Raja-raja yang mencerminkan Dzulqarnain Bag.1
Koresh yang Agung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rajadiraja Persia, Raja Aryavarta, Raja Anshan,
Raja Media, Raja Babel,
Raja Sumeria dan Akkadia,
"King of the Four Corners of the World"
Masa kekuasaan 559
SM – 530 SM (30 tahun)
Lahir 600
SM or 576 SM
Tempat lahir Anshan, Persi
Wafat 4
Desember 530 SM
Tempat wafat Along
the Syr Darya
Cyrus
the Great adalah pendiri Kekaisaran Persia. Ia memulai kariernya selaku pejabat rendahan di bagian barat daya Iran, dia mendapat banyak kemenangan lewat pertempuran dan
menguasai tiga kerajaan besar yaitu;Media, Lydia dan Babilonia. Ia juga
menyatukan hampir seluruh daerah
Timur Tengah lama menjadi satu negara yang
membentang mulai India hingga Laut Tengah. Raja ini disebut namanya dalam
ALkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di
Alkitab Kristen karena
titahnya untuk mengembalikan orang-orang buangan, termasuk bangsa Yahudi,
kembali ke tanah air masing-masing, serta mengijinkan orang-orang Yahudi membangun
kembali Bait Suci di Yerusalem (Yesaya 45;13; 2 Tawarikh
36 : 22 36’) Titah itu ditulis antara lain dalam Silinder Koresh, yang ditulis tahun 539 SM dan saat ini disimpan di BritishMuseum, London.
Latar belakang
Koresh (atau
Kurush nama Persianya, dalam bahasa InggrisInggris Cyrus) dilahirkan sekitar tahun 576 SM di provinsi Persia (kini Fars), di barat
daya Iran. Daerah ini saat itu merupakan provinsi kerajaan Media. Koresh berasal dari keturunan penguasa lokal yang
merupakan bawahan Raja Media.
Kudeta Kerajaan
Media oleh Koresh
Meskipun
ayahnya, Cambyses I, mati tahun 551 SM, Koresh sudah memerintah sejak tahun 559
SM sebagai raja muda. Bersama panglima kerajaan Media yang membelot, Harpagus,
Koresh memberontak terhadap raja
Astyages mulai musim
panas tahun 553 SM, dengan peperangan pertama pada awal tahun 552 SM. Harpagus
dan Koresh merebut ibukota Media,
Ekbatana, tahun 549 SM,
dan menjadi raja atas seluruh tanah Media dan Persia. Raja Asyages diberi ampun
dan dijadikan gubernur salah satu propinsi. Pada tahun 546 SM, Koresh resmi
memakai gelar "Raja Persia". Pamannya, Arsames, yang menjadi raja
kota Persepolis (Parsa) di bawah kerajaan Media, nampaknya dengan damai
menyerahkan kekuasaannya kepada Koresh dan menjabat sebagai gubernur Parsa di
bawah kekuasaan Koresh. Putra Arsames, Hystaspes (ayah dari DariusI), yang juga sepupu Koresh, dijadikan wakil raja (satrap)
dari Parthia dan Phrygia. Jadi Koresh menyatukan kerajaan kembar Akhemeniyah yaitu Parsa dan Anshan menjadi
Kekaisaran Persia. Arsames masih
hidup saat cucunya Darius I menjadi raja Persia, setelah matinya
kedua anak Koresh.
Penyerangan ke Kerajaan Lydia
Saudara ipar Astyages, raja Kroesus dari
Lydia, pertama-tama menyerang kota Pteria
(sekarang di Turki), rupanya sebagai balas dendam atas kekalahan Astyages. Koresh membawa tentara untuk menyerang Pteria tahun 546 SM. Kroesus
mundur ke Sardis, ibukotanya
pada keesokan harinya. Koresh kemudian
mengepung kota Sardis. Harpagus menasehatkan Koresh untuk menempatkan
onta-ontanya di depan tentaranya. Kuda-kuda Lydia tidak terbiasa membau onta,
menjadi takut, sehingga Koresh dapat mengalahkan tentara Lydia dengan mudah.
Koresh menangkap Kroesus dan menguasai kota Sardis. Menurut penulis sejarah
Yunani, Herodotus, Koresh mengampuni Kroesus dan menjadikannya penasehat, namun
menurut Tawarikh Nabonidus, raja Lydia dibunuh oleh Koresh.
Penyerangan ke
Kerajaan Babilonia
Diproyeksikan ke batas modern, kerajaan
Achaemenid di bawah Koresh membentang dari Turki, Israel, Georgia dan Arabia di barat sampai ke Kazakhstan, Kyrgystan, Sungai Indus ( Pakistan) dan Oman di timur. Persia
menjadi kerajaan terbesar di dunia.
Tahun 540 SM,
Koresh merebut Elam (Susiana) dan ibukotanya, Susan.
Tawarikh Nabonidus, mencatat bahwa sebelum perang itu,
Nabonidus memindahkan patung-patung dewa ke dalam ibukota Babilon, sehingga
diperkirakan perang dimulai pada musim dingin 540 SM. Harran Stelae H2 - A, dan Tawarikh Nabonidus (tahun ke-17) menunjukkan Nabonidus merayakan
tahun baru Akitu pada tanggal 1
Nissanu (4 April 539
SM) di Babilon. Di awal Oktober 539 SM, Koresh mengalahkan tentara Babel dalam
Perang Opis, dengan sungai Tigris, di utara Babilon. Tanggal 10 Oktober, kota Sippar jatuh tanpa perlawanan berarti.
Tanggal 15 Oktober, Gubaru, panglima Koresh, memasuki ibukota Babilon, tanpa
perlawanan berarti dari tentara Babel.
Herodotus menjelaskan bahwa tentara Persia
menggunakan danau yang dibuat oleh ratu Babel, Nitokris, tadinya untuk
melindungi Babilon dari serangan kerajaan Media, untuk membelokkan aliran
sungai Efrat, ke dalam kanal sehingga tinggi air
tinggal selutut. Ini memudahkan tentara Persia untuk masuk kota melalui sungai
pada waktu malam. Hal ini tidak berbeda dengan catatan dalam Kitab Daniel, bahwa raja Belsyazar dibunuh oleh tentara Persia pada waktu malam tanpa peperangan besar (Daniel 5:8). Pada tanggal
29 Oktober, Koresh masuk kota Babilon.
Politik dan
pemerintahan
Koresh adalah
seorang pemimpin yang punya kebolehan bidang militer. Tetapi itu cuma satu sisi
dari seorang manusia. Yang lebih menonjol, mungkin, adalah
kebijakan cara memerintahnya. Dia terkenal amat toleran terhadap Agama-agama setempat dan juga adat-istiadat mereka. Dan dia
senantiasa menjauhkan diri dari sikap kejam dan ganas seperti lazimnya para
penakluk. Orang-orang Babilonia, misalnya, bahkan lebih kentara lagi orang Assyria, telah membunuh beribu-ribu manusia dan mengusir semua penduduk yang dikuatirkan bakal
berontak. Misalnya, ketika Babilonia menaklukkan Yudea tahun 586 SM, mereka memboyong orang
Yudea ke Babilonia.
Tetapi lima puluh tahun kemudian, sesudah Koresh menaklukkan Babilonia, dia
beri ijin orang-orang Yahudi kembali ke kampung halamannya. Kalau
tidak karena Koresh, rasanya orang-orang
Yahudi itu akan musnah
sebagai kelompok yang terasing di abad ke-5 SM.
Akhir hayat
Tulisan kuneiform dari Babilon memberi bukti bahwa Koresh mati
sekitar Desember 530 SM, yaitu dari tulisan terakhir mengenai pemerintahannya,
(lempengan dari Borsippa tertanggal 12 Agustus 530 SM) dan referensi pertama
mengenai pemerintahan putranya,
Cambyses II (lempengan dari Babilon tertanggal 31
Agustus 530 SM) yang menggantikannya sebagai raja.
Makam
Makam Koresh di Pasargadea, Iran, sebuah tempat pelestarian dunia (World Heritage Site)
oleh UNESCO (2006).
Makamnya
terletak di ibukota Pasargadaea (dibangun sekitar 530 SM) yang masih ada sampai
sekarang. Penulis sejarah, Strabo dan Arrian mencatat gambaran yang hampir sama tentang
makam ini berdasarkan laporan
Aristobulus dari Cassandreia, yang atas
perintah Iskandar
Agung mengunjungi
makam ini 2 kali. Menurut
Plutarch, batu nisannya
bertuliskan.
“ O insan, siapapun engkau dan darimanapun engkau datang,
karena aku tahu engkau akan datang, akulah Koresh yang memenangkan kerajaan untuk
orang-orang Persia. Karenanya janganlah berkeberatan terhadapku akan sedikit
tanah ini untuk menutupi tulang-tulangku. “
Daerah
kekuasaan pada puncak kejayaannya
2.Kerajaan Babilonia di Mesopotamia
(wilayah Irak sekarang ini)
3.Suriah dan Palestina
4.Mesir
5.beberapa daerah di timur laut dari
kerajaan Media (Asia Tengah), didapatnya dari menaklukkan Massage Tae, suku
nomad yang hidup di Asia Tengah sebelah timur laut Kaspia
6.Kerajaan Lidia di Asia Kecil (wilayah
Turki sekarang ini)
7.sebagian negara Pakistan dan Afganistan
sekarang ini
8.Sedikit daerah India
Relief yang mengambarkan Khores Agung dengan
mahkota bertanduk dua.
SILINDER KORESH
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Silinder Koresh ("Cyrus Cylinder")
|
|
Silinder Koresh ("Cyrus Cylinder")
Silinder Koresh, sisi obverse (depan) dan reverse (belakang)
Material Tanah
liat yang dipanggang
Ukuran 225 sentimeter (89 in) x 10 sentimeter (3.9 in)
(maximum)
Tulisan Bahasa Akkadia
aksara Kuneiform
Dibuat Sekitar 539–530 SM
Periode/budaya Kekaisaran
Akhemeniyah
Ditemukan Babylon, Mesopotamia by Hormuzd Rassam
in March 1879
Lokasi saat ini Room
52 (sebelumnya 55), British Museum, London. Identifikasi BM 90920
Registrasi British-Museum-db1880,0617.1941 id=327188
|
Silinder Koresh di British Museum, London.
Silinder Koresh (Cyrus Cylinder) adalah titah yang dikeluarkan Raja Koresh dan dituliskan pada tanah liat ketika ia berhasil
menaklukkan Kerajaan Babilonia tahun 539. Silinder Koresh ditemukan pada abad ke- 19 oleh
Hormuzd Rassam. Teks dari
keputusan Koresh memang tidak ditemukan dalam Alkitab namun ia
meninggalkan prasasti silinder ini yang menunjukkan bagaimana sikap Koresh
terhadap para tawanan dalam kerajaannya.
Deskripsi
Silinder Koresh
ini berbentuk tabung terbuat dari tanah liat yang dipanggang berukuran
225 sentimeter (89 in) x 10 sentimeter (3.9 in) pada
diameter maksimumnya. Dibuat dalam beberapa babak di sekitar inti tanah liat
berbentuk kerucut yang di dalamnya terdapat batu kelabu besar menutupinya.
Dilapisi dengan tanah liat tambahan sehingga menjadi bentuk tabung dengan lapisan
paling luar terbuat dari tanah liat halus untuk diukir dengan tulisan.
Ditemukan dalam bentuk pecahan-pecahan, nampaknya dihancurkan pada zaman
dahulu. Sekarang tinggal dua pecahan, dikenal dengan kode "A" dan
"B", yang disatukan pada tahun 1972.
Badan utama
silinder ini, ditemukan oleh Rassam pada tahun 1879, adalah fragmen
"A". Direstorasi pada tahun 1961, yaitu dibakar lagi dan ditambahi
pengisi dari plaster. Fragmen "B" yang lebih kecil berukuran
86 sentimeter (34 in) x 56 sentimeter (22 in), didapatkan
oleh J.B. Nies dari Yale University dari pedagang barang antik. Nies menerbitkan teksnya pada
tahun 1920. Fragmen ini nampaknya lepas dari badan utama pada saat ekskavasi
pada tahun 1879 dan kemungkinan disingkirkan dan diambil dari salah satu tempat
pembuangan Rassam. Baru dikonfirmasi sebagai bagian dari silinder oleh
Paul-Richard Berger dari
Universitas of Munster pada tahun 1970. Yale University
meminjamkan fragmen kepada
British Museum untuk sementara waktu (tetapi, pada
prakteknya, dalam waktu tidak terbatas) dengan ditukar "tablet kuneiform
yang sesuai" dari koleksi British Museum.
Meskipun
Silinder ini jelas bertarikh setelah direbutnya kota Babilon oleh Koresh Agung pada tahun 539
SM, tarikh pembuatannya tidak jelas. Umumnya dikatakan dibuat pada bagian awal
pemerintahan Koresh atas Babel, setelah tahun 539 SM. British Museum menulis
tahun pembuatannya antara 539–530 SM.
Isi
Silinder ini memuat pujian atas Koresh Agung termasuk silsilahnya dari keturunan para raja.
Silinder ini memuat pujian atas Koresh Agung termasuk silsilahnya dari keturunan para raja.
Di dalam
Silinder Koresh juga dicatat mengenai kekejaman Raja Nabonidus yang merupakan
raja terakhir kerajaan Babel. Nabonidus menjadi terdakwa karena melakukan
kesalahan dalam bidang Agama sehingga menimbulkan kemarahan dewa Marduk sebagai kepala
para dewa Babel. Berikut catatan mengenai kesalahan Nabonidus:
“ Penyembahan terhadap Marduk,
raja para dewa, telah diubahnya menjadi kekejian. Setiap hari digunakannya
untuk berbuat jahat terhadap kotanya. Karena keluhan mereka, penguasa para dewa
menjadi amat murka. Ia memandang dan meneliti di semua negeri, mencari penguasa
yang benar. Kemudian dia mengumumkan nama Koresh
dan menetapkannya menjadi raja seluruh dunia
Raja Nabonidus dikalahkan oleh Koresh (juga ditulis di Silinder Nabonidus), yang dipilih oleh Marduk untuk mengembalikan perdamaian
dan tata tertib di Babilon. Orang-orang Babilon menyambut Koresh sebagai raja mereka yang baru dan Koresh masuk ibukota
dengan damai. Ditulis juga doa kepada Marduk untuk melindungi Koresh dan
putranya Cambyses. Di dalamnya
didaftarkan usaha-usaha Koresh untuk kemakmuran rakyat Babilon, mengembalikan
orang-orang buangan dan membangun kembali kuil-kuil dewa di seluruh tanah Mesopotamia dan wilayah kekuasaannya. Ditutup dengan keterangan bahwa Koresh
memperbaiki tembok kota Babilon dan menemukan prasasti yang ditulis oleh raja
sebelumnya.
Referensi
Referensi
1.
The Cyrus Cylinder (British Museum database). Diakses 19
June 2010.
2.
Edward M.
Blaiklock. 1983. The New International Dictionary of Biblical Archaelogy.
Grand Rapids:Zondervan Publishing House. Hlm. 146.
3.
David L.Baker, John J.Bimson. 2004. Mari Mengenal
Arkeologi Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 168.
Koresh,
Raja Persia diurapi Tuhan dalam Bibel
Baca:
Yesaya 45:1 Beginilah firman TUHAN:
"Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan
kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti
raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu
gerbang tidak tinggal tertutup:
2 Tawarikh 36:22: Pada tahun pertama
zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia
itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan
di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini:
23 "Beginilah perintah Koresh,
raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN,
Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di
Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya,
TUHAN, Allahnya, menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!"
Kisah Hidup dan Legenda Koresh
Mulai kariernya selaku pejabat rendahan di
bagian barat daya Iran, dia menghalau --melalui kemenangan-kemenangan
pertempuran yang cemerlangan-- tiga kerajaan besar (Medes, Lydian, dan
Babilon), dan menyatukan hampir seluruh daerah Timur Tengah lama menjadi satu
negara yang membentang mulai India hingga Laut Tengah.
Cyrus (atau Kurush nama Persinya) dilahirkan
sekitar tahun 590 SM di propinsi Persis (kini Fars), di barat daya Iran.
Daerah ini saat itu merupakan propinsi Kerajaan Medes. Cyrus berasal dari
keturunan penguasa lokal yang merupakan bawahan Raja Medes.
Tradisi yang timbul belakangan bikin dongeng
menarik menyangkut diri Cyrus ini, seakan-akan mengingatkan orang akan
dongeng Yunani mengenai Raja Oedipus. Menurut dongeng ini, raja Astyages
bermimpi selama dua kali. Mimpi pertama terjadi ketika Koresh belum lahir.
Menurut Herodotus, mimpi Astyages adalah dia buang air kecil begitu banyak
sehingga tidak hanya memenuhi kota, tetapi membanjiri seluruh Asia. Menurut
orang-orang bijak yang dimintai pendapat oleh Astyages meramalkan bahwa
seorang anak dari Mandane akan menjadi dewasa dan mengambil alih kerajaan.
Ada sebuah fakta bagi Astyages bahwa dia tidak memiliki seorang putra
sehingga cucunya ketika dewasa kelak akan menjadi pewarisnya. Hanya saja,
Astyages rupanya tidak rela melihat mahkota kerajaan lewat begitu saja dari
kakek kepada cucunya.
Astyages kemudian memilihkan suami untuk Mandane
dengan begitu hati-hati. Wajarlah, karena anak satu-satunya dan perempuan
lagi. Astyages tidak memilih salah satu dari bangsawan Midia yang ada di
Ekbatana (ibukota Midia). Pilihan jatuh kepada raja Kambises, raja orang
Persia taklukan Astyages. Jadi dia mengirimkan Mandane ke Anshan, ibukota
orang Persia, untuk menikahi Kambises. Kambises telah bersumpah setia kepada
Midia dan bukanlah seorang yang ambisius.
Mandane hamil dan Astyages bermimpi untuk kedua
kalinya. Mimpi kedua Astyages tentang pohon anggur tumbuh dari putrinya dan
melingkari sekitar wilayahnya. Orang-orang bijaksananya memberitahukan bahwa
putra Mandane tidak hanya akan meneruskan tahtanya, tetapi akan
menggantikannya memerintah. Astyages rupanya orang yang paranoid akan
kehilangan kekuasaan, jadi dia memutuskan untuk membunuh putra Kambises dan Mandane.
Mandane pun diundang ke Ekbatana, dan tinggal dalam kemewahan istana sambil
menunggu kelahiran bayinya. Kambises hanya bisa rela menerima undangan
tersebut dan Mandane tidak dapat menolaknya.
Mandane melahirkan seorang putra, dan diberi nama
Koresh atau Cyrus dalam bahasa Persia Kuno mengikuti nama ayah dari suaminya.
Astyages yang ingin membunuhnya tetapi juga ingin menghindari rasa bersalah
karena membunuh cucunya menyuruh sepupu yang juga perwira utamanya bernama
Harpagus untuk melenyapkan Koresh.
Harpagus sendiri ternyata tidak ingin
berbuat sesuatu yang bisa membahayakan nyawanya suatu saat nanti. Harpagus
menyerahkan bayi Koresh kepada seorang penggembala Astyages untuk dibunuh.
Tangan Tuhan bekerja pada saat tersebut. Ketika si penggembala menerima bayi
Koresh, dia tidak membunuhnya tetapi memberikan kepada isterinya yang mungkin
sementara berduka atas bayinya yang mati saat melahirkan. Koresh tumbuh di
gubug si penggembala. Dan mungkin ini sedikit menyiratkan bahwa Tuhan
mengangkat Koresh sebagai gembala-Nya pada Yesaya 44:28. Jadi menurut
perkiraan, Koresh pasti melewatkan 10 tahun hidupnya di lingkungan tempat
tinggalnya sebagai seorang penggembala kecil yang mengikuti ke mana ayah
tirinya pergi.
Menurut Susan, cerita dari Herodotus ini merupakan
pengulangan suatu resiko biasa yang juga memperlihatkan penunjukan seorang
raja secara ketuhanan. Seorang bayi, secara ajaib dipelihara, tumbuh menjadi
seorang pemimpin besar, berkat pemeliharaan Tuhan yang jelas terpampang sejak
awal kehidupannya.
Koresh ditemukan oleh kakeknya, Astyages, pada saat
dia berumur 10 tahun di sebuah lapangan umum di mana dia sedang memimpin
anak-anak laki-laki lain dari desa itu. Tidak disebutkan bagaimana cara
Astyages mengetahui bahwa anak tersebut adalah bayi putrinya yang ingin
dibunuhnya. Astyages mengirimkan Koresh kembali kepada orangtuanya di Anshan
sebagai jalan terbaik. Astyages kemudian menghukum Harpagus atas kejadian
tidak matinya Koresh dengan membunuh anak sepupunya tersebut. Anak Harpagus
sendiri dibunuh dan dipanggang untuk menjadi sajian utama pada saat Harpagus
diundang menghadiri pesta di istana. Harpagus adalah seorang yang bisa
menguasai diri dan mulai merencanakan balas dendam dalam jangka panjang.
Koresh tumbuh dewasa di Anshan, di lingkungan
ayahnya di Persia. Astyages pun sedang berjaga-jaga jangan sampai ada
kekuatan militer di Persia ataupun dari Harpagus yang ingin menyerangnya
suatu saat nanti. Jadi Astyages menempatkan penjaga di sepanjang jalan dari
Anshan ke Ekbatana.
Pada tahun 559 SM, raja Kambises I meninggal dan
Koresh muda menjadi penguasa atas Persia. Koresh belum melupakan kejahatan
kakeknya, Astyages terhadap dirinya (melalui cerita-cerita Mandane, ibunya).
Orang-orang di Persia telah berada di belakang Koresh jika dia memilih untuk memberontak
melawan dominasi Midia. Koresh perlahan mulai meyakinkan suku bangsa lain
untuk melawan Midia dengan slogan “Bebaskan dirimu dari perbudakan…setidaknya
kamu sederajat dengan bangsa Midia dalam segalanya, termasuk peperangan!” Di
dalam lingkungan istana Astyages sendiri, Harpagus mulai merencanakan balas
dendam atas kelakuan sepupunya terhadap anaknya. Menurut Herodotus, Harpagus
sudah menemui satu per satu orang penting Midia dan meyakinkan betapa
pentingnya Koresh sebagai pemimpin dan membawa pemerintahan Astyages kepada
akhir.
Ketika semua siap, Koresh dan bangsa Persia mulai
bergerak menuju Ekbatana. Pengawas yang ditempatkan Astyages menaikkan tanda
bahaya. Raja Midia tua itu tampaknya merasa takut sehingga orang-orang
bijaksana yang menafsirkan mimpinya dulu dihukum mati di luar Ekbatana.
Harpagus ditunjuk oleh Astyages untuk memimpin pasukan Midia melawan
Koresh, yang kemudian berpindah pihak. Astyages kemudian kalah dan dijadikan
tahanan. Sebuah kejadian yang luar biasa menurut saya adalah ketika Koresh
lebih memilih menawan kakeknya ketimbang membunuhnya. Membunuh lawan yang
kalah sebenarnya adalah hal yang lazim pada masa itu. Astyages kemudian
meninggal dalam tahanan yang nyaman menurut ukuran pada masa itu.
Koresh pun telah menjadi raja atas orang Midia dan
Persia. Dia belum berniat menaklukkan Babilonia pada saat itu, yang menurut
Koresh sendiri bahwa waktunya belum tepat. Sesudah kematian Astyages, Koresh
langsung membubarkan perjanjian damai antara bangsa Lydia dan Midia. Koresh
kemudian mulai bergerak ke arah kediaman kakek-pamannya Croesus (ingat, nenek
dari Koresh adalah seorang Lydia). Peperangan tak terhindarkan di sungai
Halys dan berakhir imbang. Croesus mundur dan bermaksud meminta bantuan
Babilonia. Koresh tidak memberinya kesempatan kepada Croesus dan terus
menakan ke pertahanan Lydia sehingga terpojok di depan Sardis sendiri. Dalam
14 hari, Sardis jatuh dan Croesus ditahan.
Koresh adalah seorang dermawan yang suatu saat akan
memberikan keuntungan baginya. Salah seorang penulis bernama Xenophon
bercerita dalam tulisannya tentang Koresh. Koresh mengombinasikan
pengekangan, keadilan, kepandaian, dan kebaikan jiwa membantunya mendirikan
sebuah kekaisaran yang paling besar di dunia. Dia dipatuhi rakyatnya secara
sukarela padahal dia menguasai banyak kota, banyak rakyat, dan banyak bangsa.
Bahkan oleh rakyat yang jaraknya beberapa bulan dari Koresh sukarela mematuhi
perintahnya. Menurut Susan, dari semua keadilan dan kebajikan jiwa Koresh,
dia melebihi segala raja terutama dalam menciptakan teror. “Dia dapat
menyampaikan rasa takut kepada dirinya kepada banyak orang di dunia sehingga
dia mengintimidasi semuanya” kata Xenophon.
Melalui kedermawanannya, Koresh meyakinkan rakyat di
dalam kekaisarannya dengan menjadi Mata dan Telinga Raja alias mata-mata
kekaisaran. Sehingga menciptakan, seolah-olah, hadirnya raja di dalam suatu
wilayah. Bangsa Midia, Lydia, dan provinsi-provinsi di Asyur Utara (yang
ditaklukkan oleh kakeknya) adalah bagian dari kekuasaan Koresh. Kemudian raja
memberi tugas kepada Harpagus untuk menaklukkan kota-kota Ionia sepanjang
pantai, dan dia sendiri pulang untuk melakukan operasi militer kembali di
sebelah timur Midia. Tapi, Babilonia adalah kekuatan yang paling berkuasa
saat itu. Selain Babilonia ada kerajaan orang-orang Scythia dan Mesir. Jadi,
pada masa itu ada 4 kekuatan besar di wilayah Mesopotamia dan sekitarnya
yaitu: Persia (dan Midia), Babilonia (Nebukadnezar telah mati), Mesir, dan
bangsa Scythia.
Koresh pada tahun 540 melihat kesempatan untuk
menyerang Babilonia mulai mengirimkan pasukan penyerang untuk mengadakan
perang-perang kecil dengan orang Babilonia sepanjang perbatasan sebelah
timur. Penyerangan tersebut rupanya menjadi serius sehingga raja Babel saat
itu, Nabonidus kembali ke Babel dari persiapan perjalanan militernya ke
utara.
Ketika Nabonidus tiba, Koresh sedang merencanakan
serangan langsung ke Babilonia. Dan pertarungan tak terelakkan di Opis,
setelah pasukan Babel menyeberangi sungai Tigris. Orang Babilonia kalah dan
dipukul mundur ke kota. Karena merasa tidak cukup mampu untuk memenangi
pertempuran melawan Persia saat itu, mereka membarikade diri di dalam kota.
Persediaan makanan di dalam kota Babel, menurut Xenophon, cukup untuk hidup
selama 20 tahun. Koresh sadar bahwa butuh waktu yang sangat panjang untuk
membuat orang-orang Babilonia kelaparan.
Koresh membuat strategi lain dengan memanfaatkan
alam yang berada di wilayah Babilon. Menurut Xenophon, sungai Tigris
yang mengalir di tengah-tengah Babilonia lebih dalam daripada ketinggian 2
orang. Kota juga tidak akan mudah dibuat banjir karena penguatan
Nebukadnezar. Koresh mempunyai strategi lain, dia menggali parit-parit
sepanjang sungai Tigris, di hulu sungai dari kota, dan sepanjang suatu malam
dia dan orang-orangnya membuka parit tersebut secara bersamaan. Mengalihkan
arus utamanya jauh ke berbagai arah sehingga ketinggian sungai Tigris yang
mengalir di tengah kota menurun segera. Hal tersebut memungkinkan pasukan
Persia untuk bergerak melalui lumpur di dasar sungai, di bawah tembok-tembok
kota. Unit penyerang inti memanjat keluar dari dasar sungai di dalam kota
pada malam hari. Dan menurut kitab Daniel, saat itu Belsyazar (dia dan
Nabonidus adalah wali bersama Babel) sedang berpesta di dalam istana dengan
ratusan bangsawan dan sudah sama sekali tidak menyadari bahwa pasukan Persia
sudah datang menyerang. Nabodinus yang masih hidup berada di tempat lain di
dalam kota, dia ditangkap dan dijadikan tahanan sedang Belsyazar dibunuh.
Gerbang-gerbang dibuka dari dalam dan orang-orang Persia masuk ke dalam
Babel. Peristiwa tersebut
terjadi pada tahun 539 SM.
Dalam Alkitab. Pada Yesaya 41:1-7, Tuhan akan
membangkitkan seorang pembebas bagi bangsa Israel yang ditawan di Babilonia
berasal dari timur (ayat 2) dan itu ditujukan kepada Koresh. Koresh pula orang
yang mengatakan tentang pendirian kembali Bait Suci dan melalui perantaraan
Ezra dan Nehemia Bait Suci itu berdiri. Hal itu telah ditetapkan oleh Tuhan
dalam Yesaya 44:28 bahwa melalui perkataan Koresh-lah Yerusalem akan dibangun
kembali, dan Bait Suci Salomo akan berdiri untuk kedua kalinya. Dalam Yesaya
45:1-8, penggenapan nubuatan atas Koresh terjadi ketika dia berkuasa. Di dalam
perikop tersebut sangatlah jelas terpampang dalam sejarah Koresh atau Cyrus II
The Great. Dengan tuntunan Tuhan, dia mengalahkan semua musuh-musuhnya dan
menjadi pembebas bagi bangsa Israel dari penawanan. Dan melalui mulut Koresh
(Ezra 1:2-4 dan 2 Tawarikh 36:23) maka nubuatan dalam Yesaya 45:6-7 terpenuhi.
Kata Koresh dalam Ezra maupun 2 Tawarikh demikian “Beginilah perintah Koresh,
raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan,
Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di
Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya,
Tuhan, Allahnya, menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!”. Perkataan
Koresh tersebut disebarkan secara lisan dan tulisan ke seluruh negeri Persia
dan jajahannya. Dan ingat, bahwa Koresh dipatuhi rakyatnya dengan sukarela dan
setiap kata-katanya didengar oleh rakyatnya. Yesaya 45:5-6 terpenuhi melalui
perkataan Koresh tersebut, bahwa “supaya orang tahu dari terbitnya matahari
sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah Tuhan dan
tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang
menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah Tuhan yang membuat
semuanya ini”.
Koresh membangun sebuah ibukota baru bernama
Pasargadae. Dalam kekaisarannya, orang-orang yang dikalahkan berhasil untuk
meneruskan kehidupannya sehari-hari tanpa banyak gangguan. Hal yang baru
dalam kekaisaran Koresh terletak pada kemampuannya untuk menganggapnya, bukan
sebagai bangsa Persia di mana rakyatnya harus berbuat lebih bersifat Persia,
tetapi lebih sebagai jaringan bangsa di bawah peraturan Persia. Berbeda
dengan orang-orang Assiria, dia tidak berusaha menghancurkan kesetiaan atau
identitas bangsa (bangsa Assiria adalah bangsa yang menawan orang-orang
Israel Utara dan menghancurkan identitas mereka). Sebaliknya Koresh melihat
dirinya sebagai pendamping yang penuh kebajikan untuk identitas tersebut
(Susan Wise Bauer).
Cyrus menghabiskan waktu beberapa tahun untuk
mengkonsolidasi penguasaannya dan mengorganisir kembali kekaisaran yang
begitu besar yang telah direbutnya. Kemudian dia pimpin Angkatan Bersenjata
menuju timur laut menaklukkan Massagetae, suku nomad yang hidup di Asia
Tengah sebelah timur laut Caspia. Orang-orang Persia peroleh kemenangan pada
saat-saat kontak senjata pertama. Tetapi pada pertempuran kedua, pertempuran
tahun 529 SM, mereka terkalahkan dan Cyrus --penguasa kekaisaran di dunia
yang pernah ada saat itu- terbunuh.
Cyrus digantikan oleh puteranya Cambyses II.
Cambyses mengalahkan Massagate dalam pertempuran berikutnya, menemukan mayat
ayahnya dan menguburnya kembali di Pasargadae, ibukota Persia kuno. Kemudian
Cambyses mengirim pasukan untuk penyerbuan Mesir, sehingga dengan demikian
dia menyatukan segenap daerah Timur Tengah lama dalam satu kekaisaran.
Cyrus jelas seorang pemimpin yang punya
kebolehan bidang militer. Tetapi itu cuma satu sisi dari seorang manusia.
Yang lebih menonjol, mungkin, adalah kebijakan cara memerintahnya. Dia
terkenal amat toleran terhadap agama-agama setempat dan juga adat-istiadat
mereka. Dan dia senantiasa menjauhkan diri dari sikap kejam dan ganas seperti
lazimnya para penakluk. Orang-orang Babylon, misalnya, bahkan lebih kentara
lagi orang Assyria, telah membunuh beribu-ribu manusia dan mengusir semua
penduduk yang dikuatirkan bakal berontak. Misalnya, ketika Babylon
menaklukkan Yudea tahun 586 SM, mereka memboyong orang Yudea ke Babylon.
Tetapi lima puluh tahun kemudian, sesudah Cyrus menaklukkan Babylon, dia beri
ijin orang-orang Yahudi kembali ke kampung halamannya. Kalau tidak karena
Cyrus, rasanya orang-orang Yahudi itu akan musnah sebagai kelompok yang
terasing di abad ke-5 SM. Keputusan Cyrus dalam hal ini mungkin punya
motivasi politik: bagaimanapun sedikit sekali keraguan bahwa dia merupakan
seorang penguasa yang berprikemanusiaan pada jamannya. Bahkan orang-orang
Yunani, yang lama sekali menganggap bangsa Kekaisaran Persia merupakan
ancaman terbesar bagi kemerdekaannya, tak pernah berhenti menganggap Cyrus
seorang penguasa yang betul-betul mengagumkan.
Begitu baiknya Cyrus telah menjalankan tugasnya
sehingga bahkan sesudah matinya pun Kekaisaran Persia meneruskan perluasan
daerah kekuasaannya. Ini berlangsung selama kira-kira 200 tahun, sampai
ditaklukkan oleh Alexander yang Agung. Hampir sepanjang dua abad, daerah yang
dikuasai Persia menikmati perdamaian dan kemakmuran.
Penaklukan oleh Alexander samasekali bukan
pertanda tamatnya Kekaisaran Persia. Sesudah Alexander meninggal dunia, salah
seorang jendralnya, Seleucus I Nicator, berhasil menguasai Suriah,
Mesopotamia, dan Iran, dengan demikian dia mendirikan Kekaisaran Seleucid.
Tetapi, kekuasaan asing atas Iran tidaklah berlangsung lama. Di pertengahan
abad ke-3 SM pecah pemberontakan melawan kekuasaan Seleucid, di bawah
pimpinan Arsaves I yang menganggap diri keturunan Achaemenid (dinasti Cyrus).
Sebuah kerajaan didirikan oleh Arsaces dikenal dengan nama Kekaisaran
Parthian akhirnya menguasai Iran dan Mesopotamia. Tahun 224 sesudah Masehi
penguasa Arsacid digantikan dinasti Persia, Sassanid, yang juga mengaku
keturunan dari Archaeminid, dan yang kekaisarannya berlangsung lebih dari
empat abad. Bahkan kini Cyrus dihormati di Iran sebagai pendiri negara
Persia.
Karier Cyrus Yang Agung merupakan contoh
penting titik balik dalam sejarah. Kebudayaan pertama kalinya tumbuh di
Sumeria, sekitar 3000 tahun SM. Selama lebih dari dua puluh lima abad bangsa
Sumeria dan pelbagai bangsa Semit yang menggantikannya (seperti bangsa
Akkadian, Babylonia dan Assyria) menjadi pusat peradaban. Sepanjang masa itu,
Mesopotamia merupakan negeri yang terkaya dan paling berkebudayaan maju di
dunia (dengan kekecualian Mesir yang secara kasar berada dalam tarap
sejaiar). Tetapi karier Cyrus --yang boleh dibilang berada di tengah-tengah
sejarah tercatat-- mengakhiri babak itu dalam sejarah dunia. Dari sejak itu
selanjutnya, baik Mesopotamia maupun Mesir bukanlah lagi pusat budaya dunia,
baik kultural maupun politik.
Lebih jauh dari itu, bangsa Semit --yang
berjumlah besar di daerah "bulan sabit subur"-- tak bisa peroleh
kembali kemerdekaannya berabad-abad sesudah itu. Sesudah bangsa Persia
(bangsa Indo-Eropa) datang bangsa Macedonia dan Yunani, diikuti oleh
pendudukan lama oleh orang Parthian, Romawi, penguasa Sassanid, kesemuanya
itu adalah IndoEropa. Hingga penaklukan oleh kaum Muslimin di abad ke-7
--hampir dua belas abad sesudah Cyrus Yang Agung--daerah "bulan sabit
yang subur" itu dikuasai oleh bangsa Semit.
Peta Kerajaan Cyrus yang Agung
Cyrus penting bukan cuma karena dia memenangkan
banyak pertempuran dan menaklukkan banyak daerah. Arti pentingnya yang lebih
besar adalah fakta bahwa kekaisaran yang didirikannya secara mantap mengubah
struktur politik dunia lama.
Kekaisaran Persia, di samping luasnya daerah
dan lamanya bertahan, tidaklah punya pengaruh besar dalam sejarah seperti
yang dijumpai pada Kekaisaran Romawi. Inggris, atau Cina yang lebih lama.
Tetapi, memperhitungkan arti penting Cyrus orang harus ingat bahwa dia sudah
merampungkan sesuatu yang mungkin tak akan pernah terjadi tanpa kehadirannya.
Di tahun 620 SM (segenerasi sebelum Cyrus lahir) tak seorang akan menduga
bahwa dalam tempo seabad seluruh dunia lama akan berada di bawah kekuasaan
suatu suku yang sama sekali tidak terkenal yang berasal dari barat daya Iran.
Bahkan dengan melihat ke belakang, tak ada tampak bahwa Kekaisaran Persia
salah satu kekaisaran yang punya arti penting sejarah yang karena keadaan
sosial dan ekonominya akan bisa jadi begitu cepat atau lambat jadi besar.
Jadi, Cyrus merupakan salah seorang yang langka yang dengan nyata mengubah
jalannya sejarah.
|
Sumber:
Al. Kitab
Injil
auvijanfamily.wordpress.com/2013/.../kisah-koresh-yang-Agung
Seratus Tokoh yang Paling
Berpengaruh dalam Sejarah Michael H. Hart, 1978
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
setelah membaca artikel ini, saya merasa pengetahuan saya tentang sejarah islam sangat kurang. makasih infonya
ReplyDeletesebuah sejarah besar yang mengugah jiwa
ReplyDeleteSejarah yang sangat menginspirasi
ReplyDelete