Islam di Spanyol
Muslim di
Spanyol sedang mendirikan shalat berjamaah di masjid. (republika.co.id)
dakwatuna – Madrid. Lembaga Persatuan Generasi Islam di
Spanyol baru-baru ini merilis hasil kajian demografi penduduk Muslim di negara
itu. Dilaporkan bahwa jumlah muslim yang memiliki kewarganegaraan Spanyol
prosentasenya meningkat 8,4% di tahun 2015 kemarin. Seperti dilansir lama
almoslim.net, Selasa (19/4/2016).
Dari kajian itu diketahui diantara sebab meningkatnya
jumlah muslim di Spanyol adalah faktor geografis. Dimana wilayah yang banyak
muslimnya berdekatan dengan wilayah lain yang masih jarang penganut Islamnya,
sehingga dapat memberikan pengaruh. Seperti yang terjadi di kota Melilla, yang
berdekatan wilayah yang cukup banyak penganut Islamnya yaitu: Murcia, Pace
Pascoe, Almeria, Alicante, Cadiz, Cuenca, Granada, The Illepi dan Valencia.
Saat ini jumlah penganut agama Islam di Spanyol
sebanyak 1.887.906 jiwa, atau mengalami peningkatan sebanyak 29.497 jiwa
dibandingkan sebelumnya di tahun 2014.
Muslim Spanyol Bangun Kembali
Kejayaan Islam di Eropa
Rep: C62/
Red: Agung Sasongko
thecuttingedgenews.com
Muslim
Ceuta, Spanyol
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas Muslim Sevilla,
Spanyol memanfaatkan betul penerimaan warga setempat dan imigran terhadap
ajaran agama Islam. Mereka bekerjasama membangun sebuah tempat di mana umat
Islam dapat membuktikan ketaatannya dengan menjaga lima waktu shalat di masjid.
Saat ini, Komunitas Muslim di Sevilla Spanyol di bawah
pinpinan Ibrahim Hernandez berjuang untuk bisa kembali mengembalikan wilayahnya
sebagai pusat peradaban Islam di Eropa. Salah satu mengembalikan peradaban
Islam itu dengan mendirikan sebuah masjid.
“Karena kita tahu setelah kejayaan Islam runtuh,
masjid-masjid dijadikan gereja,” katanya saat menyampaikan dakwahnya tentang
perkembangan Islam di Eropa di gedung PLN, Rabu (10/2).
Nantinya, kata Ibrahami Hernandez yang juga sebagai
Imam Masjid Sevilla ini, masjid yang dibangunnya buka hanya untuk tempat ibadah
tetapi sebagai tempat menyampaikan syariat-syariat Islam. “Sehingga apa yang
dipersepsikan buruk tentang Islam bisa kita luruskan,”ujarnya.
Keberadaan masjid di Eropa benar-benar menjadi cahaya
dan bisa melindungi setiap warga muslim dalam menjaga harkat dan martabatnya.
Untuk itu kata dia, kedatangannya ke Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara
lainnya untuk menyampaikan.
“Perkembangan Islam di Eropa khususnya di Spanyol,
bahwa kita juga akan mendirikan masjid di Sevilla,” katanya
Stigma negatif tentang Islam yang selama ini terpatri
dipikiran non Muslim mulai luntur. Hal itu dibuktikan dengan banyak orang Eropa
mau menerima Islam sebagai agamanya. Padahal Islam menjadi pihak yang
tertuduh dengan banyaknya peristwa terror bom yang terjadi di beberapa tempat
di Eropa.
“Ketika ada kasus Charlie Hebdo dan kemudian ada
serang di Paris sehari sesudahnya ada seseorang yang telpon saya mengatakan ada
orang yang ingin masuk Islam ini sesuatu hal yang sangat mengejutkan saya
bagaimana mungkin penggambaran yang begitu buruk tentang Islam tetapi ternyata
bukan saja ingin tahu tentang Islam tapi ingin masuk Islam,” katanya.
Untuk dapat mempertahankan itu, kata Hernadez, dia
selalu menampilkan sikap baik dalam setiap kehidupannya sehari-hari. Baik
terhdap muslim sendiri maupun non muslim. Tujuannya kata dia Agar Islam sebagai
agama ajara agama yang Rahmatanlilalmin bisa diketahu mereka yang belum muslim.
Muslim Spanyol Ingin Beribadah
di Katedral Cordoba
Rabu, 18
Agustus 2010 | 16:35 WIB
Katedral
Cordoba. transitionsabroad.com
TEMPO Interaktif, Kordoba - Umat Muslim di Spanyol gencar berkampanye agar diizinkan
beribadah di Katedral Cordoba yang sebelumnnya merupakan Masjid Agung Cordoba. Saat
ini, di masjid asli Cordoba di Spanyol, tak diperkenankan ada kumandang azan
kecuali bunyi lonceng gereja. Itu disebabkan di bekas masjid tersebut telah
berdiri Katedral Katolik. Katedral tersebut berdiri sejak monarki Kristen
Spanyol menaklukan Cordoba pada abad ke-13. Saban tahun, tempat ini didatangi
tak kurang dari sejuta wisatawan. Salah satu yang menjadi daya tarik wisatawan
berkunjung ke Katedral ini adalah penggambaran penyaliban Yesus yang digantung di
bawah lengkungan merah dan putih berada di Mihrab, tempat umat Muslim berdoa.
Di situs
ini, bagi umat Muslim, merupakan simbol abad keemasan Islam di bidang ilmu
pengetahuan dan toleransi beragama. Masjid Cordoba sangat populer karena di
tempat ini antara umat kristen dan Muslim bisa beribadah bersama-sama dalam
satu atap. Kini, umat Muslim di sana ingin mengulang kembali sejarah tersebut.
Mansur Escudero, seorang mualaf Spanyol, memimpin gerakan untuk memperoleh hak
agar umat Muslim diperkenankan salat di Katedral Cordoba. "Saya rasa hal
ini tak hanya penting bagi umat Muslim, melainkan juga penting untuk
kemanusiaan," ujar Escudero. "Kami pikir ini merupakan sesuatu yang
indah bagi paradigma toleransi, ilmu pengetahuna, dan kebudayaan. Masyarakat
berbeda-beda agama tetapi bisa hidup bersama."
Jumlah umat
Islam di Spanyol lebih kurang satu juta orang, atau dua persen dari jumlah
penduduk. Hampir semuanya adalah keturuan imgran dari beberapa negara, misalnya
Maroko. Tetapi komunitas Islam di negara yang terletak di selatan Eropa ini
cukup signifikan dengan perkembangan sejarah Islam. April lalu, lebih dari 100
Muslim protes dengan cara menggelar sajadah dan berdoa di atasnya. Ketika
petugas keamanan mencoba menyingkirkan, mereka melawan dan dua di antara mereka
ditahan. Menurut Uskup Cordoba, Demetrio Fernandes, insiden ini menunjukkan
pentingnya pembagian rumah ibadah. Pembagiannya layaknya seorang istri dibagi
dua suami, katanya kepada CNN.
"Apakah
mereka senang jika hal tersebut dilakukan di masjid" tanyanya. "Pasti
tak mungkin. Sebab saya mengerti perasaan beragama mereka dan mereka sangat
mengerti kami. Keyakinan beragama berada dalam hati manusia, sehingga tak
mungkin bisa dibagi." Uskup Fernandes menunjuk gereja tua San Juan di
Damaskus sebagai sebuah contoh situs Kristen yang berubah menjadi masjid.
"Kami tak akan berpikir mempertanyakan, kenapa menjadi masjid. Sebab itu
milik umat Islam dan menjadi perlambang.
"Sama
juga bagi umat Kristen, sebab gereja kuno San Juan sangat penting bagi kami,
namun kami mengerti bahwa sejarah tak mungkin bisa diputar kembali, harus
melihat ke depan. Jadi, tak masuk akal meminta Cordoba (Katedral) diubah
menjadi masjid. Itu muskil karena sejarah adalah sesuatu yang tak bisa
diubah," ujarnya. Escudero tegaskan, ini bukan tentang kemenangan terhadap
satu agama atau lainnya. Dia katakan, "Mereka menganggap kami sedang
mencoba menaklukan masjid lagi, anggapan itu sama sekali tak benar.
Kami ingin
(Katedral) ini menjadi tempat bagi siapapun, tak terkecuali Muslim, Kristen,
atau Yahudi, dapat melakukan ibadahanya atau cara beribadah masing-masing
agamnya, atau berdoa seperti yang dia inginkan.
Pusat Peradaban Islam Modern Muncul di Spanyol
Reporter : Ahmad Baiquni |
Senin, 30 Mei 2016 10:04
Le
Catedral De Sevilla, Gereja Yang Dulunya Adalah Masjid (www.uv.es)
Dream - Kota Sevilla merupakan
saksi bisu kejayaan Islam di Negeri Matador. Sayangnya, kejayaan Islam sempat
meredup di kota besar kedua setelah Andalusia ini.
Tetapi, kejayaan Islam modern akan lahir di kota
ini pula. Dalam waktu dekat akan berdiri sebuah masjid di Sevilla, ditandai
dengan lahirnya nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) penggalangan
donasi pembangunan Masjid Sevilla yang ditandatangani Fundacion Mezquita De
Sevilla (Fundacion) dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT).
Penandatanganan itu dilakukan oleh Senior Vice
President ACT N Imam Akbari bersama Vice President Fundacion Ibrahim Hernandez.
Turut menyaksikan President Comunidad Islamica en Espana Malik A Ruiz dan
Director of Mezquita De Granada Espana Bashie Castiniera. Pembangunan masjid
tersebut diperkirakan akan menelan biaya mencapai 16,95 juta Euro, setara Rp260
miliar.
Ibrahim Hernandez sempat menyampaikan sejarah
masuknya Islam ke Spanyol. Menurut dia, Sevilla merupakan kota yang menjadi
pintu gerbang masuknya Islam saat Spanyol diperintah oleh Raja Abdul Aziz pada
712 Hijriah. Sevilla kemudian menjadi ibukota Spanyol yang dulu bernama
Andalusia hingga 23 November 1248. Pemerintahan Raja Abdul Aziz berakhir
setelah dikepung Raja Ferdinand III dari Castille. Ibukota resmi berganti nama
menjadi Ishbilia.
Pada abad XII, Sevilla menjadi kota yang sangat
indah dan semakin megah dengan berdirinya Masjid Minaret, yang saat ini menjadi
simbol kota Sevilla.
Islam di Sevilla kembali memasuki masa kelam saat
penjajahan dilakukan oleh Crown os Castille, King Santi Fernando III. Dia
mengubah seluruh masjid menjadi gereja dan hanya menyisakan satu masjid utama.
Tetapi, setelah satu setengah abad kemudian Dewan Pendeta memutuskan masjid
utama tersebut diubah menjadi katedral. Hernandez mengatakan pembangunan Masjid
Sevilla menemukan urgensinya melihat pada konteks sejarah. Dia menjelaskan
dibangunnya masjid ini berdasarkan pada misi untuk menyebarkan Islam yang
sebenarnya penuh kedamaian.
" Hal ini dilakukan sebagai kampanye melawan
Islamophobia di Spanyol dan Eropa pada umumnya, untuk melayani umat Islam dari
semua negara yang ada di Sevilla dan Spanyol," ucap Hernandez. Lebih
lanjut, Hernandez mengatakan masjid ini akan menjadi pusat pelayanan umat Islam
dalam menjalankan ibadah. Di samping itu, masjid ini juga akan menjadi pusat
pendidikan Islam di Kota Sevilla dan Spanyol, juga untuk Eropa.
Sementara itu, Akbari mengatakan pengumpulan
donasi pembangunan masjid akan dimulai pada 1 Ramadan 1437 Hijriah.
Penggalangan donasi akan digelar melalui roadshow ke sejumlah masjid di
Indonesia yang telah menjadi mitra ACT.
" Dengan Program Ramadan Roadshow yang akan
didampingi ACT, pihak Masjid Sevilla akan mengirimkan salah satu utusan sheikh
untuk memberikan khutbah ceramah, atau imam tarawih di masjid-masjid yang telah
menjadi mitra ACT," kata Akbari.
Sumber: act.id
Ingin Bangun Masjid, Spanyol Minta Dukungan Indonesia
Ketua Umum
Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo menyerahkan cinderamata kepada Presiden
Komunitas Muslim Spanyol Malik Ruiz, 13 Mei 2016. (Foto: Twitter @Hary_Tanoe)
YOGYAKARTA - Perkembangan umat Muslim di Spanyol bisa dikatakan
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sebab, bisa jadi tidak ada
Islamophobia yang tersebar di sana.
Islamophobia merupakan prasangka dan kebencian
terhadap muslim yang dilakukan umat non-Muslim. Islamophobia berkembang di
negara Amerika Serikat, pasca runtuhnya menara kembar World Trade Center (WTC)
pada 11 September 2001 karena ditabrak pesawat yang telah dibajak teroris.
Bachir Casti dari Fundacion Mezqueta de Sevilla, dalam
kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, bertema 'Islam dan
Sejarahnya di Spanyol' menyampaikan agama Islam masuk ke Spanyol setelah 70
tahun Nabi Muhammad SAW hijrah (pindah), yakni tahun 711.
Ketika topik mengenai Islamophobia meluas di dunia,
seperti yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat, kata Bachir, ketakutan akan
Islam tidak terjadi di Negara Spanyol.
"Alhamdulillah, orang-orang non-Muslim tidak
mempermasalahkan kehadiran Muslim di sekitar mereka. Justru banyak dari mereka
yang datang ke masjid dan bertanya tentang Islam," katanya, Selasa
(17/5/2016). Pemerintah Spanyol, juga
tidak memberikan perlakuan khusus untuk umat Islam. Semua agama di Spanyol
diperlakukan sama, jadi tidak ada jam khusus pekerja untuk beribadah, ataupun
hari libur untuk merayakan Idul Fitri dan Idul Adha.
"Proses dakwah kami lakukan dalam kegiatan
sehari-hari, seperti berbicara pada orang lain, membeli sesuatu, dalam
pekerjaan dan lainnya, sehingga lebih menarik orang-orang non-Muslim,"
katanya.
Sumber: Okezone News
Alhambra, Istana Megah
Bernapas Islam di Spanyol
Asnida Riani19 Jun 2016, 23:38 WIB
Bintang.com, Jakarta Ketika garis keturunan Ottoman didesak angkat
kaki oleh Kerajaan Spanyol, Alhambra merupakan titik di mana pemandangan
terakhir dilepaskan dari bukit di batas kota Granada. Bertengger dengan
kungkungan hijau hangat, bangunan serupa benteng ini dikenal sebagai salah satu
istana dengan segudang sejarah yang sepertinya berada di tiap bata penyusun.
Meniti langkah di kompleks bangunan yang namanya
berarti benteng merah ini, matamu akan dimanjakan sejumlah detail ornamen
menawan. Di samping itu, paras Alhambra tak semata berupa gedung dengan
apitan dinding di keempat sudut. Di sini, kamu bisa menjumpai taman yang
parasnya disempurnakan oleh 'nyanyian' air di kolam.
Meski dikenal sebagai peninggalan Islam, namun
pengunjung Alhambra tak hanya muslim. Bangunan yang masuk dalam situs
warisan dunia UNESCO ini juga telah sukses menambat hati turis non-muslim.
Memang bukan satu bangunan dengan 'sejuta' warna
secara harfiah, cokelat Alhambra sepertinya sudah cukup memesona. Di
samping itu, godaan untuk melihat rupa Granada dari ketinggian lewat celah
jendela Alhambra memang sulit ditolak. Jangan lupakan juga soal sensasi
hembusan angin dingin khas wilayah perbukitan Eropa.
Meski hanya berisikan memori akan kejayaan Islam di
masa lalu, namun Alhambra tetap jadi satu yang layak untuk disambangi.
Tempat yang kabarnya paling sering dikunjungi di Spanyol ini menyimpan memori
di setiap jengkal penyusun. Memberi perspektif lain akan pesona Andalusia.
SEJARAH ISLAM DI SPANYOL: Asal-usul, Perkembangan & Kehancuran
SEJARAH ISLAM DI SPANYOL: Asal-usul, Perkembangan & Kehancuran
Drs. H.
SUPARMAN USMAN, S.H.
Motivasi
masuknya Islam ke Spanyol dilatarbelakangi oleh semangat da’wah di samping
dipengaruhi oleh faktor materi yang secara universal berlaku waktu itu. Islam
di Spanyol telah berjaya selama kurang lebih 700 tahun (711- 1609 M). Spanyol
telah menjadi pusat peradaban Islam selain Bagdad dan Mesir. Selama kurun waktu
tersebut kemajuan dan perkembangan peradaban Islam di Spanyol tidak hanya
memiliki arti penting bagi perkembangan ilmu dan teknologi dalam lingkup
peradaban dunia Islam, tapi juga telah tercatat mempunyai arti penting bagi
perkembangan peradaban manusia pada umumnya.
Namun
kemajuan dan perkembangan peradaban terutama di bidang filsafat, sains dan
teknologi, ternyata tidak terbarengi dengan perkembangan kemajuan da’wah yang
menanamkan substansi idiologis bagi penduduk setempat. Akibatnya Islam di
Spanyol tidak melahirkan tokoh-tokoh putra daerah yang dapat meneruskan dan
melestarikan Islam dalam aspek idiologis. Tokoh-tokoh ilmuwan yang muncul di
Spanyol umumnya bukan penduduk setempat, mereka imigran dari Afrika atau daerah
lain. Hubungan penguasa yang beragama Islam dengan penduduk setempat yang
umumnya beragama Nasrani, masih terwarnai oleh hubungan “pendatang” dengan
“pribumi”, atau “penjajah” dengan yang “dijajah” (umpama dengan munculnya
istilah ibad atau muwalladun, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan golongan pribumi
atau keturunan mereka). Keadaan lain yang nampak adalah tersimpannya rasa
kebencian yang menimbulkan balas dendam dari penguasa setempat sebelum Islam
datang, yang beragama Nasrani. Kondisi ini pada saatnya menimbulkan jiwa
patriotisme dan kesadaran nasionalisse putra daerah untuk menggusur pendatang.
Sedang konflik internal di lingkungan istana baik antara suku Arab, Barbar dan
Sicilia atau di antara intern mereka, selalu nampak dalam memperebutkan kursi
kekuasaan.
Kondisi
di atas secara akumulatif sangat berpengaruh kepada semakin lemahnya wibawa dan
kekuatan penguasa Islam, yang memberikan peluang bagi penguasa Kristen untuk
mengambil alih kekuasaan di Spanyol. Pada akhirnya ambisi penguasa Kristen
untuk mengusir orang Islam setelah berkuasa selama tujuh abad dari bumi
Spanyol, menjadi kenyataan. Pilihan yang diberikan kepada orang Islam hanya
satu, masuk Kristen atau meninggalkan Spanyol.
I. PENDAHULUAN
Pada
masa pemerintahan Usman bin Affan, Islam telah menguasai wilayah Afrika utara
sampai ke daerah Tripoli dan Barkah (wilayah sebelah barat Mesir, kini
Libia). Namun pasukan Bizantium masih menguasai wilayah Afrika utara bagian
barat, dan ini dianggap merupakan ancaman bagi kekuasaan Islam di Afrika utara.
Pada
masa Bani Umayyah, Muawiyah bertekad akan mengusir kekuasaan Romawi itu. Untuk
itu ia menugaskan Uqbah ibn Nafi al Fihr, yang sudah menetap di Barqah,
menyiapkan pasukan dalam rangka mengusir mereka. Akhirnya Uqbah dapat menguasai
wilayah Afrika utara bagian barat sampai ke pedalaman bagian selatan yang
dikuasai Barbar (daerah Fazzan). Selanjutnya Muawiyah memerintahkan Uqbah untuk
membangun kota sebagai pusat kegiatan umat Islam di sana, dan untuk itu
dibangunlah kota Qairawan pada tahun 50 H.
Kota ini terletak jauh sebelah Barat Barqah.
Qairawan
dan wilayah yang dikuasai Uqbah, sempat direbut kembali oleh Romawi dengan
bantuan Barbar. Wilayah ini baru bisa direbut kembali pada masa pemerintahan
Abd. Malik bin Marwan, yang direbut oleh pasukan di bawah pimpinan Hasan ibn
Nu’man al Ghassani. Hasan dapat membangun daerah itu, dan setelah Hasan,
pimpinan wilayah itu diganti oleh Musa ibn Nushair pada akhir masa pemerintahan
Abd. Malik bin Marwan atau pada awal pemerintahan Al Walid. Musa memakai gelar
Amir Qairawan.
Musa
terus memperluas wilayahnya ke Afrika bagian barat, sampai ia bisa menaklukan
kota Septah (Ceuta) secara damai. Ceuta kota di bagian ujung bagian barat
Afrika utara berhadapan dengan semenanjung Andalusia. Kota ini semula berada di
bawah kekuasaan kerajaan Gothia di Andalusia. Islam berhasil mengadakan
persekutuan dengan Count Julian, penguasa Ceuta
II. PENAKLUKAN SPANYOL OLEH ISLAM
Wilayah
Spanyol dan Portugal berada dalam semenanjung yang dulu namanya, Iberia.
Sejak abad ke 5 M, daerah ini dikuasai oleh bangsa Vandals, maka wilayah ini,
terutama bagian selatan disebut Vandalusia. Menjelang kedatangan
Islam, daerah ini dikuasai oleh bangsa Visigoth (atau disebut juga
bangsa Gothia, atau bangsa Got).
Pada
awal abad ke 8, menjelang runtuhnya Bani Umayyah, daerah ini sudah dapat
dikuasai oleh pemerintahan Islam. Tercatat tiga pahlawan Islam yang terkenal
berkaitan dengan penaklukan daerah ini, yaitu Tarif ibn Nalik, Tarik bin
Ziyad dan Musa ibn Nushair. Tarif ibn Malik dapat dikatakan
sebagai perintis. Ia bersama pasukannya menyeberang selat menuju semenanjung
Andalusia, menaiki empat buah kapal yang disediakan Julian, penguasa Ceuta.
Dalam penyerbuannya Tarif memperoleh kemenangan dan kembali ke Afrika utara
membawa harta rampasan perang yang cukup banyak, peristiwa ini terjadi pada
tahun 91 H.
Pada
tahun 711 M, kemudian disusul oleh pasukan berikutnya yang lebih besar di bawah
pimpinan Tarik bin Ziyad, yang didukung oleh bangsa Barbar.7[7] Tarik bersama pasukannya menyeberang
selat dan mendarat di sebuah gunung, yang kemudian nama ini terkenal dengan Gibraltar
(Jabal Tarik). Tarik terus memasuki Spanyol dan dalam pertempuran di
Bakkah, Raja Roderck, penguasa Spanyol dikalahkan.
Seterusnya,
setelah mendapat dukungan dari penduduk setempat, Tarik menaklukan kota-kota
berikutnya, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothia saat
itu).
Sementara
Tarik telah memperoleh kemenangan, kemudian pada tahun 712 M, Musa bin Nushair
menyusul dengan pasukannya untuk merebut kota-kota lain. Pasukan Musa dapat menaklukan
kota-kota Medina, Sidonia, Karmonia, Seville, Merida, pasukan Musa kemudian
bergabung dengan Tarik di Toledo, yang kemudian mereka menuju ke utara,
menaklukan wilayah Aragon, Castille, Galicia, Sarragosa, Barcelona dan Praus.8[8] Pada waktu Tarik dan Musa memenangkan
pertempuran-pertempuran dan menguasai kota-kota di Andalusia, maka sejak itulah
Spanyol mulai dikuasai oleh Islam di bawah kekuasaan Bani Umayyah yang berpusat
di Damaskus.
Pemerintahan
di Spanyol sejak penaklukan pada awal abad ke-8 sampai jatuhnya Bani Umayyah,
dapat dikatakan tidak stabil. Hal ini disebabkan karena berbagai gangguan baik
dari luar maupun dari dalam.
Gangguan
dari luar datang dari sisa-sisa kerajaan Kristen yang selalu ingin kembali
berkuasa. Sedangkan gangguan dari dalam, terutama disebabkan karena
pertentangan etnis antara suku Barbar dan suku Arab, serta pertentangan dalam
suku Arab sendiri. Di samping itu sering terdapat perbedaan pandangan antara
penguasa di Damaskus dan penguasa di Qairawan yang masing-masing merasa paling
berhak terhadap daerah Spanyol yang dianggapnya sangat menguntungkan itu.
Karena perbedaan pendapat ini telah terjadi lebih dari dua puluh kali pengganti
wali (gubernur) dalam waktu yang amat singkat.
Pertentangna
dalam intern suku Arab juga terjadi antara suku Mudhari dengan suku Yamani.
Dua suku ini selalu berselisih untuk memperebutkan kekuasaan.
Masing-masing selalu berusaha untuk menarik simpati suku Barbar.
Menjelang
kedatangan Abdurrahman al Dakhil, Emir terakhir yang berkuasa di
Spanyol adalah Amir Yusuf Abdurrahman al Fihri, yang berasal dari suku Mudhari11[11], musuh suku Yamani. Waktu Bani Abbas
merebut kekuasaan Bani Umayyah, Amir Yusuf menyatakan tunduk kepada
pemerintahan Bani Abbas. Amir Yusuf pemerintahannya berpusat di Toledo.
III. ABDURRAHMAN AL DAKHIL MENGUASAI SPANYOL
Pada
tahun 750 M, Bani Abbas menumbangkan Bani Umayyah. Keturunan Bani Umayyah dan
pendukungnya dihancurkan oleh Bani Abbas.
Namun ada seorang keturunan Bani Umayah yang lolos dari pengejaran dan
pembunuhan Bani Abbas, ia adalah seorang pangeran yang masih muda, berusia 20
tahun, lahir 731 M, namanya, Abdurrahman.
Abdurrahman
ibn Muawiyah ibn Hisyam ibn Abd. Malik bersama ajudannya yang bernama Badar,
telah dapat meloloskan diri dalam suatu pengejaran yang sangat tragis dan
memilukan. Ia seorang pangeran, pamannya, kakeknya, dan moyangnya adalah
Khalifah Bani Umayyah, sedang ibunya adalah seorang bangsa Barbar dari Afrika
utara.
Abdurrahman
bersama Badar melarikan diri dalam situasi yang selalu diancam bahaya, karena
Bani Abbas selalu mengejarnya. Ia melarikan diri melalui daerah pegunungan dan
padang pasir yang berbelit-belit, akhirnya sampailah ia ke Mesir. Merasa tidak
aman di sana ia meneruskan pelariannya ke arah barat menuju Barcah, dan terus
ke barat menuju Magribi. Magribi adalah wilayah yang tunduk di bawah kekuasaan
pemerintahan Amir Andalusia yang berpusat di Toledo. Berarti ia sudah masuk ke
wilayah Andalusia. Karena itulah ia diberi gelar al Dakhil, artinya
yang masuk ke Andalusia.
Abdurrahman
dengan darah Barbar yang mengalir dari ibunya, meneruskan pelariannya bersama
Badar ke sebelah barat dan akhirnya sampai ke kota Melilla, wilayah Ceuta. Pada saat Abdurrahman datang ke
kota tersebut, ia mendapatkan situasi pertentangan yang sengit antara suku-suku
Arab di derah kekuasaan Andalusia. Di samping itu terdapat pula sejumlah tokoh
Bani Umayyah yang tidak senang kepada pemerintah karena mereka dipecat oleh
penguasa pendukung Bani Abbas. Abdurrahman dengan dibantu oleh Badar menghimpun
kekuatan yang terdiri dari suku Yamani dan para tokoh Umayyah untuk
menggulingkan Amir Yusuf ibn Abdurrahman penguasa di Andalusia. Pada tahun 756
M, para pendukung Abdurramhan membai’atnya dan menyatakan kesetiaan mereka
kepada Abdurrahman al Dakhil di kota Melilla, sebuah kota sebelah timur kota
Cueta.
Pada
tahun itu juga Abdurrahman berhasil menyeberang selat Gibraltar dan pasukannya
berhasil menguasai kota Algeciras, sebuah kota di pantai selatan semenanjung
Andalusia. Penguasa kota itu menyatakan tunduk kepada Abdurrahman, yang
kemudian diikuti oleh penguasa kota Sevilla. Abdurrahman meneruskan serbuannya
dan berikutnya beberapa kota dapat ditaklukannya, seperti kota Sidonia, Moron
dela Frontera. Pasukan Abdurrahman semakin banyak mendapat dukungan dan ia
meneruskan ke kota Cordova. Di sana ia dijemput oleh pembesar suku Yamani.
Waktu
itu Amir Yusuf sedang menghadapi kerusuhan di sebelah utara. Mendengar
Abdurrahman datang dengan pasukannya, kemudian ia berbalik menuju Cordova. Saat
itu Abdurrahman sedang menghimpun kekuatan dari kota Malaga, Ronda dan Xeras.
Pertempuran akhirnya pecah di Cordova. Amir Yusuf Al Fikhri dapat dikalahkan.
Abdurrahman akhirnya dibai’at menjadi Amir di Andalusia pada tahun tahun 756 M. Ami Yusuf melarikan diri ke Granada
dan terus dikejar dan akhirnya ia menyerah dan minta damai serta minta izin
menetap di Cordova. Abdurrahman mengabulkannya, walaupun tiga tahun kemudian
Amir Yusuf mencoba lagi mengangkat senjata, menghimpun kekuatan dari kota Toledo.
Namun dalam pertempuran terakhir ia mati terbunuh.
Dengan
telah dikuasainya kota-kota penting di semenanjung Andalusia dan terbunuhnya
Amir Yusuf, maka berarti wilayah Andalusia sudah berada di bawah kendali
Abdurrahman al Dakhil. Setelah keamanan pulih, Abdurrahman mulai menata wilayah
itu sebagai satu pemerintahan yang stabil. Langkah pertama ia memindahkan ibu
kota Toledo ke Cordova dan membagi wilayah negara menjadienam wilayah
administratif yang dikepalai oleh seorang penguasa dipanggil Amil. Ia
sendiri bergelar Amir Abdurrahman al Dakhil atau Amir Abdurrahman I.
Beberapa
kerajaan kecil yang tidak sempat ditaklukkannya, mereka menyatakan takluk dan
minta pengakuan dari Abdurrahman dengan membayar upeti tiap tahun. Kerajaan itu
umpamanya Raja Fruela I (757-768) dari Austria, putra Alfonso I. Kerajaan
Austria ini merupakan penyangga antara daerah kekuasaan Islam di Selatan dengan
kerajaan Franks yang beragama Kristen di utara. Kerajaan Kristen di utara sejak
raja Pepin III (747-768) dengan ibu kota Narbone diteruskan oleh Charles the
Great yang lebih dikenal dengan Charlemagne, merupakan ancaman bagi
Islam.
Charlemagne
mengadakan ekspansi ke selatan melalui pegunungan Pyreneen. Pasukan Islam di
Catalona, Aragon, Navere dan Saragosa berhasil menghancurkan pasukan
Charlemagne.
Pada
awal pemerintahan Abdurrahman, hubungan Spanyol dengan Bagdad masih status quo.
Doa terhadap Khalifah Bani Abbas tetap diucapkan pada khotbah dan hari raya.
Setelah stabilitas pulih sepenuhnya, ia memerintahkan menghentikannya. Penguasa
Toledo Hisyam bin Abdirrabah al Fikhri pendukung Bani Abbas dan Amir Alla al
Mughiz al Yashibi, penguasa wilayah Afrika pernah memberontak. Namun
Abdurrahman dapat mematahkannya. Pasukan Al Mughiz hancur dan musuh ditebas
kepalanya. Kemudian kepala tersebut disebar ke Qairawan sampai ke Mekkah. Pada
kepala al Mughiz diikatkan surat al Mansyur disertai bendera hitam.
Setelah
stabilitas benar-benar pulih, kemudian Abdurrahman mencurahkan perhatiannya
kepada pembangunan bagi kesejahteraan rakyat. Pembangunan besar-besaran
dilaksanakan. Ia membangun masjid Agung di Cordova, yaitu masjid Al Hamra, membangun
gedung- gedung pendidikan dan lembaga ilmiah, membangun saluran air dan irigasi
bagi pertanian dan menghidupkan perdagangan. Ia pun membangun istana yang megah
dan taman yang indah diberi nama al Risafat.
Abdurrahman
al Dakhil, seorang pangeran, dari seorang pelarian politik yang masih muda
usianya, akhirnya ia bisa menguasai dan memerintah semenanjung Andalusia selama
32 tahun (756-788 M), selanjutnya ia digantikan oleh keturunannya. Dia bisa meletakkan kembali
kekuasaan daulat Bani Umayyah di Andalusia yang kemudian bisa berjaya selama
kurang lebih 300 tahun (756-1031 M).
IV. DINASTI BANI UMAYYAH DI SPANYOL
Spanyol
ditaklukan oleh Bani Umayyah pada masa pemerintahan Al Walid ibn Abd. Malik
pada tahun 711 M dengan pasukan di bawah pimpinan Tarik bin Ziyad. Sejak itu
Spanyol menjadi wilayah kekuasaan Islam yang berpusat di Damaskus. Setelah Bani
Abbas meruntuhkan Bani Umayyah, pada awal pemerintahan Bani Abbas, penguasa
Spanyol tunduk pada pemerintahan Bani Abbas (sekitar 6 tahun) sampai datang
Abdurrahman al Dakhil menguasai Spanyol pada tahun 756 M.
Penguasa
Bani Umayah di Spanyol sejak ditaklukan oleh Tarik bin Ziyad sampai runtuhnya
Dinasti tersebut, dapat dibagi menjadi dua masa. Pertama masa sebelum datang
Abdurrahman al Dakhil dan kedua setelah datang Abdurrahman al Dakhil sampai
runtuhnya Bani Umayyah di Spanyol.
Pada
masa pertama, penguasa Islam di Spanyol dipimpin oleh Al Wali
(Gubernur) dengan ibu kota Toledo. Penguasa Islam di Spanyol waktu itu bergelar
Amir. Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa pada masa ini
pemerintahan di Spanyol belum stabil. Hal ini disebabkan berbagai gangguan baik
dari luar dan dari dalam. Pada kurun waktu kurang lebih 45 tahun telah terjadi
lebih dari dua puluh kali pergantian wali (gubernur).
Masa
kedua yaitu pada masa setelah datangnya Abdurrahman al Dakhil sampai
runtuhnya Dinasti Bani Umayyah di Spanyol, yang berlangsung sekitar 300 tahun
(756-1031 M).
Sekalipun
Abdurrahman telah mengumumkan bebas dari kekuasaan Bani Abbas (763 M), tetapi
ia tidak menganggap dirinya sebagai kelanjutan dari Khalifah Bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus. Ia tetap
memanggil dirinya Amir. Baru 170 tahun kemudian pada pemerintahan Abdurrahman
III (912-961) ia memakai gelar Khalifah. Abdurrahaman III pada tahun 929 M
mengumumkan dirinya menjadi Khalifah dalam dunia Islam dengan panggilan
Amirulmukmin, dengan gelar Kalifah
an Nashir li dinillah.
Panggilan Khalifah ini diteruskan oleh para penggantinya sampai hancurnya Bani
Umayyah pada tahun 1031 M.
Pada
penghujung masa pemerintahan Bani Umayyah menjelang kehancurannya, telah
terjadi berbagai pemberontakan yang memperebutkan kekuasaan. Kemelut perebutan
kekuasaan ini dimulai sejak wafatnya Mulk Al Manshur.
Khalif
Hakam II wafat pada tahun 976 M, digantikan oleh putranya yang baru berumur 10
tahun. Oleh karena ia masih kecil, maka jabatan Pemangku Kuasa Pemerintahan
(Mursyid lil Amri) dijabat oleh Amir Mughirah ibn Abdirrahman, saudara Khalif
Hakam II. Namun Mughirah tidak lama memegang jabatan, karena ia dibunuh oleh
komplotan istana. Kemudian muncul Al Wazir Muhammad ibn Abiamir yang pernah
menjabat Pelaksana Kuasa pada masa Hakam II, mengambil alih seluruh kekuasaan.
Dia menjalankan Pemangku Kuasa pemerintahan bagi Khalif Hisyam II. Ia
belakangan memanggil dirinya dengan Mulk Al Hanshur, literatur lain, menyebut
gelarnya Hajib Al Manshur. Dialah
pemegang kekuasaan dengan stempel Bani Umayyah pada masa Hisyam II selama 27
tahun (976-1003 M).
Setelah
Al Manshur wafat, ia digantikan oleh putranya, Abd. Malik bin Muhammad bin
Abiamir, dengan gelar Mulk Al Muzhaffir. Setelah Al Muzhaffir wafat, ia
digantikan oleh saudaranya, yaitu Abdurrahman ibn Muhammmad ibn Abiamir dengan
gelar Mulk al Nashir li dinillah. Baik al Muzhaffir maupun Al Nashir kedua-duanya
dikukuhkan oleh Khalifah Hisyam III. Hal inilah yang menimbulkan kemarahan di
lingkungan Bani Umayyah yang kemudian memecat Khalifah Hisyam II dan tidak
mengakui Mulk Al Nashir.
Selanjutnya
mereka mengangkat Muhammad ibn Hisyam ibn Abd Jabbar ibn Khalifah Abdurrahman
III sebagai Khalifah dengan panggilan Khalifah Muhammad II al Mahdi (1010 M).
Sejak itulah terus menerus terjadi perebutan kekusaan di lingkungan Bani
Umayyah. Kemelut perebutan kekuasaan tersebut dipengaruhi juga oleh kepentingan
suku Barbar yang selalu ingin memanfaatkan situasi dan campur tangan Kerajaan
Kristen yang selalu mengadu domba penguasa Islam.
Di
tengah perpecahan tersebut muncul juga perlawanan dari Khairan alAmiri di
Almeria yang meminta dukungan kepada Amir Ali Ibnu Hamud (pembangun Daulat Bani
Hamud).Pembangun Bani Hamud ialah Amir Ali ibn Hamud ibn Maimun ibn Ahmad
ibn Ali ibn Abdillah ibn Umar dari cabang turunnan Bani Idris yang pernah
membangun daulat Idrisiyah (789-924) di Afrika Barat sebelum ditaklukan oleh
Abdurrahman III. Ibnu Hamud menyerang Cordova dan mengalahkan Khalif
Sulaiman Al Musta’in pada tahun 1017. Emir Ali ibn Hamud kemudian mengumumkan
dirinya Penguasa Mutlak atas nama Khalif Hisyam II, dia memanggil dirinya
dengan Mulk Al Mutawakkil dan memerintah selama dua tahun (1017-1018). Pada
tahun 1018 Al Mutawakkil dibunuh kemudian adiknya Emir Qasim ibn Hamud
menobatkan dirinya menjadi penguasa mutlak dengan gelar Mulk Al Makmun. Dia
sempat berkuasa selama lima tahun (1018 – 1023) sampai kekhalifahan bisa direbut
kembali oleh Bani Umayyah dengan diangkatnya Emir Muhammad III sebagai Khalifah
dengan gelar Khalif Al Mustakfi (1023-1024).
Khalifah
terakhir Bani Umayyah adalah Amir Hisyam ibn Muhammad dengan panggilan Khalifah
al Mu’tadhi. Ia memerintah selama lima tahun (1027-1031). Selama
pemerintahannya sering terjadi pemberontakan hingga terjadi kudeta tentara pada
tahun 1031 M. Ia melarikan diri ke sebuah benteng dan minta perlindungan kepada
Bani Hud yang menjabat Wali Kota, benteng kota Lerida di wilayah Aragon. Di
sana ia wafat pada tahun 1036 H.
Demikianlah
kekacauan yang terjadi setelah al Manshur, sehingga ada yang berpendapat, bahwa
khalifah-khalifah Bani Umayyah di Spanyol setelah itu menjadi boneka-boneka
orang Barbar.
V. KEMAJUAN PERADABAN
Pada
saat Islam mencapai puncak kemajuannya, peradaban Islam di Spanyol merupakan
salah satu pusat peradaban Islam, disamping pusat peradaban Islam lainnya yaitu
di Bagdad dan di Mesir29[29]. Kemajuan
peradaban Islam di Spanyol tidak hanya memiliki arti penting bagi perkembangan
ilmu dan teknologi dalam lingkup peradaban dunia Islam, namun juga tercatat
mempunyai arti penting dalam perkembangan peradaban manusia pada umumnya.
Perkembangan dan kemajuan peradaban yang melahirkan kemajuan ilmu dan teknologi
pada masa kejayaan Islam di Spanyol, terutama malalui sumbangan berpikir
rasional, telah mampu membangkitkan dan mengangkat Eropa dari
keterbelakangannya, yang semula dibelenggu oleh cara berfikir dogmatis dan
statis yang berlaku di lingkungan gereja. Kebebasan berfikir dalam Islam yang
dikembangkan oleh para ulama dan cendekiawan muslim pada masa kemajuan
peradaban Islam di Spanyol, merupakan sumbangan besar bagi kemajuan dan
perkembangan Eropa khususnya dan kemajuan dunia Barat pada umumnya.
Pada
saat Islam sudah mengalami perkembangan dan kemajuan dalam dunia ilmu
pengetahuan, bangsa-bangsa di Eropa masih terbelakang, masih berada pada zaman
kegelapan. Mereka yang dipandang
terpelajar (intelektual) adalah orang-orang gereja. Sumber kebenaran ilmu
adalah gereja (Paus) yang dogmatis. Setiap informasi yang bertentangan dengan
dogma gereja, harus ditolak.
Setelah
banyak orang Eropa belajar ke Andalus (Spanyol), mereka menyerap pemikiran
rational antara lain melalui filsafat Ibn Rusyd (Averroes). Sejak saat itulah
muncul bibit-bibit kebangkitan pemikiran rasional di bumi Eropa, sampai
berkembangnya dunia sains. Namun pada saat kebenaran ilmu pengetahuan mulai
diyakini, ternyata mendapat tantangan dari pihak gereja.
Pertentangan dogma dengan ilmu pengetahuan ini, kelak menjadi bibit penyebab
munculnya faham sekuler, karena dogma gereja tidak mau mengakui kebenaran ilmu
pengetahuan.
Islam
di Spanyol telah melahirkan berbagai kemajuan peradaban, berbarengan dengan
kemajuan peradaban yang dicapai oleh Islam di belahan timur, yaitu di Bagdad
dan di Mesir. Perkembangan dan kemajuan peradaban Islam di Spanyol, telah
nampak sejak Abdurrahman al Dakhil menguasai Spanyol, dan berkembang pesat
terutama setelah Abdurrahman III memegang tampuk pemerintahan. Kemajuan pera-daban
itu, tercatat antara lain:
1.
Pembangunan Fisik
Kegiatan
pembangunan fisik dalam upaya memajukan kesejahteraan rakyat antara lain:
a.
Pembangunan istana di beberapa kota seperti istana yang indah Al Hamra di
Granada, Al Gazar di Seville, dan beberapa istana di kota-kota lain.
b.
Pembangunan kota-kota.
Kota Madrid berasal dari kata
Majrith, yang berasal dari kata Majri (tempat air/sungai mengalir). Ada dua
belas kota besar yang didirikan dan diberi nama dengan menurut istilah bahasa
Arab, dan terpakai sampai sekarang.
c.
Pembangunan masjid yang megah di beberapa kota, di Cordova terdapat 491 masjid.
d.
Pembangunan jalan, taman-taman dan tempat pemandian umum. Di Cordova ada 900
buah tempat pemandian.
e.
Pembangunan irigasi, dam dan kanal untuk pertanian
f.
Pembangunan sarana air bersih dan penampungan air (konservasi) untuk umum.
g.
Pembangunan gedung-gedung pemerintahan dan pendidikan.
h.
Pembangunan rumah sakit dan panti asuhan
2.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Perhatian
dan pembangunan di bidang ilmu pengetahuan yang dilakukan di Spanyol dapat
mengimbangi kemajuan dan perkembangan yang juga dilakukan di belahan dunia
Islam bagian Timur. Perkembangan ilmu pengetahuan itu nampak dari munculnya
pusat- pusat kajian keilmuan dan munculnya beberapa tokoh dalam berbagai bidang
ilmu seperti:
a.
Pembangunan perguruantinggi dan berbagai pusat penelitian ilmu pengetahuan.
b.
Pembangunan perpustakaan. Abdurrahman III membangun perpustakaan besar di
Granada dengan dilengkapi 600.000 jilid buku. Sedang khalifah Hakam II
membangun perpustakaan di Cordova hingga menjadi perpustakaan besar dan menjadi
rujukan perpustakaan di Eropa.
c.
Kegiatan menyalin naskah ilmiah dari bahasa Grik dan Latin.
d.
Beberapa nama tokoh dalam berbagai ilmu pengetahuan yang muncul dari Spanyol
antara lain:
(1) Ibn Rusyd (Lahir di
Cordova, 1126 M).
Ibn Rusyd di Eropa terkenal
dengan Averroes Dia pengikut
Aristoteles yang sangat berjasa dalam membuat ringkasan dan tafsiran filsafat
Yunani terutama Aristoteles. Buah pemikiran dan cara berfikir rasional Ibn
Rusyd sangat besar pengaruhnya kepada perkembangan pemikiran yang membawa
kebangkitan dan kemajuan Eropa.
Dengan hati-hati ia mengkaji
Keserasian filsafat dan agama. Karya besar Ibn Rusyd antara lain Tahafut al
Tahafut, yang berisikan tanggapan balik terhadap serangan al Ghazali
terhadap filsafat dalam Tahafut al Falasifah. Dalam karyanya itu ia
bertindak sebagai pembela filsafat.
Ibn Rusyd di samping seorang
filosof ia juga seorang dokter, karyanya dalam ilmu kedokteran adalah Kitab
al Kulliyat al Thibb. Di samping itu iapun seorang ulama ahli fiqh,
karyanya yang terkenal di bidang fiqh adalah Bidayat al Mujtahid wa Nihayat
al Muqtashid.
(2) Ibn Bajah (Lahir di
Saragosa, 1085 M)
Ibn Bajah di Eropa terkenal
dengan nama Avempace. Ia seorang filosof dengan karyanya yang terkenal risalah Tadbir
al Mutawahhid.
(3) Ibn Thufail (Lahir di
Qadis, Granada, 1110 M)
Ibn Thufail di Eropa terkenal
dengan nama Aventofail. Ia seorang filosof, di samping itu ia banyak menulis
tentang kedokteran dan astronomi. Pandangan filsafatnya tercermin dalam
karyanya yang terkenal yaitu Hay ibn Yaqdzan.
(4) Jabar ibn Aflah (lahir di
Seville, 1140 M).
Ia menulis kitab al Hay’ah,
yang memuat angka-angka tentang goneometri yang masih digunakan oleh dunia ilmu
pengetahuan sampai sekarang.
(5) Selanjutnya nama-nama tokoh
ilmuwan lain yang pantas dicatat yang muncul dari bumi Islam di Spanyol, antara
lain:
Abbas ibn Farnas. Ia terkenal
dalam ilmu kimia dan astronomi, ia juga yang menemukan pembuatan kaca dari batu.
Ibrahim ibn Yahya al Naqqash.
Ia seorang yang ahli dalam ilmu astronomi. Ia dapat membuat tropong modern yang
dapat menentukan jarak antara matahari dan bintang-bintang. Ia juga dapat
menentukan kapan dan berapa lama terjadinya gerhana matahari.
Abdurrahman Ibn Khaldun. Ia
seorang sejarawan dan sosiolog dengan karyanya yang terkenal yaitu Muqaddimah.
Abu Ja’far Ahmad ibn Muhammad
al Gharfiqi. Ia seorang ahli di bidang farmasi. Bukunya yang terkenal dalam
bidang ini adalah Al Adawiyah al Mufradah.
Ibn abd. Aziz al Bakri. Ia
seorang ahli di bidang geografi karyanya yang terkenal adalah kitab al
Masalik wa al Mamalik. nama lain di bidang ini tercatat Muhammad al
Mazinni.
Ibn Hazm seorang ahli fikh dan
teolog yang terkenal dengan kitabnya al Muhalla dan Kitab Fishal. Ahli
fikir lainnya seperti Abu Bakr ibn al Quthiyah, Mundzir ibn Said al Baluthi,
dan Yahya ibn Yahya
Ibn al ‘Arabi yang terkenal
dengan konsep tasawufnya Wahdah al Wujud, dengan karyanya Hikmah
al Israq dan Futuhat al Makkiyah.
3.
Bidang Ekonomi
Sejalan
dengan perkembangan dunia Islam baik di belahan barat dan belahan timur dan
perkembangan di luar dunia Islam, maka kegiatan ekonomi pun mendapat perhatian
dan mengalami kemajuan pesat. Hal ini nampak antara lain dalam kegiatan ekonomi
sbb.:
a.
Meningkatkan kegiatan perdagangan dengan dunia luar.
b.
Cordova, Seville, Granada, Almeria dan kota-kota lainnya menjadi penghasil
permadani, wol, katun, sutera, kertas, dan kulit.
c.
Pada masa pemerintahan Amir Muhamad I (852-886), Spanyol telah dapat menghasilkan
belerang, air raksa, tembaga, dan besi.
d.
Pembangunan kilang minyak zaitun.
e.
Di bidang pertanian, Spanyol telah mengembangkan sistem irigasi, dan telah
mampu menghasilkan berbagai hasilpertanian dan perkebunan seperti kapas, tebu,
padi , jeruk dan buah- buahan lainnya. Malaga, Cartagena, dan kota-kota lainnya
menjadi penghasil buah-buahan yang cukup besar.
Kegiatan pertanian yang telah
dilakukan oleh Islam di Spanyol, telah menimbulkan bekas dalam berbagai istilah
di dunia Barat. Seperti istilah arable (yang dapat dibajak), arbareal (pohon-
pohonan), arbaretum (hutan bikinan), arbariculture (penanaman kayu), semuanya
itu berasal dari suku kata arab yang telah mengalami perubahan ke dalam bahasa
Barat.
f.
Puncak kemakmuran terutama pada masa pemerintahan Abdurrahman III. Penerimaan
tahunan negara sebanyak 6.245.000 (enam juta dua ratus empat puluh lima ribu)
keping emas. Dari jumlah tersebut sepertiga dipergunakan untuk anggaran rutin,
sepertiga untuk anggaran pembangunan dan sepertiga untuk dana cadangan.
4.
Bidang bahasa, seni dan sastra.
a.
Penggunaan bahasa Arab digalakkan.Bahasa Arab mengalahkan bahasa latin, yang
juga digunakan di gereja-gereja. Sampai dengan abad ke-13 orang-orang Kristen
dan Yahudi di Spanyol menulis buku-buku ilmiah dengan bahasa Arab.
b.
Muncul beberapa ahli bahasa Arab seperti Abu al Hasan ibn Usfur, Abu Hayyan al
Garnathi dan Ibn Malik, pengarang kitab Alfiyah.
c.
Munculnya berbagai karya sastra seperti Al ‘Iqad al Farid, buah karya Ibn Abi
Rabith. Kitab al Qalaid, buah karya Al Fath ibn Khaqam.
d.
Pada masa Emir Muhammad I, seni puisi berkembang dan ia sangat menggemarinya,
bahkan ia sendiri banyak menghasilkan karya seni ini.
e.
Pada masa Abdurrahman II telah berkembang seni tari dan nyanyi. Waktu itu ada
seorang penyanyi terkenal Ibrahim al Mosuli yang diberi gelar Amirul Ghina. Dia
melahirkan penyanyi keliling dari istana ke istana dengan sebutan Troubadour
yang cepat terkenal dan menyebar ke daerah-daerah lain, seperti ke Perancis.
f.
Khalif Hakam II amat menyenangi kesusasteraan dan kesenian. Pada masa
pemerintahannya kumpulan sajak dan lagu dalam kitab al Aglani yang terdiri dari
20 jilid tebal yang disusun oleh pujangga Abu al Farj al Asfihanidi Bagdad
telah disiarkan terlebih dahulu di Spanyol dari pada di daerah lainnya.
g.
Sejalan dengan perkembangan kegiatan pembangunan fisik, maka pada saat itu
berkembang pula seni arsitektur bangunan yang indah.
5.
Bidang Militer.
Pembangunan
dan perkembangan militer pada masa kejayaan Islam di Spanyol, nampak pesat
seperti juga perkembangan di wilayah Islam lainnya. Hal ini berkaitan dengan
upaya pertahanan negara menghadapi dunia luar. Pembangunan dan perkembangan itu
antara lain:
a.
Pembangunan pangkalan armada dan pabrik senjata di Cartagena dan Cadiz.
b.
Membangun benteng-benteng pertahanan di beberapa kota.
c.
Pembentukan birokrasi kepolisian sampai ke distrik yang jauh terpencil.
d.
Membangun angkatan bersenjata yang kuat, terutama pembangunan armada angkatan
laut yang mampu berhadapan dengan daulat Fathimiyah dan merupakan yang terbesar
di seluruh dunia waktu itu (masa pemerintahan Abdurrahman III).
VI. KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN
Dinasti
Bani Umayyah di Spanyol dapat mempertahankan kekuasaannya sampai tahun 1031.
Sesudah itu kekuasaan Islam di semenanjung Andalusia terpecah ke dalam beberapa
kerajaan kecil yang selalu berperang di antara mereka. Kerajaan-kerajaan kecil
itu umpamanya Dinasti Ibadiyah, Murabit (Murabitun), Muwahid (Muwahidun), Bani
Nashiriyah (Bani al Ahmar), Hamudiyah, Jahwariyah, Amiriyah. Jumlah kerajaan kecil ini sangat
banyak. Menurut A.R. Nykl ada dua puluh tiga, yang sebagian di antaranya
hanyalah penguasa-penguasa kota tertentu di wilayah bekas Dinasti Umayah. Mereka terdiri dari kelompok
Barbar, Sicilia dan Arab. Masa ini
disebut masa Muluk al Thowaif.
Kerajaan-kerajaan kecil tersebut menyatakan berdiri sendiri, bebas dari
kerajaan pusat.
Mereka
hidup secara terpisah di daerah-daerah kecil dengan kekuatan yang sangat kecil
pula, mereka selalu berperang, saling berebut pengaruh. Keadaan ini akhirnya
menjadi mangsa kerajaan Kristen Spanyol di bagian utara yang waktu itu sudah
mulai kuat. Mereka sibuk melakukan pertempuran internal. Orang Kristen
mengulurkan tangan untuk memberikan bantuan dalam memenangkan peperangan yang terjadi
antara sesama mereka. Merekapun saling berebut untuk mendapatkan bantuan dari
pihak Kristen.
Ancaman
dari utara itu lebih nampak setelah dua kerajaan Katholik di utara yaitu
kerajaan Castilla dan Aragon, ratu dan rajanya, yaitu Ratu Isabella dan Raja
Ferdinand, mengikat perkawinan. Cita-cita yang mengiringi perkawinan dua raja
Katholik ini pada malam peresmiannya ialah menyerbu Granada. Mereka ingin
menghabiskan bulan madunya di Al Hamra dan mengangkat salib di atas benteng
terbesar al Harasahdi Granada. Maka menjadi semakin kuatlah kerajaan Katholik
tersebut. Hal ini secara langsung merupakan ancaman bagi kerajaan-kerajaan
kecil di bagian selatan, yang selalu minta bantuan kepada mereka. Ferdinand dan
Isabella akhirnya tidak puas dengan hanya memecah belah kerajaan- kerajaan
Islam tersebut, mereka menginginkan kekuasa-an yang lebih besar atas wilayah
tersebut.
Pada
penghujung abad ke-15 M, Islam hanya berkuasa di daerah Granada yaitu di bawah
Dinasti Bani Ahmar. Abu Abdullah Muhammad (salah seorang anak raja Bani Ahmar)
merasa tidak senang kepada ayahnya, karena menunjuk anaknya yang lain (Muhammad
ibn Sa’ad) sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak pada ayahnya.
Dalam pemberontakan itu Abu Abdullah dibantu oleh Ferdinand dan Isabella. Ayah
Abdullah terbunuh dan Muhammad ibn Sa’ad di-singkirkan. Akhirnya atas bantuan
Ferdinand dan Isabella, Abu Abdullah naik takhta menjadi raja.
Namun
seperti yang sudah bisa diperkirakan, Ferdinand dan Isabella tidak puas dengan
hanya menguasai Abu Abdullah, tapi mereka ingin merebut kekuasaan Islam
terakhir di Spanyol tersebut. Akhirnya mereka menyerangnya dan Abu Abdullah
kalah. Ia kemudian menyerahkan kekuasaannya kepada musuh dan selanjutnya ia
pindah ke Afrika utara.
Granada
jatuh pada tahun 1491, dan kota lain telah lebih dahulu dikuasai oleh kerajaan
Kristen, seperti Cordova jatuh pada tahun 1238, Seville tahun 1248. Dengan
jatuhnya kota-kota penting di Spanyol, maka berakhirlah kekuasaan Islam di
Spanyol, hal ini terjadi pada tahun 1492 M.
Pada
tahun 1492 M, umat Islam dihadapkan pada dua pilihan, memeluk agama Kristen
dengan tetap tinggal di Spanyol, atau meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1501
diumumkan suatu pernyataan raja yang mengharuskan semua muslimin di Castile dan
Leon, bertobat kembali. Maksudnya agar mereka meninggalkan Islam dan masuk
menjadi Kristen atau meninggalkan wilayah itu. Pengumuman yang sama juga
ditujukan kepada Muslimin di Aragon pada tahun 1526. Sedang pada tahun 1556
Raja Philip II mengumumkan undangundang yang meminta kepada muslimin yang masih
tinggal di Spanyol untuk membuang seketika itu juga bahasanya (maksudnya bahasa
Arab), kepercayaannya (maksudnya Islam) dan adat istiadat serta cara hidupnya.
Akhirnya pada tahun 1609 Raja Philip III mengeluarkan perintah pengusiran semua
Muslimin dari wilayah Spanyol secara paksa. Setengah juta orang dipaksa naik
kapal dan dibawa ke pesisir Afrika utara atau ke negara-negara Islam yang jauh
letaknya.
Apa
yang dialami umat Islam Spanyol di atas, sebagaimana yang disebutkan oleh
Philip K. Hitti sebagai berikut:
As
early as 1501 a royal decree was issued that all Moslims in Castile and Leon
should either recant or leave Spain, but evidently it was not strictly applied.
In 1526 Philip II promulgated a law requiring the remaining Moslems to abandon
at once their language, worship, institutions and manner of life. He even
orderd the destruction of the Spanish baths as a relic of infidelity. A rising,
the second of its kind, started in Granada and spread to the neigh- bouring
mountains, but was put down. The final order of expulsion was signed by Philip
III in 1609, resulting in the forcible deportation en messe of practically all
Moslems on Spanish soil. Some half of million are said to have suffered this
fate aid landed on the shores of Africa or to have taken ship to more distant
lands of Islam.
Dengan
demikian sejak tahun 1609, dapat dikatakan bahwa di Spanyol tidak ada lagi umat
Islam. Mereka telah diusir oleh penguasa Kristen, dan umumnya mereka pindah ke
pantai Afrika bagian utara.
VII. PENUTUP
Dari uraian singkat
di atas, mengenai asal usul, perkembangan, kemunduran dan kehancuran Islam di
Spanyol, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Islam menguasai
Spanyol sejak masa Bani Umayyah, yaitu pada masa pemerintahan Khalifah al Walid
ibn Abd. Malik. Tiga pahlawan Islam terkenal yang sangat berjasa dalam membuka
penguasaan Spanyol tersebut adalah : Tharif ibn Malik, Tariq bin Ziyaddan Musa
ibn Nushair.
2. Pada masa
permulaan Bani Abbas berkuasa setelah mengalahkan Bani Umayyah, penguasa
Spanyol tunduk kepada kekhalifahan Bani Abbas sampai datangnya Abdurrahman al
Dakhil.
Abdurrahman al
Dakhil, seorang pangeran muda pelarian politik Dinasti Bani Umayyah, dapat
membangun kembali Dinasti Bani Umayyah di Spanyol, selama lebih dari 300 tahun,
yaitu dari tahun 756 – 1031 M.
3. Kenyataan sejarah
telah menunjukkan, bahwa selama Islam berkuasa di Spanyol, telah terjadi
perkembangan dan kemajuan peradaban dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan,
sejalan dengan perkembangan dan kemajuan peradaban di belahan bumi bagian timur
di bawah kekuasaan Bani Abbas yang berpusat di Bagdad. Spanyol pada masa
kejayaan Islam, menjadi pusat ilmu pengetahuan bagi dunia Eropa. Perkembangan
dan kemajuan peradaban yang muncul dari dunia Islam di Spanyol, sangat besar
pengaruhnya terhadap kebangkitan dan kemajuan peradaban manusia pada umumnya,
dan khususnya bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa- bangsa di benua Eropa.
Pemikiran rasional yang muncul dari dunia Islam di Spanyol (antara lain
pengaruh Averroisme)telah berpengaruh besar kepada perkembangan dan kemajuan
berfikir di Eropa, yang waktu itu masih diliputi oleh pemikiran dogmatis dari
gereja.
4. Setelah Bani
Umayyah di Spanyol jatuh pada tahun 1031, Islam di Spanyol diperintah oleh
kerajaan-kerajaan kecil, penguasa daerah- daerah tertentu (Muluk al Thawaif)
yang terpecah belah dan selalu bermusuhan. Mereka tidak mempunyai kekuasaan
yang berarti, baik secara territorial maupun secara politis, sampai akhirnya
mereka berhasil diadudomba dan dihancurkan oleh kerjaan Kristen secara total
pada tahun 1609.
Setelah itu habislah
riwayat Islam di Spanyol. Jadi secara keseluruhan Islam di Spanyol telah
memainkan perannya selama lebih dari 700 tahun, yaitu sejak awal penaklukannya
pada tahun 711 H sampai kehancurannya pada tahun 1609 M.
5. Sebab-sebab yang
membawa kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol adalah sbb.:
a. Konflik internal
Terjadi persaingan dalam lingkungan keluarga
istana dalam memperebutkan kursi kerajaan. Keadaan ini selalu dimanfaatkan oleh
fihak luar yang memecahbelah mereka untuk mengambil keuntungan yang pada
dasarnya merugikan kepentingan Islam.
Konflik internal juga terjadi dalam intern umat
Islam yang terdiri dari kelompok Barbar, Sicilia dan Arab. Mereka satu sama
lain saling berebut pengaruh, hal ini terutama nampak pada masa Muluk al
Thawaif setelah berakhirnya kekuasaan Bani Umayyah.
b. Fanatisme Arab
yang berlebihan
Bani Umayyah memperlakukan Islam non Arab sebagai
penduduk kelas dua, yang menyebutnya dengan istilah ‘ibad atau muwalladun
(suatu ungkapan yang dinilai merendahkan]. Karena fanatisme yang berlebihan
ini, maka tidak terjadi pembauran sosial politik dan budaya antara kelas
penguasa (Arab) yang merasa sebagai tuan dengan kelas pribumi yang dianggap
lebih rendah derajatnya.
Sikap dan perlakuan penguasa ini menyebabkan
mereka selalu menggerogoti kekuasaan yang dipegang oleh etnis Arab. Secara
politis sikap demikian, akhirnya tidak bisa melahirkan tokoh- tokoh figur
pimpinan Islam yang handal untuk dijadikan tokoh pemersatu bagi masyarakat setempat.
c. Tidak terjadi
Islamisasi
Para penguasa muslim lebih banyak memusatkan
perhatian mereka kepada masalah politik. Mereka tidak melaksanakan da’wah dalam
arti penanaman Islam secara ideologis. Rakyat pribumi Spanyol umumnya dibiarkan
tetap berpegang pada agama, hukum dan adat kebiasannya. Keadaan demikian
menyebabkan antara penguasa Muslim tidak terdapat hubungan ideologis dengan
rakyat yang mayoritas non Islam. Pada sisi lain keadaan di atas menyebabkan
rasa patriotisme dan nasionalisme orang-orang Spanyol tetap kuat.
d. Faktor Ekonomi
Perekonomian Islam Spanyol pada awal kejayannya
menunjukkan kemajuan pesat, karena tanahnya yang subur dan kegiatan
perdagangannya. Namun pada paruh kedua pada kekuasaan Islam di Spanyol sumber
perekonomian negara sangat lemah, karena hanya mengandalkan pada pajak/upeti.
e. Konflik Islam dan
Kristen
Kerajaan Kristen di Spanyol sebagian besar telah
menyatakan tunduk pada penguasa Islam, dan sebagian kecil menyingkir ke bagian
utara. Sekalipun mereka telah tunduk dan mengakui kekalahan serta bersedia
membayar upeti, namun mereka pada dasarnya tetap selalu mencari kesempatan dan
kelengahan untuk mengadudomba dan menghancurkan umat Islam. Pada saat
kemunduran Islam di penghujung kekuasaan Bani Umayyah yang diteruskan dengan masa
Muluk al Thawaif,mereka mulai bangkit dan bersatu melaksanakan penghancuran
Islam. Sampai pada satu saat secara terang-terangan, mereka mengusir umat Islam
dari bumi Spanyol secara paksa. Jadi setelah Islam berkuasa di Spanyol selama
lebih dari 700 tahun, akhirnya sampai pada suatu kenyataan, mereka dipaksa oleh
Kristen harus memilih, tinggal di Spanyol dengan memeluk agama Kristen, atau
tetap beragama Islam tetapi harus meninggalkan Spanyol.
DAFTAR
BACAAN
Ahmad, Z.A, Sejarah
Islam dan Umatnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1966
Bosworth, C.E., The
Islamic Dinasties (terj.) Bandung:Mizan, Cet. 1, 1993
Gauthier, Leon, Ibn
Roch (Averroes), Paris: Presses Universitairers de France, 1984.
Gibb, H.A.R. et.al, The Encyclopaedia of Islam
London: E.J. Brill, 1986
Hassan, Ibrahim
Hasan, Islamic History and Culture, From 632 – 1968 (terj.),
Yogjakarta: Kota Kembang, 1989, Cet. 1
Hitti, Philip, K. History
of Arabs, New York: Macmillan Student Edition, 1970.
Irving, Thomas
Balantine, The Falcon of Spain (terj.) Jakarta: Pustaka Firdaus, 1990
Mahmudunnashir,
Syekh, Islam, Concept and Its History, (terj.), Bandung: CV. Rosda,
1988
Nasution, Harun, Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jild I, Jakarta : Bulan Bintang, 1974,
Cet. 1
————– , dkk, Ensiklopedi
Islam Indonesia, Jakarta: Jembatan, 1992
Rahman, H.U, A
Chronology of Islamic History 570-1000, London: Mansel Publishing Limited,
1992
Simamora, P, Kosmografi, Yogjakarta:
C.V. Pedjuang Bangsa, 1966, cet. ke-13
Syalabi, A. Sejarah
dan Kebudayaan Islam, jil. II dan III, Jakarta : PT. Al Husna Dzikra,
1993, Cet. 1.
————–, Ma’usuat
al Tarikh al Islamy, Cairo Maktabah Nahdhiyah, 1979
Sou’yb, Joesoef, Sejarah
Bani Umayyah di Cordova, Jakarta: Bulan Bintang, 1977
Uwais, Abdul
Halim, Dirasah Li Tsuquthi Tsalatsina Daulat al Islamiyah, Solo:
Pustaka Mantiq, 1994
Watt, W.
Montgomery, Kejayaan Islam, Kajian Kritis Dari Tokoh Orientalis
(terj.), Yogjakarta: Tiara Wacana,1990
Yatim, Badri, Sejarah
Perdaban Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
membaca artikel ini saya jadi terenyuh akan tragedi Andalusia
ReplyDeletealhamdulillah, muslim di spanyol terus bertambah
ReplyDelete