranan
penting dalam perkembangan di Rusia. Umat Islam terus berkembang menjadi salah
satu soko guru bagi Rusia secara keseluruhan. Bahkan bila ingin mengetahui
politik Rusia secara utuh, mau tidak mau harus memahami pula perkembangan Islam
kontemporer di Rusia dan peranannya dalam masyarakat. Benarkah Islam sedang
bangkit di Rusia? Memang tidak banyak orang Indonesia yang mengetahui bahwa
umat Islam di Rusia merupakan kelompok kedua terbesar setelah penganut
Ortodoksi (Pravoslaviya). Beberapa data dan pernyataan menyebutkan angka sampai
25 juta muslim dari 145-an juta penduduk Rusia keseluruhan. Hubungan antara
umat Islam dan mayoritas Ortodoksi nampak cukup harmonis dan pemerintah
sekarang juga memberikan keleluasaan bagi perkembangan kedua kelompok terbesar
ini.
Dalam membangun kehidupan antarumat beragama di Rusia terdapat
fundamental yang melandasinya. Fundamental itu adalah setiap etnis grup
mempunyai agama dan tiap etnis dapat menghitung berapa pemeluknya. Andaikan
terjadi pindah agama dalam suku tertentu maka akan dianggap radikal dan
teroris. Islam sebagai agama terbesar
kedua di Rusia mempunyai pola yang berbeda dengan Ortodoksi. Islam tidak
mengenal patriarki atau sentralisasi kekuasaan agama. Hal ini membuat
pemerintah sulit untuk mengontrol Islam meski mekanisme pengontrolan Islam
telah diatur dalam Departemen Spiritual yang dibentuk sejak abad ke-18 di masa
pemerintahan Tsarina Catherine Agung. Islam
yang diatur menurut pengaturan Ortodoksi semacam ini mendapat pertentangan
keras dari umat Islam tetapi mereka masih melaksanakannya dengan bernaung dalam
grup besar yang akan terlihat di bawah nanti.
Membicarakan perjalanan Islam di Rusia tidak bisa dilepaskan bagaimana
suatu masyarakat berproses dan bermetamorfosis dari satu bentuk ke bentuk
lainnya dalam rangka pencapaian tujuan bangsa. Dinamika beragama di Rusia
dimulai pada fase pascaruntuhnya Uni Soviet. Pada periode ini terjadi vakum
ideologi dalam masyarakat Rusia secara keseluruhan.
Ideologi Sosialisme/Komunisme yang memerintah selama 74 tahun dianggap
tidak efektif mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang dicita-citakan, tidak
berhasil mewujudkan persatuan dan kesatuan, dan bertindak represif terhadap agama.Oleh
karena itu, terdapat pencarian kembali ideologi menurut akar masyarakat Rusia
sendiri yang berbeda-beda tiap kawasan dengan perkembangan yang berbeda pula
tetapi mempunyai karakteristik yang sama: menggali dari nilai agama dan
kepercayaan. Dalam hal ini, kebangkitan
Islam bagi muslim Rusia berarti memengaruhi pula cara pandang mereka dalam
keagamaan, sosial, politik, dan ekonomi yang selama masa Soviet ditundukkan
oleh negara. Meskipun perkembangan Islam di kawasan Privolga (Rusia tengah)
yang adem ayem berbeda dengan Kawasan Kaukasus Utara yang relatif bergolak,
tetapi mereka sama-sama bercirikan warna hijau. Bahkan khusus wilayah Kaukasus,
mereka sudah menyentuh aktivitas dan realitas politik dan dalam batas-batas
tertentu menggunakan organisasi keagamaan bukan hanya untuk tujuan spiritual
tetapi juga untuk tujuan sosial yang kadang harus berbenturan dengan
kepentingan persatuan nasional.
Tren Umum dan
Faktor Penyebab
Meski
evolusi Islam Rusia berkembang dalam tingkat dan arah yang berbeda-beda, namun
terdapat kecenderungan (tren) umum dan dan kemiripan faktor peyebabnya. Tren
umumnya biasanya diberikan julukan revitalisasi Islam yang berarti kegairahan
masyarakat dalam mencari, menggali, dan menemukan Islam secara menyeluruh sedangkan
faktor penyebabnya menurut kami dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu proses
kesejarahan yang berakar pada perjalanan Islam di Rusia yang dahulu dimasukkan
dalam imperium Tsar Rusia, masa pengekangan oleh Soviet, dan ketidakseimbangan
sosial-ekonomi. Tiga faktor dalam evolusi kebangkitan Islam ini berbaur dengan
lima faktor kontemporer yakni pengaruh Timur Tengah; pengaruh ajaran radikal;
masih berlanjutnya ketidakseimbangan sosial ekonomi; persepsi dan respons
terhadap dunia luar; dan kebijakan sistem Federal Rusia dalam menyikapi
perkembangan yang ada.
Pengaruh
Timur Tengah bukan hanya datang dari Arab Saudi atau gejala “Arabisasi”
misalnya di Kaukasus Utara, tetapi juga peran dan karakter revolusi Islam Iran.
Di Kaukasus Utara, semangat puritanisme Islam menjadi semakin kuat dan muncul
dalam pemerintahan. Di Dagestan, pengaruh keduanya mucul pada elit politik dan
pemuka agama yang mengembangkan kebijakan “Arabisasi”. Berlanjutnya ketimpangan
sosial-ekonomi antara daerah Islam dengan non-Islam ditengarai memunculkan
ingatan kolektif masa lalu. Pemasukkan wilayah mereka ke dalam imperium Tsar
Rusia, perebutan tanah air, gejolak resistensi Rusifikasi, deportasi penduduk
muslim besar-besaran zaman Soviet, penindasan kebebasan beragama, kerja paksa
di Gulag, dan perang menjadi ingatan yang sudah berlalu tetapi masih belum
dilupakan.
Menurut Badan Statistika Nasional Rusia, Rosstat,
pendapatan daerah terkaya di Rusia hampir mencapai 10 kali lebih tinggi
dibanding dengan daerah yang termiskin. Menurut harian Kommersant, perbedaan
antara rata-rata pendapatan perkapita di daerah yang maksimum (Moskwa) dengan
yang minimum (Ingushetia) adalah sebesar 9,8 kali di paruh pertama tahun 2007. Pada faktor keempat, Islam dipengaruhi tentu
saja oleh persepsi lokal dan orientasi terhadap dunia luar. Etnis Muslim
mayoritas ada di tujuh republik Federasi Rusia yakni Republik Bashkortostan dan
Tatarstan di kawasan Volga-Ural, dan Republik Chechnya, Ingushetia, Dagestan,
Kabardino-Balkaria dan Karachay-Cherkessia di Kaukasus Utara. Komunitas Islam
begitu majemuk sehingga tidak terlepas dari benturan apabila masing-masing
ingin mengadaptasikan Islam menurut kepentingan mereka sesaat. Dalam konteks
ini seperti halnya sejarah pemikiran Rusia yang terbagi dua menjadi zapadniki
(pro-Barat) dan slavophil (pro-Rusia) maka dalam konteks Islam pun terdapat
Ero-Islam dan Eroasia Islam yang mempunyai karakteristik dan perkembangannya
masing-masing. Faktor kelima adalah
kegamangan bentuk subjek republik antara federalisme dengan unitarianisme.
Republik Islam telah menjadi bagian dari Rusia tetapi mereka masih bergelut
dengan status hukum integrasi mereka dengan Federasi Rusia.
Setelah
runtuhnya Uni Soviet maka konstitusi federal Soviet Rusia diamandemen untuk
menghapus istilah otonomi dari bekas republik di dalam Soviet Rusia yang
kemudian diganti dengan Federasi Rusia. Jadi, seluruh wilayah, kawasan, dan
kota federal kemudian diakui sebagai bagian Federasi Rusia. Subjek federasi Rusia terikat dengan pemerintah
Federal Rusia melalui Perjanjian Federal, yaitu persetujuan mengenai yurisdiksi
dan kekuasaan antara badan federal dan pemerintah pusat di Moskwa. Pada
prinsipnya, UUD Rusia membayangkan adanya hak-hak yang sama bagi seluruh
subjek; tetapi republik-republik federal menikmati status yang berbeda yang
memungkinkan mereka untuk mengadopsi UUD domestik, menetapkan bahasa negara,
memilih presiden, dan membentuk Mahkamah Konstitusi. Rusia adalah negara berbentuk federasi dengan
subjek federasi yang terdiri dari 83 subjek federasi (dahulu 89 menurut UUD
1993) yakni: 21 republik; 46 oblast (provinsi); 9 kray (daerah
besar/wilayah/teritori); 1 oblast-otonom (provinsi otonom); 4 okrug otonom
(distrik otonom); dan 2 kota federal.
Status
yang berbeda mengandung arti federalisme yang asimetris dalam pengertian tidak
seluruh unit konstituen sama dalam lingkup ekonomi, geografi, dan sosial.
Inilah masalah pelik sistem dan struktur politik Federal Rusia dalam tingkat
sub-nasional dan level lokal. Pemerintah
pusat mencoba untuk menaklukkan negara-negara federal tidak hanya semata-mata
demi federalisme terpusat tetapi malah menjadi de-federalisasi, seperti negara
kesatuan (unitarianisme).
Peta Pembagian Administrasi Pemerintahan Federasi
Rusia
Potensi Kebangkitan
Di Federasi Rusia, awal abad ke-21 adalah periode
kebangkitan kembali rohani dan keagamaan, termasuk Islam. Mayoritas muslim
Rusia adalah sunni. Terdapat dua mazhab di Rusia: mazhab Shafii di Kaukasus
Utara dan mazhab Hanafi di wilayah negara lainnya. Dalam beberapa kawasan
terdapat tradisi sufi, utamanya pada suku Chechen dan Azeri. Bangunnya kembali
Islam di Rusia dimulai dengan pembentukan berbagai organisasi Islam dan masjid
sebagai tempat berkumpulnya umat. Muslim Rusia membentuk organisasi dan masjid
ini untuk mengorganisir struktur, pengaturan, dan pendekatan yang efesien, dan
tertib untuk mencapai tujuan dan kerja kebangkitan Islam.
Pendidikan adalah prioritas utama organisasi Islam
Rusia. Mereka menyadari bahwa kebangkitan Islam tidak mungkin tanpa kebangkitan
pendidikan Islam, karenanya sampai tahun 2007, tercatat telah berdiri 16
sekolah tinggi Islam hasil upaya mereka.
Menurut data register negara, terdapat 3.345 organisasi keagamaan muslim
di tingkat lokal. Jumlah yang terbesar dari organisasi keagamaan tersebut
terdaftar di daerah Volga sebanyak 1.945, Kaukasus Utara mencapai 980, dan Ural
mencapai 316 lembaga.
Di
beberapa kawasan lain pun bermunculan organisasi serupa meski jumlahnya lebih
kecil. Untuk jumlah masjid, yang tercatat resmi saat ini sebanyak 4.750 masjid.
Kawasan yang paling banyak terdapat masjid adalah di Dagestan dengan jumlah
3.000 masjid. Begitu pula di Tatarstan, yang dalam 10 tahun terakhir telah
mencapai lebih dari 1.000 masjid. Sementara di ibukota Moskwa, yang populasi
muslimnya sekitar satu juta jiwa, terdapat 20 komunitas Islam dan lima masjid
besar. Pakar data Rusia memperkirakan, jumlah masjid seluruhnya dapat mencapai
sedikitnya 7.000 masjid di Rusia. Bukti konkret potensi kebangkitan yang dapat
dilihat saat ini antara lain makin maraknya muslim Rusia untuk mempelajari
Al-Quran, tingginya animo untuk berangkat ke tanah suci untuk haji dan umrah,
jamaah masjid yang meningkat untuk menghadiri sholat atau acara religius
lainnya, tingginya proposal untuk pembangunan masjid baru, meningkatnya proyek
acara-acara Islam di radio dan program televisi, serta maraknya restorasi
pemakaian bahasa Arab dalam kehidupan mereka. Menurut catatan, lebih dari 32
ribu muslim Rusia telah menunaikan ibadah haji di tahun 2008.
Jumlah
itu mengalami peningkatan setelah sebelumnya hanya 26 ribu dan kemudian
ditambah kuotanya oleh pemerintah Arab Saudi sebanyak 6 ribu akibat
meningkatnya minat muslim Rusia untuk pergi haji. Meski kondisi ekonomi mereka
sulit tetapi kerinduan berat pergi ke tanah suci dapat menjadi bukti konkret
makin menguatnya gelombang kebangkitan muslim Rusia. Setiap minggu, TV pemerintah Rusia
menayangkan program yang dinamakan “Muslim”. Program tersebut menceritakan
mengenai tradisi, adat istiadat dan budaya pemeluk Islam di Rusia. Radio
pemerintah juga mempunyai program serupa.
Pada tahun 2003, dibentuk Persatuan Wartawan Muslim Rusia di bawah
payung Mufti Rusia dan dukungan Persatuan Wartawan Rusia. Muslim Rusia juga
aktif berpartisipasi dalam dialog antaragama yang diadakan pemerintah Rusia
setahun sekali untuk membahas isu-isu aktual dan memecahkan isu-isu sensitif
antarumat beragama. Negara-negara republik Islam di Kaukasus Utara mempunyai
arti strategis dan menjadi tulang punggung Rusia jalur pipa migas Rusia dari
Asia Tengah menuju Eropa melewati mereka. Negara-negara republik Islam di
Kaukasus Utara juga terkenal kaya akan minyak, gas alam, batu bara, emas, dan
sumber daya mineral lainnya
Menurut pakar, terdapat cadangan minyak raksasa di bawah Laut Kaspia yang diperkirakan lebih dari 25 juta barrel.
Menurut pakar, terdapat cadangan minyak raksasa di bawah Laut Kaspia yang diperkirakan lebih dari 25 juta barrel.
Republik
Islam di Kaukasus Utara diperkirakan kaya dengan minyak, gas alam, batu bara
emas, dan sumber tambang lainnya. Republik Ingushetia misalnya diperkirakan mempunyai
minyak bumi lebih dari 60 miliar ton. Chechnya diperkirakan mempunyai cadangan
minyak bumi yang cukup banyak tetapi produksi minyaknya telah merosot drastis
71% sejak tahun 199Potensi kebangkitan lain adalah tingkat fertilitas muslim
Rusia yang telah melampaui etnis Rusia. Misalnya, tingkat fertilitas Republik
muslim di Kaukaus Utara, khususnya Chechnya, mempunyai jumlah penduduk muda
yang termuda dalam struktur demografi masyarakat Rusia yang menua. Pada paruh
pertama tahun 2007, tingkat kelahiran di Chechnya 26,4 per 1.000 orang
sementara di Rusia 11,28 per 1.000 orang. Perbedaan 15,12 point ini merupakan
gap tingkat fertilitas etnis yang besar di Rusia. Untuk itu masa depan Islam
nampaknya akan menjadi perhatian serius bagi pemerintah Rusia di masa depan dan
menarik untuk dilihat bagaimana pemerintah Rusia menanggapi statistik faktual
ini.
Dengan
runtuhnya Uni Soviet muslim Rusia mulai menata kembali kehidupan agama dan
sosial mereka. Muslim Rusia merupakan muslim terbesar di Eropa dengan jumlah 25
juta atau sekitar 17% dari 140 juta jumlah penduduk Rusia. Islam terus
mengalami pertumbuhan di Rusia. Di samping berasal dari muslim keturunan,
banyak di antara mereka merupakan muslim Rusia yang mualaf. Bahkan bisa
dikatakan 60% pemeluk baru adalah etnis Rusia yang sebelumnya atheis. Berbeda
dengan muslim Eropa, muslim Rusia mempunyai sejarah panjang di Rusia yang
dimulai di pertengahan abad ke-7. Dari 182 etnis di Rusia, 57 etnis mengikuti
agama Islam dan hal ini membuat Islam adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan
dari budaya dan sejarah Rusia. Muslim Rusia punya hubungan baik dengan
agama-agama lain dan mereka tidak bersikap ekstrim. Itulah mengapa mereka
menantang kelompok-kelompok seperti Al Qaeda dan Taliban karena mereka tidak menerima
sikap kekerasan dan pemikiran fanatik. Sekalipun demikian ini tidak berarti
muslim Rusia lemah, ketika terjadi pengusiran besar-besaran dari tanah air,
mereka telah membuktikan sebagai umat yang sulit ditaklukkan.
Itulah sebabnya barangkali, saat bertemu dengan ulama Islam Rusia,
Presiden Rusia Dmitry Medvedev menegaskan tentang pentingnya posisi umat Islam
Rusia. Ia mengatakan “umat Islam Rusia di negara ini dihormati dan punya
pengaruh. Lembaga-lembaga Islam punya peran penting dalam menyebarkan
perdamaian dan menciptakan atmosfir spiritual dan perilaku baik di
tengah-tengah masyarakat serta berjuang melawan sikap ekstrim”. Dua grup besar
di komunitas Islam diwakili oleh pemimpinnya yakni Ravil Gainutdin dan Talgat
Tadjuddin. Talgat berorientasi pada Islam spirit dan penggabungan antara Islam
dengan Ortodoksi atau yang dikenal sebagai Krypto Ortodoksi. Ia mengatakan
bahwa hari raya Natal adalah hari raya orang Islam juga karena berasal dari
nabi Isa. Hal ini berbeda dengan pandangan
Ravil yang lebih puritan karena menakankan kembali kepada ajaran Al Quran dan
Hadis. Ia lebih dekat kepada pengaruh Arab yang menentang setiap tradisi pagan
yang masih tersisa dan dipakai peninggalan sebelum masuknya Islam di Rusia.
Sebagai contoh dari budaya
pagan yang masih lekat di Rusia dan masih dilaksanakan oleh beberapa umat Islam
Rusia adalah percaya adanya sungai suci, meminta air suci, dan semacamnya.
Dalam mengatasi kurangnya ilmu agama ini maka dibentuklah semacam majelis ulama
yang bertujuan mendidik ulama untuk berdakwah kepada masyarakat. Meski dua-duanya mempunyai perbedaan tajam
dalam hal akidah tetapi kedua-duanya sepakat bahwa Wahabisme dianggap sebagai
ancaman bagi kerukunan umat beragama Rusia. Hal ini karena Wahabisme menurut
mereka dan juga merupakan pandangan resmi pemerintah Rusia dianggap telah
memurtadkan orang Rusia (Slavia) Ortodoksi menjaid Islam.
Ortodoksi dan Mufti mengutuk aksi Wahabi semacam ini
dan oleh karena itu Wahabi merupakan musuh bersama di Rusia. Bahkan di Republik
Ingushetia terdapat UU yang melarang ajaran Wahabi, penyebaran Wahabi, dan
menjadi Wahabi. Di Rusia, paham Wahabi
dianggap sebagai penyimpangan Islam dan bukan Islam sesungguhnya. Meski
dilarang tetapi paradoksnya banyak para ulama Rusia yang belajar di Arab Saudi
yang secara resmi memakai paham Wahabi dalam metode pendidikannya. Hal ini
berarti secara tidak langsung pemerintah Rusia masih mengakui bahwa Wahabi
hanya tidak boleh di dalam negeri tetapi membolehkan untuk dipelajari di luar
negeri.
Penutup
Dalam bukan puasa Ramadhan di Masjid Prospek Mira Moskwa tahun lalu,
Mufti Besar Ravil Gainetdinov menekankan tradisi turun temurun dialog antara
muslim dengan pemeluk agama lain di Rusia. Ia menyatakan “Rusia adalah tanah
air kita bersama, kami selaku muslim Rusia berkeawajiban untuk melindungi dan
memperluas kekayaan spiritual yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita.” Kebijakan
yang menyejahterakan rakyat, memberikan kesempatan yang sama dalam segala
bidang bagi muslim Rusia untuk maju, meningkatkan pendidikan, merangkul segenap
lapisan Islam, serta sensitif terhadap Islam adalah strategi kebijakan Islam
yang bijaksana. Itulah kebijakan paling manjur yang selama ini telah dilakukan
dan semestinya ditingkatkan oleh Pemerintahan Rusia
SEJARAH ISLAM di RUSIA
Muslim Rusia adalah
bagian dari Muslim Soviet Rusia, terdiri dari kelompok yang heterogen, mereka
sama sekali berbeda dalam etnis, bahasa dan budaya bahkan mereka berbeda dalam
interaksinya dengan Islam. Dan etnis yang beragam ini kemudian disertai dengan
keanekaragaman bahasa, dan masing-masing bahasa memiliki dialek yang banyak.
Bahasa Arab diajarkan di sekolah Dasar dan madrasah-madrasah, tujuan utamanya
adalah untuk membaca Al-Qur’an dan memahami artinya. Mereka tidak bisa menulis
dan berbicara bahasa Arab, kecuali orang-orang yang telah mendapatkan
pendidikan tinggi. Sama halnya dengan bahasa Persia, yang merupakan kunci lain
untuk mengakses ilmu-ilmu Islam. Pada awal-awal abad ini, bahasa Rusia menjadi
“bahasa pemahaman” antara masyarakat Uni Soviet.
Kemudian secara
luas, umat Islam di Uni Soviet terkonsentrasi -walaupun tidak menyeluruh- di
Asia Tengah, yaitu di daerah yang dibatasi oleh Laut Kaspia di barat, Cina di
timur, Turki, Iran dan Afganistan di selatan. Masing-masing bersebelahan dengan
Pakistan dan India, akan tetapi ini bukan fakta, karena lebih dari separuh
Muslim di Uni Soviet sudah tinggal di daerah Asia Tengah. Sisanya menyebar di
seluruh wilayah Uni Soviet, terutama di Rusia. Di Rusia, ada lima
republik otonom Muslim yang mayoritas penduduknya beragama Islam, yaitu
Republik Tatarstan, Republik Dagestan, Republik Bashkiria (Bashkortostan),
Republik Kabardino-Balkaria dan Republik Chechnya, ditambah umat Islam yang ada
di republik lain dengan penduduk mayoritas Kristen, seperti Republik Ossetia
Utara, Republik Mari El, Republik Udmurtia, juga di republik lain dimana umat
Islam menjadi warga negaranya atau membentuk komunitas Islam.
Penyebaran Islam di Rusia
Islam masuk ke
Rusia dibawa para pedagang Muslim Arab dari wilayah Kaukasus dan tiba di Moskow
dari utara bukan dari selatan seperti yang diduga beberapa sejarawan, mereka
berpendapat bahwa Islam datang ke Moskow dari selatan, sebagai jalan paling
mudah untuk gerakan kafilah pedagang. Sebab, suku-suku Cossack Rusia yang
telatih untuk berperang, telah berdiri menentang penyebaran Dakwah Islam dan
pengaruh Islam yang merayap menuju jantung Rusia. Hal itu kemudian memaksa para pedagang Muslim
dan para da’i untuk melintasi stepa Asia Tengah menuju Siberia, dengan bantuan
kaum Tatar yang telah masuk Islam dan mendapat petunjuk kepada agama yang haq
sejak abad kesembilan Masehi di Kerajaan mereka, Kerajaan Volga Bulgaria Timur,
yang sekarang menjadi tanah air mereka. Daerah ini sebagian besar telah memeluk
Islam pada abad kesepuluh, dan pada abad 11 dan 12, Islam menyebar di wilayah
Ural, yang sekarang bernama Republik Bashkiria (Bashkortostan). Berkat para
pedagang Muslim dari Arab, Iran dan Turki Islam kemudian menyebar ke berbagai
bagian lain wilayah Rusia.Kaum Muslim saat ini, telah menjadi kekuatan baru di
sekitar Rusia, dari Siberia di sebelah utara dan timur laut ke arah selatan.
Islam tiba di Moskow
sekitar tahun 1200 Masehi, ketika itu, ibukota kerajaan Muslim ada di kota
Kazan. Saat itu, Moskow membayar pajak kepada Kazan. Kazan tetap menjadi
ibukota kaum muslimin sampai tahun 1552, ketika Tsar Rusia Ivan The Terrible
berhasil menduduki dan menghancurkan Kazan, membakar masjid, memindahkan
qubah-qubah indah ke Kremlin Moskow dan Red Square, yang masih ada sampai hari
ini. Kemudian ia menduduki kota Astrakhan pada tahun 1556, Siberia Barat tahun
1598, dan pada akhir abad keenam belas tiba di daerah-daerah Muslim di
Kabordino dan Chechnya. Sejak saat itu, Rusia memulai peperangan mereka melawan
kaum muslimin, mereka melarang kaum muslimin melakukan praktek keagamaan dan
memaksa mereka untuk mengikuti kebiasaan dan tradisi Rusia. Semua itu dilakukan
dalam rangka me-rusia-kan kaum muslimin, jika tidak dikatakan: mengkristenkan
mereka. Mereka memperlakukan kaum muslimin dengan kejam, menimpakan berbagai
siksaan, merampas kekayaan mereka dan memperkenalkan undang-undang hukuman
untuk memaksa penduduk setempat agar menolak agama Islam. Akan tetapi, mereka
tidak berhasil dalam proyek ini.
Mayoritas Muslim tetap
mengikuti agama mereka, kekejaman Rusia tidak mampu menghentikan penyebaran
Islam. Dan sungguh sebuah paradoks yang aneh, sebaliknya Islam mencapai
kemajuan baru di paruh kedua abad 18, pada masa pemerintahan Ratu Rusia,
Catherine II, dengan berubahnya kebijakan Rusia terhadap umat Islam yang hidup
dalam perbatasannya. Saat itu, kaum muslimin mencicipi kebebasan. Pada tahun
1764, propaganda toleransi beragama menguat, dan pada tahun 1767 pengusiran
penduduk Tatar dari kota mereka, yaitu Kazan, dicabut pemerintah. Pemerintahan
menuju tahap baru pada tahun 1773 dengan memberikan Tatar Volga kebebasan
beragama, hak untuk membangun masjid dan sekolah Al-Quran. Pedagang Volga
kemudian menjadi mediator yang sangat baik antara Tsar Rusia dan Asia Tengah.
Mereka juga bertindak sebagai da’i dan muballigh, membangun masjid, sekolah dan
membawa Islam kepada orang-orang yang masih semi-politheis di Bashkiria dan
Siberia Barat.
Kebijakan Tsar Rusia ini bukan didasari karena kecintaan terhadap umat
Islam, tetapi kebijakan yang didorong kepentingan Rusia untuk memperluas
pengaruh dan kontrol atas daerah tetangga, karena ia menyadari kemungkinan
untuk memanfaatkan masyarakat Muslim yang berada di Rusia, sehingga kehadiran
Rusia di Asia Tengah dapat diterima bahkan diinginkan di wilayah itu. Hal
itulah yang mendorong para penguasa Rusia untuk memperhatikan kekuatan politik
umat Islam yang tinggal di Tsar Rusia pada saat itu, pemerintah mulai mencoba
untuk mendapatkan dukungan mereka, didirikanlah lembaga sebagai pusat Fatwa di
Renburg (kemudian pindah ke Ufa) pada 1788. Setelah itu, dibentuk tiga lembaga
lain untuk Penerbitan Fatwa dalam abad berikutnya, satu lembaga pada 1831, dan
dua lainnya pada tahun 1872. Lembaga-lembaga ini sejenis hai’ah ulama (institusi
ulama), yang ada di pemerintahan Utsmani. Lembaga ini memiliki wewenang dalam
beberapa aspek hukum perdata, bertanggung jawab atas kaderisasi ulama,
pemeliharaan Wakaf dan publikasi buku-buku keagamaan yang tidak dibolehkan
terbit sebelum tahun 1800.
Setelah lima tahun
berlalu, tepatnya pada tahun 1806, sekitar 26.000 buku dicetak, termasuk 1500
salinan al-Qur`an, publikasi ini semakin meningkat ketika kaum muslimin
diizinkan menggunakan mesin cetak di pertengahan abad itu. Saat itu, para ulama
dan agamawan diwajibkan untuk mendaftar secara resmi, sehingga dari sudut
pandang pemerintah, mereka dianggap sebagai perwakilan Islam yang diakui dan
berada di bawah kontrol Kekaisaran Rusia. Sebagai imbalannya, mereka menikmati
berbagai keuntungan, termasuk pembebasan pajak dan dinas militer, dan anak-anak
mereka menikmati hak-hak yang dinikmati oleh anak-anak bangsawan. Namun di sisi
lain, mereka memperlihatkan loyalitas kepada pemerintah, meskpun secara
formalitas. Demikianlah karakter lembaga Islam dan dampaknya di kalangan umat
Islam pada era kekaisaran, sampai meletusnya kebebasan beragama di Rusia pada
tahun 1905, sebuah kesempatan bagi Islam memulai sebuah fase baru, dan situasi
ini berlanjut hingga sekitar dua puluh tahun.
Masjid Qolsarif Kazan Rusia
Islam di Bawah Kekuasaan Komunis
Ketika Perang Dunia Pertama pecah, kaum Muslimin berhasil menduduki posisi
yang terhormat di kekaisaran Rusia, atas apa yang telah mereka persembahkan
dalam perang untuk kepentingan negara mereka. Akan tetapi, kondisi ini segera
berubah setelah komunis mengkudeta pemerintahan. Kondisi umat Islam sangat
berbeda dengan kondisi pada akhir era Kekaisaran Rusia. Para penguasa Komunis
Soviet berbeda sikap, karena tujuan utama komunis adalah untuk memberantas
agama dalam segala bentuknya, yang dianggap sebagai “candu masyarakat”, menurut
istilah salah seorang pemimpin mereka.
Dimulailah serangkaian panjang penindasan agama, penerapan langkah-langkah
memusuhi Islam, dan dapat dikatakan bahwa selama era Soviet, Islam telah
menelan berbagai bentuk permusuhan Komunis terhadap agama secara umum; masjid
berubah menjadi toko-toko, kafe, kursus tari dan bioskop, padahal pada tahun
1912, di Rusia saja, kaum muslimin memiliki lebih dari 26.000 masjid, dan pada
tahun 1941 tidak ada masjid yang tersisa kecuali sekitar 1.000 saja, pengadilan
syariah sepenuhnya ditutup pada tahun 1927 dan sistem wakaf dihapus pada tahun
1930.
Sementara tulisan Arab dihapus pada tahun yang
sama, sekolah agama ditutup, institusi ulama dibubarkan dan banyak dari mereka
yang kemudian dieksekusi. Kaum muslimin tidak diperbolehkan untuk melakukan
haji, sistem pemeliharaan babi secara kolektif mulai diberlakukan di
tanah-tanah kaum muslimin, publikasi literatur agama dicekal, ibadah puasa
menjadi hal yang hampir mustahil, upacara keagamaan dan peringatan peristiwa
bersejarah dalam Islam dilarang dalam bentuk apapun. Partai Komunis di Rusia
melihat Islam sebagai kekuatan yang bersebrangan, agama dan iman adalah
hambatan menuju komunisme, dan dia harus cepat-cepat bekerja untuk
menghancurkan dengan propaganda dan informasi yang bersebrangan, bahkan, jika
diperlukan, bisa juga menggunakan jalur administrasi dan kepolisian. Dengan
cara itulah para pemimpin Bolshevik melihat Islam sejak awal masa kekuasaannya,
sebuah posisi yang disokong oleh Lenin, seorang musuh abadi bagi agama.
Serangan Komunis terhadap agama Islam membentang sejak tahun 1928 sampai
deklarasi Perang Dunia II. Serangan fisik ini diiringi dengan berbagai
propaganda yang sangat anti Islam, bahkan kemudian terkoordinasikan sehingga
mencapai dampak maksimal, digawangi oleh aktivis serikat pekerja anti Tuhan
“Sans-Dieu”, yang didirikan pada tahun 1925, serta berbagai media dan
organisasi negara serta lembaga pemerintah komunis.
Perlu juga untuk
disebutkan di sini beberapa kutipan dari Ensiklopedia Mini Soviet dalam Volume
IV halaman 879-880, pada subjek “Islam”, yang menjelaskan posisi resmi
pemerintah Rusia terhadap agama Islam, seperti: “Islam pada masa kekaisaran
Rusia Tsar memiliki kedudukan yang tinggi dan dipergunakan sebagai alat oleh
kaum kapitalis. Setelah Revolusi Oktober, Islam kemudian memegang bendera
anti-revolusioner. Dan sebagai efek dari pembangunan sosialisme dan pertumbuhan
ateisme, bangsa ini harus dibebaskan dari penindasan Islam yang telah
mengkronis, yang menjadi ideologi orang kaya dan musuh revolusi.” Dalam
ensiklopedia utama Soviet “Ensiklopedia Bolshevik” edisi kedua Volume XVIII
halaman 516-519, pada subjek “Islam”, “Islam, seperti semua agama lainnya,
selalu memainkan peran oposisi, karena merupakan alat penganiayaan secara
spiritual kelas pekerja lokal, dieksploitasi oleh para penjajah asing dari
masyarakat Timur Tengah…
Musuh-musuh internal revolusi
dan kaum imperialis asing menggunakan Islam untuk memerangi negara Rusia Soviet
setelah kemenangan komunis pada Revolusi Oktober, sepanjang perang saudara dan
intervensi asing… Demikian pula pihak-pihak lain mencoba mendapatkan keuntungan
dari Islam. karena itu, sosialisme terus berupaya memeranginya sepanjang era
konstruksi di Rusia. Saat itu, ulama Muslim memimpin perjuangan kelas melawan
legislasi Soviet dalam bidang keluarga, pernikahan, dan memperjuangkan
pembebasan perempuan dan membela hak mengenakan jilbab. Selain itu, mereka
menggunakan semua propaganda media terhadap agama Islam, yang disirkan melalui
radio dan film anti agama, termasuk banyak film yang mengejek Muslim di Rusia,
membuat olok-olok agama mereka dan menunjukkan bahwa Islam adalah penyebab
kebekuan pikiran, keterbelakangan dan penderitaan. Film itu juga memperlihatkan
berbagai ritual secara histeris, sehingga menjadi bahan tertawaan dan ejekan
yang parah, seperti tata cara wudhu, shalat, haji dan lain-lain.
Umat Islam terus
menanggung semua penidasan mulai dari terorisme, pengintaian dan pelecehan,
sampai pada Perang Dunia II, dimana terjalin kesepakatan antara pemerintah
Rusia dan institusi Islam, keadaan ini terus berlanjut selama era Stalinis
pasca perang. Pada bulan Juli 1942, Mufti Rusia dan Eropa, Abdul Rahman
Rasulaev, menjalin hubungan dengan Stalin, menguatkan kesepakatan dan berjanji
bahwa Muslim akan mendukung upaya perang dan itulah yang terjadi. Dengan
demikian, berhentilah propaganda anti-Islam secara relatif, demikian pula
penderitaan dan teror sedikit mereda, Negara dengan Islam berhubungan secara
resmi melalui bimbingan negara, terutama setelah pembentukan banyak lembaga
Islam. Situasi ini terus berlanjut sampai kematian Stalin, dan ini adalah periode
yang melegakan bagi kaum muslim Rusia. Kemudian pada era Khrushchev, prinsip
“back to Lenin” mengakhiri era rekonsiliasi. Ia meluncurkan propaganda baru
melawan Islam, yang berlangsung dari tahun 1954 sampai tahun 1964. Pada masa
itu, sebagian besar masjid yang tadinya terbuka untuk ibadah dan tempat-tempat
ziarah dan kunjungan ditutup. Ia juga meluncurkan siaran pers, radio, televisi
dan bioskop dan kampanye yang sangat intens menyerang agama.
Setelah era Khrushchev
jatuh, hubungan antara pemerintah dan umat Islam memasuki fase baru, dimana
serangan terhadap agama Islam sedikit mengendor, dan propaganda memusuhi Islam
mengambil karakter baru yang lebih beraroma ilmiah, pemerintah meyakinkan bahwa
serangan terhadap agama dan ulama adalah tidak begitu membuahkan hasil, karena
itu, serangan melawan Islam dilahirkan ke dalam tataran ideologis sesuai dengan
ideologi Marxisme – Leninisme yang pada dasarnya anti agama, karena itu, Partai
Komunis tidak bisa terus bersikap netral terhadap Islam. Perbedaan antara era
Leninis, Stalinis dan era lain berikutnya hanyalah dalam metode yang digunakan
oleh pemerintah Rusia untuk mempercepat penghapusan agama dan menghancurkannya.
Akan tetapi, meskipun berbagai upaya sudah dilakukan melalui propaganda media,
tekanan dan teror, pemerintah Rusia tetap tidak puas dengan hasil yang dicapai
dari berbagai upaya ini, dan mengumumkan kegagalan propaganda dan media
diarahkan terhadap Islam. Bahkan, sebaliknya, serangan yang ditujukan terhadap
Islam memunculkan fenomena lain. Sebagai contoh kami kemukakan sebuah
penelitian yang dilakukan pada tahun 1978 di Republik Chechnya, Rusia. Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa hanya 20 % dari rakyat Chechnya saja yang
terpengaruh propaganda media yang memusuhi Islam, sedangkan 80 % dari populasi
mereka yang tersisa justru bersikap antipati terhadap propaganda anti agama,
atau bersikap acuh tak acuh.
Pusat Keislaman dan Lembaga Keagamaan di Rusia pada
Periode ini
Sebelum runtuhnya Uni
Soviet, ada empat lembaga keagamaan yang didirikan pasca Perang Dunia II untuk
menggantikan peran Mufti, yang telah ada pada masa Kekaisaran Rusia. Dua
departemen ini berlokasi di Rusia, sedangkan dua lainnya di Uzbekistan dan
Azerbaijan.
Dalam hal ini, yang
terpenting adalah dua lembaga keagamaan yang ada di Rusia, dimana keduanya
dianggap sebagai pemandu urusan umat Islam sesuai dengan kebijakan Soviet,
keduanya tidak memiliki tugas, selain memantau situasi umat Islam dan
pergerakan mereka, dan mengatur urusan mereka sesuai dengan strategi pemerintah
pusat Uni Soviet. Adapun publikasi pemikiran dan budaya Islam serta memperkuat
ikatan iman di antara umat Islam adalah sesuatu yang tidak diceritakan. Lembaga
ini menggambarkan beberapa hal berikut:
1. Manajemen aspek spiritual kaum Muslim Rusia Eropa
dan Siberia: Lembaga ini berpusat di Ufa (ibukota Republik Bashkiria, Rusia), dengan
Tatar sebagai bahasa kerja dan daerah kerjanya meliputi republik administrasi
Tatarstan dan Bashkiria serta seluruh komunitas Muslim di seluruh koloni
Siberia, Rusia Timur yang ikut di bawah pemerintahan Uni Soviet.
Perlu disebutkan bahwa lembaga ini menjadi lembaga penerbitan Fatwa di era
Kekaisaran Rusia, dengan Ufa sebagai pusatnya. Meskipun aktivitas lembaga ini
telah berhenti setelah revolusi komunis, akan tetapi mulai aktif lagi pada era
Stalin, dan Abdul Rahman Rasulaev bekerja keras membujuk Stalin untuk meredakan
tekanan pada kaum muslim pada saat itu.
2. Manajemen spiritual umat Islam di Kaukasus Utara
dan Dagestan: Pusat administrasinya di ibukota Makachkala Republik Dagestan, dan bahasa
Arab adalah bahasa perkantoran. Bahasa Arab adalah bahasa sastra wilayah ini
sejak ditaklukkan bangsa Arab pada abad kedelapan Hijriyah. Otoritas lembaga
ini membentang meliputi semua daerah di Kaukasus Utara, Republik Dagestan,
Balkaria, Chechnya dan Ingushetia, dan kaum Muslimin di Republik Ossetia Utara,
daerah otonom Adag, Carachai dan Circassians.
Peta pembagian wilayah administrasi di russia
“Muslim di Rusia menghadapi berbagai serangan secara tidak
adil melalui media massa resmi yang beroperasi dan dijalankan pihak-pihak yang
mencurigakan, tangan-tangan Barat pun turut berkonspirasi guna melemahkan peran
Islam di negara ini.”
Muslim di Rusia Setelah Runtuhnya Uni Soviet
Masa ini, setelah
runtuhnya komunisme dan terbebasnya rakyat Uni Soviet dari kungkungan ateisme
dan politik anti Tuhan, kaum muslimin yang tinggal di Rusia merindukan
masa-masa dahulu, mereka merindukan kembali kepada pokok-pokok Islam, dan
masa-masa penyebaran Islam sebelum jatuhnya Kazan, Katedral Islam di Rusia, di
tangan Ivan The Terrible. Setelah 500 tahun hidup dalam ketidakadilan,
penindasan, kristenisasi dan pengkafiran, kaum Muslimin sekarang terbebaskan,
dan mereka ingin membangun masa depan mereka berdasarkan Islam yang benar, jauh
dari kekuasaan kaisar dan kaum ateis. Mereka menegaskan sebuah fakta penting
bahwa mereka adalah kaum Muslim bangga dengan keislamannya, dan mereka memiliki
hak untuk menentukan nasib mereka sendiri dan berhak untuk menikmati hak-hak
mereka di negeri Islam mereka.
Sebanyak 20 juta
Muslim di Rusia, memendam kerinduan dan keinginan kembalinya Islam kepada mereka, meskipun tidak pernah
terucap keluar hati mereka, meski komunis selalu berupaya untuk membunuh Islam
dalam pikiran, jiwa dan manifestasi kehidupan. Situasi baru ini tentu saja
memerlukan lembaga-lembaga dan sentral yang mampu memecahkan masalah, memenuhi
kebutuhan umat Islam, menganalisa berbagai kejadian mutakhir di Rusia dan
memberikan pandangan mereka mengenai isu-isu penting bagi umat Islam.
Masalah-masalah muslim Rusia secara umum begitu banyak dan membutuhkan
kerjasama serta dukungan tanggung jawab setiap Muslim, terutama Negara-negara
Islam.
Lembaga-lembaga Keagamaan
Kaum Muslimin Rusia
meyakini bahwa penyebaran ajaran Islam adalah misi global masyarakat Muslim
yang membutuhkan dukungan finansial dan moral dari semua Muslim di dunia dan
pengaturan skala prioritas sesuai tuntutan situasi, hal inilah yang mendorong
kaum muslimin Rusia untuk mendirikan Islamic center, dengan nama “Pusat
Koordinasi Urusan Agama. Sebenarnya, pusat ini menggantikan peran lembaga
keagamaan masa sebelumnya yang runtuh satu demi satu, karena tidak bisa
berkompromi dengan sejarah dan gagal memimpin kebangkitan Islam yang muncul
setelah pergerakan Islam kontemporer, karena mentalitas kepatuhan mereka, di
mana mereka memainkan peran perogatif, mengangkat dan memecat para imam dan
para pengurus lembaga pengelola urusan umat Islam sesuai keinginan mereka.
Selain itu, secara langsung lembaga berada di bawah naungan negara dan
mengimplementasikan kebijakan Negara terlepas dari kepentingan umat Islam. Langkah
pertama yang dilakukan pasca gerakan kebangkitan Islam adalah menyatukan umat
Islam dan mengatur urusan mereka setelah runtuhnya Uni Soviet, kondisi
perpecahan ini membuat umat tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Di
antaranya adalah pertemuan yang dihadiri hampir 120 perwakilan masjid-masjid di
Republik Bashkirstan, pusat lembaga keagamaan terdahulu, mereka sepakat untuk
mendirikan insitusi agama baru untuk mengatur urusan kaum Muslim Republik ini
dan tidak mengaktifkan kembali lembaga pusat keagamaan warisan Uni Soviet.
Dewan yang hadir sepakat untuk mendirikan institusi independen yang tidak
terkait pihak manapun, dan instutusi ini kemudian tercatat di pemerintahan,
sehingga memberikan legitimasi hukum. Setelah itu, diadakan pula pertemuan
serupa di masing-masing Republik Tatarstan Rusia dan sungai Volga,
Pertemuan-pertemuan ini diikuti dengan berdirinya berbagai institusi baru.
Untuk menghindari efek
buruk yang mungkin terjadi dan agar hasil kerja keras kaum muslimin di Rusia
lebih efektif, para pemimpin institusi baru ini kemudian bersepakat untuk
menyatukan semua institusi ini di bawah naungan Dewan Syura yang akan mengawasi
kinerjanya dan mengkoordinir antara institusi sehingga masing-masing bisa
mengambil manfaat dari pihak lain dalam berbagai bidang, saling melengkapi satu
sama lain, sehingga hasil yang bisa diambil menjadi lebih luas dan
komprehensif. Dan puncak upaya ini adalah dengan terbentuknya “Pusat Tertinggi
Koordinasi Agung Muslim Rusia” sebagai juru bicara resmi atas nama institusi
terhadap negara dan luar negeri. Pusat Koordinasi ini telah menerima lisensi
dari Departemen Kehakiman di Federasi Rusia pada tahun 1994, dan telah mulai
bekerja diawali dengan pemilihan kepala eksekutif oleh Dewan Syura yang terdiri
dari para kepala institusi cabang.
Daerah di Rusia dengan mayoritas Muslim (hijau)
Kegiatan Pusat Koordinasi Keagamaan Muslim di Rusia:
Pusat Koordinasi
bertugas untuk mengawasi dan mengatur semua lembaga keagamaan yang ada di
Rusia, konsolidasi organisasi Muslim dan mengkoordinasikan kegiatan mereka di
semua wilayah di bawah federal Rusia. Sejak awal berdirinya, Pusat Koordinasi
bertugas untuk membantu mengadakan seminar dan konferensi masyarakat Muslim di
daerah dalam rangka mengatur kondisi mereka. Jumlah masjid yang berada di bawah
bimbingan Pusat Koordinasi berjumlah sekitar 300 masjid. Dan yang paling
penting, Pusat koordinasi sangat memperhatikan sekolah-sekolah Islam, berupaya
untuk mengembangankan dan meningkatkan kualitasnya. Pusat telah merancang
sebuah studi untuk menetapkan kurikulum umum untuk semua sekolah yang mencakup
100 sekolah dengan berbagai tingkatannya. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan
level kebudayaan. Di samping itu, Pusat Koordinasi juga mendirikan
sekolah-sekolah khusus untuk mencetak kader imam, khatib dan guru. Selain itu,
ada pula proyek yang sedang dipersiapkan, yaitu mendirikan Central Islamic
College, yang akan menerima lulusan terbaik dari sekolah menengah. Dewan Syura
Pusat Koordinasi memerintahkan untuk mendirikan Islamic College untuk mengajar
dan mencetak guru dan kader yang memiliki keahlian dan spesialisasi dalam
mengajar, sehingga kelak, mereka bisa mengambil alih pengelolaan urusan sekolah
yang semakin meningkat dan tersedia di berbagai daerah guna membina generasi
Islam yang tercerahkan dan terdidik. Lokasi yang dipilih sebagai tempat Islamic
College ini adalah Moskow, mengingat pentingnya kota ini sebagai ibu kota,
memudahkan pengorganisasian dan perhubungan, di samping Pusat Koordinasi pun
mengambil Moskow sebagai basisnya.
Di sisi lain, sebagai
hasil dari upaya untuk memperluas cakupan Studi dan Penelitian Islam, di
Moskow, tahun 1996-1997, diumumkan sebagai awal tahun pelajaran Pusat Studi
Bahasa Arab dan Kajian Islam di Universitas Moskow, serta di Institut Peradaban
Islam yang bernaung di bawah Universitas Kebudayaan Islam untuk mempelajari
Al-Qur`an, Sunnah, Hadis, perbandingan agama dan dasar-dasar ilmu keislaman, di
samping pengajaran bahasa Arab, Turki dan Tatar. Adapun sikap terhadap isu-isu
politik kontemporer yang berkaitan dengan umat Islam di dalam dan luar negeri,
Dewan menegaskan sikapnya bahwa Muslim Rusia harus memiliki peran politik,
Islam dan umat Islam di Rusia harus memiliki pertimbangan dan sikap lain. Rusia
adalah negara dengan berbagai bahasa dan agama yang berbeda. Menurut politisi
Rusia, Rusia adalah untuk Rusia saja, dan itu adalah negara Kristen Ortodoks,
mereka lupa bahwa di Rusia terdapat sekitar dua puluh juta umat Islam yang
bukan penghuni baru negara ini, akan tetapi mereka adalah penduduk asli, mereka
telah menghuni tanah ini sejak zaman dahulu sampai sekarang, mereka harus
menikmati hak mereka untuk menentukan nasib sendiri. Karena itu, Dewan kemudian
mulai pergerakan politiknya dengan mendirikan komunitas politik dengan nama
“Persatuan Muslim Rusia”, untuk membela kepentingan umat Islam dan membantu
mengambil posisi mereka di negara ini.
Dewan ini juga
memiliki sikap istimewa untuk krisis Chechnya, para pejabatnya telah
mengumumkan secara terbuka pada sebuah konferensi pers di Moskow, bahwa mereka
mengutuk kebijakan pemerintah Rusia di Chechnya, dewan kemudian mengeluarkan
fatwa larangan memerangi kaum Muslim di Chechnya dan larangan untuk membantu
tentara yang memerangi bangsa Chechnya dan tidak boleh menshalati jenazah
tentara Muslim yang bergabung dengan tentara Federasi Rusia. Bahkan, Dewan
mengancam pemerintah, jika militer Rusia tetap melakukan penindasan terhadap
kaum Muslimin, maka Dewan akan mengeluarkan fatwa larangan berafiliasi kepada
angkatan bersenjata Federasi Rusia. Keputusan dan sikap tegas ini bergema di
seluruh Rusia. Melalui keputusan politik
ini, kita bisa menganalisa perbedaan besar antara sikap dan posisi lembaga
sebelumnya di era komunis. Selain lembaga terdahulu tidak mampu mengelola
urusan umat Islam, lembaga juga langsung berada di bawah bimbingan Negara dan
staf agamawan dalam lembaga itu adalah para pegawai yang dipekerjakan
pemerintah melalui komite urusan agama pada waktu itu, sehingga tidak
mengherankan jika mereka kemudian mengeluarkan fatwa, selama perang
Afghanistan, bahwa tentara muslim Rusia yang terbunuh dalam perang melawan
Mujahidin Afghanistan adalah seorang syahid, mereka telah menjalankan
kewajibannya untuk berjuang melawan musuh.
Ethno-Linguistic groups in the Caucasus region
Tantangan Masa Kini dan Masa Depan
Muslim di Rusia menghadapi berbagai serangan melalui media dan tidak adil,
melalui media massa resmi yang beroperasi di negaranya yang dijalankan
tangan-tangan yang mencurigakan. Selain itu, ditambah pula tangan-tangan Barat
yang berkonspirasi untuk melemahkan peran Islam di Rusia secara khusus, dan di
seluruh negara yang baru saja berdiri independen. Islam terus menerus
diberitakan dan digambarkan surat kabar dan artikel majalah secara buruk, Islam
digambarkan sebagai teroris, cenderung untuk melakukan peperangan dan tindakan
kriminal. Bahkan, ada beberapa program dan film yang disiarkan melalui radio
dan televisi yang secara terang-terangan menghabisi Islam dengan berbagai
kecurigaan dan tuduhan palsu yang tidak adil terhadap kaum muslimin. mereka
lupa bahwa Islam adalah agama perdamaian, kebudayaan dan pengetahuan, dan bahwa
berkat ulama Islam-lah Barat dan Timur menuai ilmu dan pengetahuan dalam
berbagai bidang dan seni hingga sampai pada taraf yang sekarang dinikmati.
Selain itu, berbagai propaganda yang merugikan umat Islam banyak dilakukan
untuk menjauhkan mereka dari agamanya. Semua dilakukan dari dalam, secara
terorganisir dan sangat berbahaya baik dengan bahasa nasional maupun lokal,
seperti bahasa Dagestan, Tatar dan Bashkir.
Misalnya, misionaris
Kristen datang ke pabrik-pabrik, di sana mereka menyebarkan gagasan dan budaya
mereka di antara para pekerja Muslim. Mereka bekerja keras untuk memalingkan
kaum muslimin dari agama mereka dan menjauhkannya dari keyakinan yang otentik,
terutama karena adanya gejala kembalinya Muslim Rusia kepada agama mereka
dengan begitu cepat setelah disintegrasi Uni Soviet dan runtuhnya rezim
komunis, ditandai dengan tumbuhnya berbagai gerakan keagamaan yang sangat
antusias untuk kembali kepada agama dan ritual-ritualnya. Dan semangat kembali
kepada agama ini tentu saja membutuhankan pengkoordinasian pendidikan dan
persiapan, dan pengembangan sebuah strategi untuk melindungi umat Islam dari
berbagai propaganda yang memusuhi Islam, menyebarkan budaya Islam dan
memperkenalkannya kepada manusia.
Para cendekiawan dan intelektual Muslim berusaha sekuat tenaga, dengan
segenap kekurangan dan kesederhanaan, dengan mencetak beberapa buku dari waktu
ke waktu, menerjemahkan sejumlah buku-buku Islam ke dalam bahasa lokal, membuka
pusat pembelajaran di kota-kota dan daerah pedesaan dan menekankan pentingnya
peran masjid dalam membangun, mengembangkan dan mendidik kaum muslimin, serta
melalui surat kabar Iman sebagai corong Pusat Koordinasi yang dipublikasikan
secara bulanan.
Islam di Rusia mulai melangkah maju untuk mengambil posisinya sebagaimana
di negara-negara lain, dan Islam mulai mewarnai berbagai posisi vital Rusia.
Masjid yang di era sebelumnya sepi, mulai hidup kembali, suara adzan menyeru
manusia untuk mendirikan shalat menggema dari berbagai menara yang menjulang
tinggi sebagai pertanda lahirnya fajar baru Islam di Rusia.
Hanya saja, mereka
memiliki masalah tersendiri. Banyak masjid-masjid yang belum dikembalikan
fungsinya. Jika masjid di Rusia, sebelum Revolusi Oktober, berjumlah lebih dari
14 ribu masjid di berbagai daerah, maka pasca revolusi kemudian berkurang
terus, hingga tersisa delapan puluh masjid saja. Masalah lain yang dihadapi
oleh umat Islam di Rusia, adalah kurangnya kader dalam jumlah yang memadai,
kader yang terlatih sebagai da’i dan imam. Ini adalah sebuah persoalan yang
sangat besar, beberapa masjid yang telah dikembalikan negara tidak memiliki
imam dan guru untuk mengajarkan pokok ajaran agama kepada kaum muslimin dan
generasi muda dan memperkenalkan mereka dengan realitas risalah Islam. Masalah
ini adalah masalah yang sangat mendasar dan sangat memilukan, dan salah satu
efek negatifnya, sebagian besar masjid tidak bisa mendirikan shalat Jumat.
Dalam lima tahun
terakhir, berbagai upaya yang signifikan telah dilakukan untuk membangun
kembali dan merekonstruksi masjid, sehingga terjadi peningkatan jumlah masjid
menjadi empat ribu yang tersebar di berbagai wilayah Rusia. Jumlah itu boleh
dikatakan sedikit jika dibandingkan jumlah kaum muslimin Rusia, dan juga
sedikit jika dibandingkan dengan jumlah masjid pada era sebelumnya. Republik
Tatarstan, misalnya, di sana hidup 4 juta kaum muslimin, akan tetapi hanya
memiliki 1500 masjid, di samping sejumlah masjid kecil. Muslim republik ini
masih memerlukan beberapa kali lipat jumlah masjid yang ada sekarang. Masalah
lain yang juga sangat penting bagi umat Islam di Rusia, adalah ada empat
sekolah bersejarah Islam, dimana administrasi dan pengelolaannya belum kembali
kepada kaum muslimin.
Selain itu, masjid
di kota Tomsk yang disebut “al-Abyadh”, sebuah masjid yang sangat kuno dan
sangat jarang ada masjid seperti itu di Siberia, telah berubah menjadi pabrik
minuman keras pada rezim komunis, dan pabrik itu masih ada di dalam masjid
sampai hari ini. Meskipun dalam hukum Rusia semua agama adalah sama, akan
tetapi ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa gereja menikmati kebebasan lebih
banyak dari umat Islam, masih banyak sekolah dan masjid yang belum dikembalikan
pemerintah ke tangan kaum muslimin.
Sementara gereja, seluruh properti, rumah-rumah ibadah, wakaf dan lain-lain
sudah dikembalikan pemerintah. Yang menyakitkan, seorang Muslim bisa melihat di
kota Ufa, ibukota Republik Islam Bashkirstan, berdiri 14 gereja berbanding satu
masjid saja. Sementara beberapa masjid lain di kota ini belum dikembalikan
pemerintah, juga empat sekolah dan institusi Islam. Semua ini mengungkapkan
dengan jelas bahwa Muslim di Rusia tidak diperlakukan sebagaimana pengikut
agama-agama lain.
Meskipun pembagian
kekuasaan terlihat dengan sangat jelas, hanya saja kaum muslimin berhasil
membentuk lembaga-lembaga keagamaan. Setiap lembaga memiliki imam dan da’i yang
menyebarkan Dakwah Islam, beberapa orang berasal dari Rusia sendiri, dan
lainnya adalah da’i yang datang ke negara ini dari negara-negara Arab dan
Islam.
Tujuh puluh tahun pemerintahan komunis adalah masa-masa paling berat yang
dialami kaum muslimin. Mereka dibelenggu secara intelektual, sosial, dan bahkan
untuk mengerjakan ritual keagamaan. Sementara sekarang, mereka sangat
membutuhkan adanya orang yang akan mengajarkan mereka bagaimana tatacara wudhu,
kemudian shalat dan kewajiban-kewajiban pokok lain yang diperintahkan Islam
kepada para pengikutnya.
Selain itu, ada pula beberapa kelompok muslim di Rusia yang menyampaikan
risalah Islam di beberapa desa dan menjelaskan prinsip-prinsip Islam serta
tujuannya. Kelompok-kelompok ini juga mendistribusikan buku-buku Islam dan
mendirikan kemah bagi pemuda Muslim untuk mendorong mereka menghafal Al-Qur’an
sebagai upaya mengikat generasi muda dengan agama Islam.
Saat ini, di Rusia
terdapat sekolah Islam di bawah pengawasan lembaga keagamaan dengan kurikulum
pengenalan agama Islam. Selain itu, materi diajarkan untuk anak-anak kaum
muslimin dianggap sebagai bahasa asing; bukan bahasa Inggris, Jerman atau
Perancis, hal ini terjadi di sekolah-sekolah di Republik Chechnya dan
Tatarstan.
Dengan demikian, mahasiswa muslim diharamkan belajar bahasa asing, bagi
mereka yang ingin mempelajari ajaran agama Islam. Sementara untuk orang-orang
Kristen, mereka tidak mengalami hukum yang tidak adil ini, mereka menerima
ajaran-ajaran Kristen disamping itu juga mereka bisa mempelajari bahasa asing.
Pada tahun 1992, upaya
umat Islam di Rusia mencapai puncaknya dengan mendirikan lembaga pusat terpadu
untuk organisasi-organisasi keagamaan dan pusat-pusat Islam di seluruh Rusia
yang diberi nama “Dewan Tertinggi Koordinasi Lembaga Keislaman di Rusia. Sejak tanggal tersebut, Dewan berfungsi untuk
menyatukan upaya dan mengkoordinasikan kegiatan lembaga-lembaga Islam dan
seluruh Federasi Rusia, negara-negara independen dan Negara Baltik, hingga
akhirnya pada bulan April 1994 berlangung konferensi yang dihadiri sejumlah
besar organisasi sosial dan profesional Islam Rusia serta hadir pula para
diplomat yang mewakili pemimpin Federasi Rusia. Kemudian, Dewan Tertinggi
Koordinasi, mendapat pengakuan resmi dari pemerintahan sesuai keputusan Menteri
Kehakiman Federal pada tahun 1994.
Dewan Koordinasi
Tertinggi terus meningkatkan kerjasama dengan organisasi-organisasi
profesional, pusat sosial dan budaya Islam di Rusia sebagai persiapan
bergabungnya Organisasi-organisasi ini, di antaranya adalah Forum Islam, Donasi
Pembangunan Islam dan Masyarakat Muslim, Pusat Kebudayaan Islam dan lain-lain.
Tujuan dari Dewan Koordinasi Tertinggi di Rusia ini adalah menyatukan semua
upaya kaum muslimin dan organisasi mereka, mengkoordinasikan kegiatan mereka di
Federasi Rusia, menyebarkan agama Islam, membangun masjid dan memakmurkannya
serta mengembalikan ribuan masjid dan sekolah Islam yang masih berada di bawah
cengkeraman pemerintah federal.
Dewan Koordinasi juga aktif dalam penyebaran ilmu syairah, pengajaran
Al-Qur’an, Fikih Islam, berkontribusi dalam pembangunan sekolah-sekolah Islam
dan penerjemahan buku-buku Islam ke bahasa Rusia. Dewan Koordinasi ini juga
berupaya keras membela isu-isu kaum muslimin, berbicara atas nama mereka di
tingkat federal, dan menyebarkan budaya Islam dengan mendirikan seminar, kuliah
serta kamp pendidikan dan pelatihan.
Dewan Tertinggi Koordinasi bertujuan memperkuat ikatan kaum muslimin di
antara mereka dan pembentukan lembaga baru agama seraya memperkuat lembaga yang
sudah ada. Selain itu, Dewan memberikan dukungan kepada Pusat-pusat kajian
Islam baru di semua daerah untuk aktif membimbing kaum muslimin di semua bidang
kehidupan dan membangun sebuah masyarakat Islami berdasarkan akidah yang lurus
dan semangat persaudaraan.
wikipedia.org/wiki/Russia
saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di rusia
saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di rusia
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
informasinya cukup baik dan menarik
ReplyDelete