Raja-Raja Yang Mepresentasikan Dzulqarnain3
Akhenaten
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Amenophis IV, Naphu rureya, Ikhnaton
Nefertiti, wanita tercantik di Mesir, istri Akhenaten.
Masa kenabian Yusuf Alahissalaam diperkirakan pada masa pemerintahan Amenhotep
III hingga putranya yang seusia Yusuf, Amenhotep IV. Begitu pula yang
digambarkan drama Iran, Prophet Joseph itu. Amenhotep IV sangat takjub dengan
kebijaksanaan Yusuf Muda, dan konon ia akhirnya memeluk keyakinan yang sama
dengan Yusuf.
Patung
Akhenaten di dekat seni Amarna
Pharaoh
Masa Pemerintahan
1353 SM –
1336 SM atau
1351– 1334 SM atau 1022-1006 SM (kronologi Baru) (Dinasti kedelapan belas Mesir)
1351– 1334 SM atau 1022-1006 SM (kronologi Baru) (Dinasti kedelapan belas Mesir)
Didahului
oleh
Amenhotep III
Digantikan
oleh
Smenkhkare? / Tutankhamun
Suami/istri
Nefertiti, Kiya, Maritaten?,
mungkin Ankhesenpaten, saudara perempuan yang tidak dikenal namanya.
Anak
Smenkhare? Meritaten,
Meketaten, Ankhesenpaaten, Neferneferuaten Tasherit,
Neferneferure, Setepenre,
Tutankhamun, Ankhesenpaten-ta-sherit?
Ayah
Amenhotep III
Ibu
Tiye
Wafat
1336 atau
1334 SM
Makam
Royal Tomb of Akhenaten KV55
Monumen
Akhetaten, Gempaaten, Hwt-Benben
Akhenaten dan keluarganya menyembah Aten
Akhenaten, juga dieja Echnaton, Akhenaton, Ikhnaton,
dan Khuenaten; artinya "roh Aten yang hidup") dikenal sebelum
tahun ke-5 pemerintahannya sebagai Amenhotep IV (kadang ditulis dengan
bentuk Yunani, Amenophis IV, dan berarti Amun dipuaskan), adalah
Firaun dinasti ke-18 Mesir, terutama dikenal karena mengubah sistem agama Mesir
menjadi monoteistis dengan menyembah dewa Aten. Ia adalah anak Amenhotep III
dengan istrinya Tiye dan bukan anak laki-laki tertua ayahnya. Ia mulanya tidak
direncanakan menjadi raja sampai kakak laki-lakinya Tuthmose meninggal. Amenhotep
IV menjadi raja setelah ayahnya Amenhotep III wafat setelah memerintah 38
tahun. Istri utama Akhenaten adalah Nefertiti, yang sekarang terkenal karena
patungnya di Altes Museum Berlin.
Permulaan pemerintahan
Amenhotep IV dimahkotai di Thebes dan disanalah ia
mulai membangun. Ia menghiasi gerbang selatan menuju daerah kuil Amun-Re dengan
gambar dirinya menyembah Re-Harakhti. Segera ia memerintahkan pembangunan kuil
untuk dewa Aten di Karnak Timur. Kuil ini disebut Gempaaten (“Aten yang
ditemukan dalam tanah milik Aten”). Gempaaten terdiri dari sejumlah bangunan,
termasuk istana dan bangunan bernama Hwt Benben yang dipersembahkan kepada ratu
Neferiti. Sejumlah kuil Aten yang dibangun di Karnak dalam periode ini termasuk
Rud-menu dan Teni-menu yang dibangun dekat Pylon ke-9. Selama
waktu ini ia tidak menekan penyembahan Amun, dan Imam Besar Amun masih aktif
pada tahun ke-4 pemerintahannya. The king appears as Amenhotep IV dalam
makam-makam sejumlah bangsawan di Thebes: Kheruef, Ramose dan makam Parennefer.
Perubahan Nama menjadi Akhenaten
Perubahan Nama menjadi Akhenaten
Pada hari ke-13, bulan ke-8, tahun
ke-5 pemerintahannya, raja tiba di lokasi kota baru, Akhetaten (sekarang
dikenal sebagai Amarna). Sebulan sebelumnya Amenhotep IV secara resmi mengganti
namanya menjadi Akhenaten. Amenhotep IV mengubah hampir semua gelar Firaunnya (5
fold Pharaoh titulery) pada tahun ke-5 itu. Nama yang tetap tidak diubah
hanyalah prenomen atau nama tahta.
Penemuan Kembali
Riwayat raja ini sama sekali hilang dari sejarah
sampai ditemukannya kembali kota Amarna pada abad ke-19. Kota Amarna, lokasi
Akhetaten, kota yang dibuat raja ini untuk dewa Aten, awalnya diekskavasi oleh
Flinder Petrie yang segera menumbuhkan ketertarikan dengan firaun yang aneh
ini, yang makamnya digali pada tahun 1907 oleh Edward R. Ayrton.
Akhenaten semakin terkenal karena penemuan di Valley of the kings, Luxor,
adanya makam raja Tutankhamun, yang terbukti adalah putra Akhenaten berdasarkan
tes DNA pada tahun 2010. Sebuah mummi yang ditemukan pada tahun 1907 telah
diidentifikasi sebagai Akhenaten. Orang ini dan Tutankhamun mempunyai hubungan
darah yang tidak diragukan, tetapi
identifikasi mummi KV55 sebagai Akhenaten masih dipertanyakan. Ketenaran modern
Akhenaten dan ratunya, Nefertiti, sebagian dari hubungannya dengan Tutankhamun,
sebagian dari caranya yang unik dan kualitas tinggi dari seni ukir serta gambar
yang dibuat pada zamannya, juga karena agama yang ia mulai.
Hubungan Internasional
Hubungan Internasional
Akhenaten dalam gaya khas periode Amarna.
Bukti penting pemerintahan dan kebijakan luar negeri
Akhenaten didapatkan dari penemuan kumpulan Surat Amarna, yaitu sejumlah besar
korespondensi diplomatik yang digali dari el-Amarna, kota modern dari
lokasi kuno Akhetaten. Korespondensi ini meliputi koleksi yang tak ternilai
dari tablet/lempengan tanah liat, yang dikirimkan kepada Akhetaten dari
berbagai pemimpin daerah di seluruh pos militer Mesir, dan dari pemimpin negara
asing (dikenali sebagai Raja-raja Agung atau "Great Kings") dari
Kerajaan Mitanni, Babylon, Asyur dan Hatti. Gubernur-gubernur dan raja-raja
jajahan Mesir juga sering menulis untuk meminta emas dari firaun, dan juga
mengeluh karena diacuhkan dan ditipu oleh raja.
Di awal pemerintahannya, Akhenaten berselisih dengan
raja Mitanni, Tushratta, yang mencoba membina hubungan dengan ayah
Akhenaten untuk melawan Hittit. Tushratta mengeluh dalam beberapa surat bahwa
Akhenaten mengiriminya patung berlapis emas, bukannya dari emas murni; di mana
patung-patung itu merupakan sebagian mas kawin yang diterima Tushratta untuk
memberikan putrinya Tadukhepa menjadi istri Amenhotep III dan kemudian
Akhenaten. Surat Amarna EA 27 mengawetkan keluhan Tushratta kepada Akhenaten
mengenai situasi ini.
Dari kumpulan surat-surat ini diketahui bahwa
Akhenaten memberi perhatian besar atas urusan bawahan-bawahannya di Kanaan dan
Siria. Akhenaten berhasil mempertahankan kekuasaan Mesir di Palestina dan
pantai Fenisia, sementara menghindari konflik dengan Kerajaan Hittit yang
semakin kuat di bawah pimpinan Suppiluliuma I. Satu-satunya provinsi perbatasan
Mesir yang Amurru di Siria melingkari sungai Orontes pindah ke tangan orang
Hittit ketika pemimpinnya, Aziru, membelot kepada Hittit. Berlawanan dengan
pandangan umum bahwa Akhenaten mengabaikan hubungan luar negeri, ia dikenal
memimpin paling sedikit satu penyerangan ke Nubia pada tahun ke-12 pemerintahannya
dan serangan ini disebut dalam Amada stela CG 41806 dan dalam sebuah stela
pendamping terpisah di Buhen.
Kematian, Pemakaman dan Pengantinya
Kematian, Pemakaman dan Pengantinya
Sarkofagus Akhenaten direkonstruksi dari pecahan-pecahan makam aslinya di
Amarna, sekarang di Egyptian Museum, Kairo.
Penampilan terkahir Akhenaten dan keluarga Amarna
adalah di makam Meryra II yang bertanggalkan bulan ke-2 tahun ke-12
pemerintahannya. Pada bulan Desember 2012, diumumkan bahwa inskripsi Tahun
16 III Akhet day 15 memuat penanggalan eksplisit pemerintahan Akhenaten
yang juga menyebutkan kehadiran ratu Nefertiti yang masih hidup, dan inksripsi
ini ditemukan dalam tambang batu kapur di Deir el-Bersha, sebelah utara Amarna.
Tulisan itu menyangkut proyek pembangunan di Amarna dan memberi bukti bahwa
Akhenaten dan Nefertiti masih hidup sebagai pasangan kerajaan setahun sebelum
matinya Akhenaten.
Fragmentari ushabti Akhenaten dari makam aslinya di Amarna, sekarang
di Brooklyn Museum.
Meskipun diterima bahwa Akhenaten mati pada tahun
ke-17 pemerintahannya, muncul pertanyaan apakah Smenkhkare menjadi raja muda
mungkin dua atau tiga tahun sebelumnya atau menjadi raja tunggal untuk beberapa
waktu dan ini belum jelas. Jika Smenkhkare menggantikan Akhenaten, dan menjadi
firaun tunggal, pemerintahannya tidaklah sampai setahun. Pengganti berikutnya
adalah Neferneferuaten, seorang firaun perempuan yang memerintah Mesir selama 2
tahun dan 1 bulan. Ia kemudian digantikan oleh Tutankhaten (kemudian berganti
nama menjadi Tutankhamun), sementara negara diatur oleh perdana menteri (Vizier)
utama yang kemudian menjadi firaun, Ay. Tutankhamun diyakini sebagai adik
laki-laki Smenkhkare dan putra Akhenaten, dengan Kiya meskipun ada pakar yang
menduga Tutankhamun mungkin saja putra Smenkhkare. Tes DNA pada tahun 2010
mengindikasikan bahwa Tutankhamun benar adalah putra Akhenaten. Diduga setelah
matinya Akhenaten, Nefertiti memerintah dengan nama Neferneferuaten. tetapi
pakar-pakar lain percaya pemimpin wanita ini adalah Meritaten. Sebuah stela
"Pemerintahan Bersama" (Co-Regency Stela), yang ditemukan
dalam sebuah makam di Amarna kemungkinan menunjukkan ratu Nefertiti sebagai
raja bersama, memerintah bersama Akhenaten, tetapi tidak pasti karena
nama-namanya dihapus dan diukir menjadi Ankhesenpaaten dan Neferneferuaten.
Dengan kematian Akhenaten, ibadah dewa Aten yang
didirikannya lambat laun kehilangan pengikut. Tutankhaten mengganti namanya
menjadi Tutankhamun pada tahun ke-2 pemerintahannya dan meninggalkan kota
Akhetaten, yang akhirnya menjadi puing-puing. Penggantinya, Ay dan kemudian
Horemheb, membongkar kuil yang dibangun Akhenaten, termasuk kuil di Thebes,
menggunakan bahannya untuk membangun kuil bagi mereka sendiri.
Akhirnya, Akhenaten, Neferneferuaten, Smenkhkare,
Tutankhamun, dan Ay dihapus dari daftar resmi firaun, sehingga hanya dilaporkan
bahwa Amenhotep III langsung digantikan oleh Horemheb. Ini dianggap upaya
Horemheb untuk menghapus jejak penyembahan Atenisme dan para firaun yang
berhubungan dari catatan sejarah. Nama Akhenaten tidak pernah muncul di daftar
raja-raja yang dibuat firaun-firaun sesudahnya dan baru di akhir abad ke-19
identitasnya ditemukan kembali dan catatan pemerintahannya disusun lagi oleh
para arkeolog.
Kronologi Baru
Kronologi Baru
David Rohl mendapatkan
argumen kuat mengenai tahun pemerintahan Akhenaten yang berbeda dengan
kronologi konvensional (yang diperkirakan berdasarkan penyamaan
"Sisak" dengan "Shoshenq I"). Argumen ini didasarkan pada
gerhana matahari yang terjadi pada sore hari menjelang matahari terbenam
(~pukul 18:09) pada tanggal 9 Mei 1012 SM, yang terlihat di kota kuno Ugarit.
Kejadian sangkat langka ini didapatkan tanggalnya dengan perhitungan terbalik
astronomi berdasarkan catatan pada Tablet KTU-1.78, dan berkaitan dengan
terbakarnya istana raja Nikmaddu II, penguasa Ugarit, yang disebut-sebut dalam
salah satu Surat Amarna(EA 151) yang dikirimkan oleh Abimilku, penguasa Tirus
kepada Akhenaten pada tahun ke-12 pemerintahan Akhenaten, beberapa bulan
setelah ayahnya, Amenhotep III, mangkat. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa
Akhenaten dinobatkan menjadi raja muda untuk memerintah bersama ayahnya pada
tahun 1022 SM. Amenhotep III mangkat pada tahun ke-11 pemerintahan bersama
dengan Akhenaten dan sejak tahun ke-12, Akhenaten memerintah sebagai penguasa
tunggal Mesir.
Berikut adalah tahun-tahun pemerintahan sejumlah raja
sebelum dan sesudah zaman Akhenaten:
- Ahmose
(25 tahun) - 1194-1170 SM
- Amenhotep
I (21 tahun) - 1170-1150 SM
- Thutmose
I (12 tahun) - 1150-1139 SM
- Thutmose
II (2 tahun) - 1139-1138 SM
- Thutmose
III (54 tahun) - 1138-1085 SM
- Hatshepsut
(15 tahun) - 1131-1116 SM (pemerintahan bersama Thutmose III)
- Amenhotep
II (27 tahun) - 1085-1059 SM
- Thutmose
IV (10 tahun) - 1059-1050 SM
- Amenhotep
III (37 tahun) - 1050-1012 SM (mangkat pada tahun ke-11 Akhenaten)
- Akhenaten (16
tahun) - 1022-1006 SM (memerintah bersama Amenhotep III selama 11 tahun)
- Neferneferuaten
- 1011-1007 SM (memerintah bersama Akhenaten selama 5 tahun)
- Smenkhkare
- 1006-1003 SM (memerintah bersama Akhenaten selama 1 tahun)
- Tutankhamun
- 1003-995 SM (memerintah sendiri selama 9 tahun)
- Ay -
995-990? (lama pemerintahan tidak diketahui pasti)
Ini membuat Akhenaten sezaman dengan Saul dan Daud di
Israel.
Referensi
1.
Akhenaten. dictionary.com. diarsipkan dari versi asli tanggal
14 October 2008. Diakses tanggal 2008-10-02.
2.
Akhenaten. Encyclopaedia Britannica.
3.
Beckerath (1997) p.190
4.
Clayton (2006), p.120
5.
Dominic Montserrat, Akhenaten: History, Fantasy and
Ancient Egypt, Psychology Press, 2003, pp 105, 111
6.
Akhenaten (king of Egypt) – Britannica Online
Encylopedia, Britannica.com.
Diakses tanggal 2012-08-25.
7.
Robert William Rogers, Cuneiform parallels to the Old
Testament, Eaton & Mains, 1912, p 252
8.
K.A Kitchen, On the reliability of the Old Testament,
Wm. B. Eerdmans Publishing, 2003. p 486 Google Books
9.
Joyce A. Tyldesley, Egypt: how a lost civilization was
rediscovered, University of California Press, 2005
10. Aldred,
Cyril, Akhenaten: King of Egypt ,Thames and Hudson, 1991 (paperback), ISBN
0-550-27621-8 p 259-268
11. Charles F.
Nims , The Transition from the Traditional to the New Style of Wall Relief
under Amenhotep IV, Journal of Near Eastern Studies, Vol. 32, No. 1/2 (Jan. -
Apr., 1973), pp. 181-187
12. Dodson,
Aidan, Amarna Sunset: Nefertiti, Tutankhamun, Ay, Horemheb, and the Egyptian
Counter-Reformation. The American University in Cairo Press. 2009, ISBN
978-977-416-304-3.
Monotheisme Suami Nefertiti
di AMARNA
”Ayah para dewa yang menciptakan umat manusia, yang
mencipta hewan… dan semua tanaman … Tuan dari sinar matahari yang memberi
cahaya….”, bunyi bilah Amarna. Raja cilik, wanita tercantik, pembangkang
tradisi, pendiri ibukota baru, lenyap misterius, menyertai orang paling
dipenasari sejarawan kuno. Pembuat bilah itu, Akhenaten, hidup 3379 tahun yang
lalu.
Patung Akhenaten ( fir'aun Imhotep IV )
Wow. Betapa sulit dan lama pencarian Tuhan sejati.
Jauh sebelum kedatangan nabi Musa ke negeri piramid, seorang pendobrak
mengadaikan nyawa demi keyakinan yang teguh. Seorang fir’aun muda bergelimang
kemegahan, beristri wanita tercantik di Mesir, mendadak kehilangan segalanya.
Bisa jadi prequel “The Ten Commandments”-nya Charlton Heston. Barangkali.
ARTEFAK AMARNA
Salah satu bilah Amarna yang ditemukan.
Napoleon Bonaparte dengan pasukan Perancis yang dipimpinnya,
saat menduduki Mesir ( 1797-1799 M ) menemukan batu tulis di Rosetta. Batu
berhurufkan hieroglif ini setelah dibaca Jean Francois Champollion ( 1800 M )
menguak tabir sejarah Mesir kuno. Mesir menjadi pusat kebudayaan tertua di
benua Afrika. Riset Champollion selama 20 tahun menjadi perpustakaan Mesir
kuno, yang ditulis diatas papyrus ( tumbuhan air di tepi sungai Nil ).
Sebuah stasiun di pertengahan jalan antara Thebes dan
Memphis, memperlihatkan situs kota kuno Akhetaten. Tell-El-Amarna atau Tel El
Amarna adalah nama modern Akhetaten, ibukota Mesir untuk fir’aun Akhenaten (
1353-1336 SM ). Tempat ia berdiam, sebagai pengganti istananya di Luxor.
Disusun dari nama perkampungan terdekat.
Kamar arsipnya ditemukan di sana, selama penggalian
ekstensif tahun 1887-1888 M. Sekitar 300 bilah lempung ( disebut bilah
Tel-el-Amarna atau bilah Amarna ) ditemukan, meliputi korespondensi antara
Akhenaten dengan ayahnya, surat-menyurat Amarna dengan negeri luar seperti
Babilonia, Assyria, Palestina, juga sejarah Asia dari tahun 1400-1370 SM.
Ditulis dalam huruf cuney.
Makam adik Akhenaten ditemukan hampir lengkap oleh
Howard Carter tahun 1922. Ada patung perunggu Tutankhamun ( 1332-1322 SM )
sebatas dada dengan hiasan kepala dari emas. Bentuk wajah memanjang, paha dan
pangkalnya terlihat gemuk mengindikasikan fir’aun muda tsb.
Meski masa keemasan Amarna berlalu cepat, periode itu
memukau kita karena keunikan Akhenaten dan misteri keturunan fir’aun Amarna.
Bak mimpi, kisah fiksi sineas Hollywood sekaligus digairahi para sarjana dalam
debat keilmuan. Seni Amarna terdiri lebih dari 100 karya dan artefak ibukota
bergurun gersang yang kini tak berpenghuni. Jurang di lokasi pusat sudah
runtuh, membentuk kata ‘akhet’ dari huruf serupa hieroglif. Penampakan harian
matahari melalui formasi batu karang aneh di Amarna, mungkin yang menginspirasi
sang fir’aun menamai ibukota barunya Akhetaten ( horizon dari Aten ).
Peta yang menunjukkan lokasi situs Amarna di wilayah Mesir.
Revolusi radikal dalam hidup singkat Akhenaten dalam
kepercayaan diiringi seni visual, berupa patung naturalis yang rileks, segar.
Pahatan profil menghadap ke kanan, dua bentuk lengan terulur tinggi ke arah
cakram matahari Aten, yang sinarnya menerpa tangan sang dermawan.
Representasi
keduanya, dewa dan adegan religius menjadi contoh standar seni masa Amarna.
Inovasi artistik agaknya disetujui fir’aun, sehingga lahir gambar distorsi
manusia yang menegaskan lengkung sensualnya. Selain itu, ada patung relief
monumental keluarga fir’aun, karya seniman, perhiasan emas, barang pribadi
Akhenaten dan pengiringnya.
POLYTHEISME MESIR KUNO
Dewa nasional bangsa Mesir kuno adalah Amun-Ra ( dewa
bulan matahari ), yang diringkas Amun. Raja Mesir yang disebut fir’aun dianggap
putra dewa Amun. Burung elang menghubungkan Amun dengan manusia. Mereka percaya
ruh hidup terus asal badan utuh, sehingga jasad mati diawetkan menjadi mummi.
Kehidupan alam baqa sama dengan dunia.
Matahari seharian bertransformasi. Terbit disebut
Khepri, pagi Re-Horakhte atau Re-Horemakhet, siang Aten, terbenam Amun. Selain
matahari, masyarakat juga memuja dewa Osiris, Isis, Aris, Thot, Anubis, Apis
dll. Polytheisme begitu kuat mengakar di benak orang Mesir selama ribuan tahun,
sehingga melindas Akhenaten yang beralih memuja Sang Pencipta tunggal.
SIAPA AKHENATEN
Situs Amarna
Akhenaten adalah anak kedua dan pengganti Amenhotep
III ( Nebmaatre ). Fir’aun dinasti ke-18 ini, tahun 1425 SM, mengawini Tiye,
putri Yey, komandan kereta tempur. Gadis berambut pirang ini terkenal karena
kecantikan, kepintaran dan berkah langka ‘membaca hati orang’. Selama 38 tahun
pemerintahan, Amenhotep III dan Tiye punya banyak keturunan. Pertama dalam
urutan pewaris tahta, Thutmosis ( sesuai tradisi Mesir ; anak pertama fir’aun
dinamai seperti kakeknya, Thutmosis IV Menkheprure ), lalu Amenhotep,
Smenkhkare dan Tutankhamun. Putri mereka diantaranya Sitamun dan Beketaten, si
bungsu kesayangan ayah.
Singgasana dewa Ra adalah Heliopolis ( secara harfiah,
kota matahari ). Amenhotep dan kakaknya dikirim ke Heliopolis untuk belajar.
Meski Heliopolis tetap menjadi pusat studi berpengaruh, usai dinasti ke 5, cara
memuja Ra menjadi beragam.
Amenhotep III dinobatkan sebagai raja mesir tahun 1408
SM. Setelah 35 tahun berkuasa, ia perbolehkan putranya, pangeran Amenhotep,
berbagi takhta dengannya, menjadi wakil pemerintahan selama empat tahun.
Wilayah yang tunduk pada Mesir waktu itu diantaranya Babilonia, Assyria,
Sisilia dan Cyprus.
Saat penobatan fir’aun disebut dengan 5 nama ; nama
lahir, nama putra dewa, nama persembahan, nama kefir’aunan dan angka
tradisional. Amenhotep kelak bergelar Amenhotep IV Neferkherure Waenre.
Amenhotep naik tahta karena Tuthmosis wafat sebelum waktunya.
Setelah tujuh tahun bertahta, Amenhotep mengawini
Nefertiti yang legendaris. Ia putri dari istri kedua Ay, atau keponakan Tiye (
jaman dulu, pernikahan antar anggota keluarga terdekat masih umum ). Ada gambar
dua orang berpelukan, yang diduga menggambarkan cinta mendalam Akhenaten pada
Nefertiti. Dari istri cantiknya, Amenhotep memperoleh 6 putri ; Meritaten, Meketaten,
Akhesenpaaten, Nefernefruaten-Tasherit, Nefernefrure dan Setepenre. Meritaten
kelak kawin dengan Smenkhkare. Ankhesenpaaten kawin dengan Tutankhamun.
Amenhotep selama di Thebes ( 1353-1348 SM ) sempat
mendirikan empat struktur di kuil terindah Amun di Karnak. Ia mengagumi
karakter matahari di Heliopolis, sampai bangunannya dinamai ‘matahari
ditemukan’, ‘yang teragung, matahari’, ‘kuat, gerakan matahari’ dan ‘rumah
matahari’. Ada patung kuarsit merah berskala manusia berujud sang fir’aun yang
sedang menyilangkan lengan. Relief lain menggambarkan fir’aun dengan satu
lengan terulur mengusap matahari. Penyelenggara persembahan di kuil ‘rumah
matahari’ ini Nefertiti. Relief di dua kuil yang belum ditemukan, menggambarkan
apartemen domestik, penghargaan pejabat dan kehidupan rumah tangga.
Kepercayaan Amenhotep yang bersifat monotheis tak
diterima para pendeta penyembah banyak dewa. Pendeta-pendeta Amun terus
menyulitkan hidup fir’aun ‘menyimpang’ ini sampai hengkang ke kota baru ia
bangun, ia sebut Akhetaten, tempat ia memuja Aten. Ia berganti nama, dari
Amenhotep ( kegembiraan Amun ) menjadi Akh-en-aten ( tunduk pada Aten ).
Hanya 12 tahun ( 1348 – 1336 SM ) Akhenaten tinggal di
Akhetaten, sebelum lenyap misterius. Smenkhare, penggantinya pun hanya sempat
memerintah 2 tahun. Tutankhaten, pengganti berikutnya, kembali ke nama asli
Tutankhamun, sekembalinya ke Luxor dan menjadi raja tahun 1334 SM. Para pendeta
Amun merebut kembali pengaruh mereka. Tutankhamun terpaksa tunduk dan
merestorasi pemujaan Amun di Thebes. Ia memerintah selama 9 tahun sebelum wafat
misterius.
Sampai hari ini tak ditemukan dokumen yang menyebut
tanggal dan keadaan saat kematian mereka. Bukti historis sangat sedikit,
untungnya, penafsiran komparatif dari dokumen yang tersisa pasca periode
represif Amarna memungkinkan para spesialis memecahkan beberapa teka-teki. Ada
dugaan, karena terganggu perubahan monotheisme ini, para pendeta Amun meracuni
Akhenaten saat krisis ekonomi mendera Mesir. Untuk semua kehebohan yang
menimpanya, pantaslah Akhenaten ditempatkan dalam daftar orang terpenting untuk
diselidiki dalam sejarah kuno.
Di bawah pemerintahan adik Akhenaten, Mesir mengalami
kemunduran dan akhirnya terpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Setelah
perselisihan antara golongan agama dan raja, Mesir diserbu bangsa lain seperti
; Hitit, Persia, Yunani, Romawi, Arab, Turki, Inggris dan Perancis. Mesir
merdeka 28 Februari 1922, menjadi republik 18 Juni 1953. Mayoritas penduduk
Mesir ( 90 % ) kini memeluk Islam. Jutaan rakyat Mesir inilah yang dihimbau
para pejuang Palestina agar mendesak Hosni Mubarak, membuka pintu perbatasan
Gaza – Sinai untuk penduduk Gaza yang kini seperti berada di penjara terbuka
tanpa tempat tinggal, obat, air dan makanan, diantara desingan maut, hujan bom
dan fosfor putih pasukan Israel hingga hari ini. Akankah penyerbuan dan
pemusnahan etnis terus berlanjut ? Sejarah kemudian yang akan mencatatnya.
JANGKAR MEMORI MASA EMAS
Pencarian panjang manusia menemukan Yang Maha Esa
terasa mengharukan. Tarik menarik antara yang batil dan yang hak, terus
berlangsung hingga hari ini. Dari masa nabi Nuh ( sekitar 3000 – 2500 SM ),
nabi Ibrahim dan nabi Luth ( awal 2000 SM ), nabi Musa ( 1300 SM ), nabi Hud (
sekitar 1300 SM ), nabi Shalih ( sekitar 800 SM ), terselip diantaranya
Akhenaten. Di bawah terik matahari, kejadian selalu berulang. Setelah menemukan
Tuhan, sebagian besar manusia kembali khufur. Berpuas hati. Merasa semua
keberhasilan yang diraih semata jerih payahnya. Merasa indah semua
perbuatannya. Tuhan murka, lalu musnahlah manusia bersama peradaban tinggi yang
jatuh bangun mereka capai. Akankah Tuhan bosan dengan perilaku kambuh manusia
dalam waktu dekat ini ? Setelah masa keemasan yang dimulai tahun 2020,
diperkirakan, akan terjadi keruntuhan sosial yang cepat, mengakhiri kehidupan
di muka bumi.
Dari riset, manusia hidup sejak 3 juta tahun lalu.
Setelah jaman es 150 ribu tahun lalu, tersisa hanya sekian ribu manusia di
daerah Afrika. Leluhur manusia sekarang, di antaranya menghuni lembah sungai
Nil, Mesir, tempat Akhenaten bermukim. Sedikit banyak kita menerima pengaruh
Mesir ( tempat sebagian ulama kita belajar ) dan terinspirasi perjuangan
Akhenaten yang berani mendobrak tabu kepercayaan nenek moyang, untuk menjadi
monotheis.
Kita berharap di negeri ini juga lahir pejuang-pejuang
tangguh yang gigih mengawal Indonesia menuju keemasannya dan menjaganya selama
mungkin. Jika, kemudian ia gugur sebagai kusuma bangsa, itu bukan cerita baru.
Apa yang dialami fir’aun Akhenaten dan kedua adiknya setelah kejayaan Mesir bisa
menjadi jangkar memori kita untuk masa emas kelak. Untuk selalu mawas diri,
waspada dan rendah hati. Kejahatan dan kebaikan, silih berganti menguasai
panggung kehidupan. Ya, dunia kadang lebih magis dan misterius daripada cerita
dongeng. (A.Savitri / peminat arsitektur kot
Tiye
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Permaisuri yang Agung Tiye, ibu
pemimpin Dinasti Amarna - dari Museum Altes di Berlin, Jerman
Permaisuri
Mesir
Masa jabatan 1390 SM – 1353 SM (37 tahun)
Lahir 1398 SM Akhmin, Mesir Hulu.
Mangkat 1338 SM
Makam KV35, Lembah Para Raja,
Thebes.
Pasangan Amenhotep
Anak
Sitamun,
Permaisuri yang Agung.
Iset,
Permaisuri yang Agung.
Puteri
Henuttaneb, Putri Nebetah, Putra Mahkota Thutmose,
Akhenaten,
Smenkhare (Kemungkinan), Nyonya Muda,
Putri
Beketaten.
Ayah
Yuya
Ibu
Thuya
Agama Agama Mesir Kuno
Ratu Tiye, yang suaminya, Amenhotep
III, mungkin digambarkan di sebelah kanan patung yang rusak ini.
Tiye (sek. 1398 SM – 1338 SM, juga dieja
Taia, Tiy dan Tiyi) merupakan putri Yuya dan Tjuyu (juga
dieja Thuyu). Ia menjadi Permaisuri yang Agung Mesir Firaun Amenhotep
III. Ia adalah ibu Akhenaten dan nenek Tutankhamun. Muminya diidentifikasikan
sebagai Nyonya Tua yang ditemukan di dalam Makam Amenhotep II (KV35) pada tahun
2010.
Keluarga dan Kehidupan Awal
Ayahanda
Tiye, Yuya bukan anggota keluarga kerajaan melainkan seorang hartawan dari kota
Mesir Hulu Akhmin dimana ia bekerja sebagai seorang imam dan pengawas lembu
atau komandan kereta. Ibunda Tiye, Thuya terlibat di dalam berbagai kultus
keagamaan, karena gelar-gelarnya yang berbeda (Penyanyi Hathor, Kepala
Penghibur baik Amun dan Min), yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang
anggota keluarga kerajaan.
Diduga bahwa
ayahanda Tiye, Yuya berasal dari Asia atau keturunan Nubia karena fitur mumi
dan banyak ejaan yang berbeda dari namanya, yang mungkin berarti adalah bukan
nama bangsa Mesir. Beberapa orang menduga bahwa ratu yang berpandangan kuat di
dalam politik dan agama yang tidak konvensional mungkin bukan hanya karena ia
memiliki karakter yang kuat, melainkan karena ia berasal dari keturunan asing.
Tiye juga
memiliki seorang saudara yang bernama Anen, yang merupakan Nabi Kedua Amun.
IlmuwanMesir berspekulasi bahwa Ay ahli waris Tutankhamen sebagai firaun
setelah kematian pendahulunya yang juga kemungkinan adalah keturunan Tiye.
Tidak ada tanggal atau monumen yang jelas dapat mengkonfirmasikan hubungan
antara keduanya, namun Mesir kuno menganggap asal usul Ay, yang juga dari
Akhmin, dan karena ia mewarisi sebagian gelar ayahanda Tiye, Yuya, yang
dipegang semasa hidupnya, diistana Amenhotep III.
Tiye menikah
dengan Amenhotep III pada tahun kedua masa pemerintahannya. Ia dilahirkan dari
istri kedua ayahandanya dan memerlukan ikatan yang kuat dengan keluarga
ningrat. Ia tampaknya telah dinobatkan saat masih kanak-kanak, kemungkinan di
antara usia enam sampai dua belas tahun. Mereka memiliki setidaknya tujuh orang
anak, atau mungkin lebih:
1) Sitamun-
Putri sulung, yang diangkat keposisi Permaisuri yang Agung pada usia 30 tahun
dimasa pemerintahan ayahandanya.
2) Isis-
Juga diangkat ke posisi Permaisuri yang Agung.
3) Henuttaneb-
tidak diketahui posisinya, meskipun namanya muncul di dalam Cartouche
setidaknya sekali.
4) Nebetah-Kadang
diduga telah berganti nama menjadi Baketaten semasa pemerintahan saudaranya.
5) Putra Mahkota Thutmose-Putra Mahkota dan Imam
Besar Ptah, mati muda.
6) Amenhotep
IV/ Akhenaten Ahli waris ayahandanya sebagai Firaun, suami Ratu Nefertiti,
ayahanda Ankhesenamun yang menikah dengan Tutnkhamun.
7) Smenkhare-secara
tradisional dianggap sebagai salah satu ahli waris Akhenaten, sekarang Ilmuwan
Mesir seperti Aidan Dodson percaya bahwa ia adalah keturunan langsung
Nefermeferuaten dan wakil pemimpin muda Akhenaten yang tidak memiliki
pemerintahan independen. Kadang diidentifikasikan dengan mumi dari KV55
ayahanda Tutankhamun.
8) Nyonya
Muda dari KV35- Putri Amenhotep III dan Tiye, ibunda Tutankhamun dan istri
saudari KV55. Diduga salah satu dari putri-putri Amenhotep III dan Tiye yang
dikenal.
9) Baketaten-Kadang
diduga putri Ratu Tiye, umumnya berdasarkan dari prasasti Baketaten yang
berlokasi disebelah Tiye pada sebuah makan malam dengan Akhenaten dan
Nefertiti.
Monumen
Suaminya
memuja beberapa tempat pemujaan dan membangun kuil yang didedikasikan untuknya
di Sedeinga, Nubia dimana ia dipuja sebagai bentuk dari dewi Hathor-Tefnut. Ia
juga membangun sebuah danau buatan untuknya pada tahun dua belas dimasa
pemerintahannya.
Pengaruh diistana
Fragmentaris topeng upacara
pemakaman Ratu Tiye - koleksi di dalam Museum Mesir di Berlin.
Tiye
memegang banyak kekuasaan baik selama masa pemerintahan suaminya dan putranya.
Amenhotep III menjadi seorang olahragawan yang baik, pecinta kehidupan luar dan
seorang negarawan yang hebat. Ia kerap dipertimbangkan sebagai calon mertua
yang hebat dan menerima pinangan untuk putri-putrinya dari beberapa raja asing
seperti Tushratta di Mitanni dan Kadashman-Enlil I dari Babylon. Silsilah
keluarga kerajaan yang dilakukan oleh para wanita Mesir kuno yaitu menikah
dengan salah satu ahli waris untuk keturunan mereka. Tiye menjadi seorang
penasehat terpercaya suaminya. Ia bijaksana, cerdas, kuat dan kejam, ia
disegani oleh banyak pejabat asing. Para penguasa asing juga bersedia untuk
membuat perjanjian langsung dengannya. Ia melanjutkan peran aktifnya di dalam
hubungan luar negeri dan menjadi ratu Mesir pertama yang namanya dicatat pada
tindakan-tindakan resmi.
Tiye mungkin
melanjutkan sebagai penasehat putranya, Akhenaten, ketika ia berkuasa.
Korespondensi putranya dengan Tushratta, raja Mitanni, memuji pengaruh politik
yang dimiliki ibundanya di istana. Di dalam surat Amarna EA 26,
Tushratta, raja Mitanni, menjawab langsung Tiye untuk mengenang hubungan baik
yang ia miliki bersama dengan almarhum suaminya dan berkeinginan untuk membina
hubungan baik tersebut dengan putranya, Akhenaten.
Amenhotep
III meninggal pada tahun 38 atau tahun 39 dimasa pemerintahannya (1353 SM/1350
SM) dan dimakamkan di Lembah Para Raja di WV22; namun Tiye diduga hidup lebih
lama darinya dua belas tahun. Tiye tetap disinggung di dalam Surat Amarna dan
di dalam prasasti sebagai ratu dan raja tercinta. Di dalam surat Amarna EA 26,
yang ditujukan kepada Tiye, dimasa pemerintahan Akhenaten. Ia diketahui
memiliki sebuah rumah di Amarna, ibukota Akhenaten yang baru dan ditampilkan
pada dinding makam Huya – "pelayan rumah ibunda raja, permaisuri yang
agung Tiye" – digambarkan dimeja makan malam dengan Akhenaten,
Nefertiti, dan keluarganya dan kemudian dikawal oleh raja menuju kerainya.
Di dalam sebuah prasasti pada sekitar
tanggal 21 November tahun 12 dimasa pemerintahan Akhenaten (1338 SM), baik ia
dan cucu perempuannya Meketaten disebutkan untuk yang terakhir kalinya. Mereka
diperkirakan meninggal tak lama setelah tanggal itu.
Jika Tiye
meninggal setelah tahun 12 dimasa pemerintahan Akhenaten (1338 SM), hal ini
menempatkan waktu kelahirannya pada tahun 1398 SM, pernikahannya dengan
Amenhotep III pada usia sebelas atau dua belas tahun, dan menjanda pada usia
empat puluh delapan atau empat puluh sembilan. Dugaan dari kepememimpinan
bersama di antara Amenhotep III dan putranya Akhenaten berlangsung sampai dua
belas tahun, namun banyak sarjana yang menduga pemerintahan bersama itu
berlangsung tidak lebih dari setahun, atau tidak ada pimpinan bersama sama
sekali.
Pemakaman dan mumi
Mumi Ratu Tiye, sekarang berada di
dalam Museum Mesir Berlin.
Tiye diduga
mulanya dimakamkan di dalam makam kerajaan Akhenaten di Amarna bersama dengan
putra dan cucu perempuannya, Meketaten, karena sebuah fragmen dari makam yang
belum lama ini diidentifikasikan dari Sarkofagus miliknya. Sepuhan ditempat
pemujaan di dalam makamnya (menunjukkan dirinya dengan Akhenaten) berakhir di
dalam KV55 ketika Shabtinya ditemukan di dalam makam Amenhotep III, WV22.
Sisa mumi
wanita itu ditemukan berdekatan dengan dua mumi lain disisi yang berlawanan
dari ruang Amenhotep II di dalam KV35 oleh Victor Loret pada tahun 1898. Dua
mumi lainnya adalah seorang anak laki-laki yang meninggal pada usia sekitar
sepuluh tahun, yang diduga adalah Webensenu atau Pangeran Thutmose dan satunya
lagi, seorang wanita muda yang tidak diketahui. Ketiganya ditemukan bersamaan,
berbaring telanjang bersisian dan belum diidentifikasikan diruang depan makam.
Makam tersebut telah dirusak banyak oleh para perampok makam kuno. Awalnya,
para peneliti tidak dapat mengidentifikasikan kedua mumi wanita dan sebaliknya
diberi nama dengan Tiye yang dicap sebagai 'Nyonya Tua' dan wanita lainnya
sebagai Nyonya Muda. Beberapa peneliti berpendapat bahwa Nyonya Tua adalah Ratu
Tiye. Beberapa mencatat bahwa peti mati miniatur yang bertuliskan namanya
ditemukan dimakam cucunya, Tutankhamun, sebagai kenang-kenangan dari neneknya
tercinta. Ada juga beberapa ulama yang skeptis mengenai teori ini seperti
seorang sarjana Inggris yang bernama Aidan Dodson dan Dyan Hilton, yang pernah
menyatakan bahwa "tampaknya sangat tidak mungkin bahwa mumi itu bisa
menjadi apa yang disebut 'Nyonya Tua' di dalam makam Amenhotep II.
Pada tahun
2010, dari sebuah analisis DNA yang disponsori oleh Jenderal Sekretaris Dewan
Tertinggi Purbakala Mesir yang bernama Zahi Hawass, dengan resmi dapat
mengidentifikasikan Nyonya Tua sebagai Ratu Tiye. Juga, melalui sehelai rambut
di dalam makam Tutankhamun cocok dengan DNA milik Nyonya Tua.
Referensi
1.
Tyldesley,
p. 115
2.
Bart Anneke. Ancient Egypt
3.
Tyldesley,
p. 116
4.
O'Connor
& Cline, p. 5
5.
O'Connor
& Cline, pp. 5-6
6.
Shaw, Ian. The
Oxford history of Ancient Egypt. Oxford University Press: London, 2003.
p.253
7.
Tyldesley,
p. 121
8.
Aidan Dodson,
"Amarna Sunset: Nefertiti, Tutankhamun, Ay, Horemhab and the Egyptian
Counter-reformation" (Cairo: AUC Press, 2010), pp.27-29
9.
Tyldesley,
p. 120
10.
O'Connor
& Cline, p. 6
11.
Kozloff,
Arielle; Bryan, Betsy (1992). "Royal and Divine Statuary". Egypt’s
Dazzling Sun: Amenhotep III and his World (2). Cleveland.ISBN 978
12.
Tyldesley,
p. 118
13.
O'Connor
& Cline, p. 23
14.
Reeves,
Nicholas. Akhenaten: The False Prophet, pp. 75-78
15.
Dodson &
Hilton, p. 157
16.
Hawass Z,
Gad YZ, Ismail S, Khairat R, Fathalla D, Hasan N, Ahmed A, Elleithy H, Ball M,
Gaballah F, Wasef S, Fateen M, Amer H, Gostner P, Selim A, Zink A, Pusch CM
(February 2010). "Ancestry and Pathology in King Tutankhamun's
Family". JAMA : the journal of the American Medical Association
303 (7): 638–47. Dodson & Hilton, The Royal Families of Ancient
Egypt p. 157
17.
Hawass, Zahi
et al. "Ancestry and Pathology in King Tutankhamun's Family" The
Journal of the American Medical Association pp.640-641
Egypt Legend: Youzarsif Vs Amenhotep IV
14 Januari
2010 21:30:00 Diperbarui: 26 Juni 2015 18:27:47
Dalam penjara bawah tanah Mesir Youzarsif memberikan
pencerahan tentang arti sebuah hidup, dia dengan sabar menjadikan suasana
penjara sebagai ruang sekolah kehidupan. Sipir-sipir penjara terkadang ikut
duduk bersama dengan youzarsif untuk mendengarkan petuahnya yang bermakna.
Sementara di dalam istana, raja Amenhotep IV bermimpi sesuatu yang selama
hidupnya tidak pernah dialaminya, ia melihat tujuh ekor sapi gemuk mengganyang
dengan ganas tujuh ekor sapi kurus, ia melihat gandum kering melilit gandum
hijau. Amenhotep IV terus dihantui mimpi ini hingga 3 hari, ia sebenarnya ingin
merahasiakan mimpi ini namun khawatir apa yang diimpikan sebagai pertanda buruk
bagi kerajaan Mesir sebagai pimpinan peradaan di dunia. Akhirnya Amenhotep IV
menyuruh para kahanatul ma'bad amun untuk menghadap.
Merekalah yang selama ini menjadi penasehat kerajaan,
mereka adalah para rahib istana sebagai wakil tuhan amun, tuhan sesembahan
rakyat Mesir. Raja menjelaskan mimpinya pada mereka dengan detil, seketika
kahanahul ma'bad terperanjat dengan cerita sang raja. "dalam sejarah
mesir, belum pernah ada mimpi seperti yang baginda alami. ini adalah mimpi yang
mengada-ngada, mimpi ini pasti datang dari iblis luciver yang mengganggu
baginda", kahanatul ma'bad terus berusaha meyakinkan raja. Ketika antonius
memberikan minuman pada Raja Amenhotep IV dan mendengar percakapan serius
antara Raja dengan Kahanatul ma'bad tentang tafsir mimpi, ia teringat dengan
temannya di penjara yang bernama youzarsif, namun dia hanyalah pelayan kerajaan
yang tidak memiliki wewenang bicara sama sekali dalam forum resmi ini.
Antonius mendekati Nevertiti dan berbicara dengan suara
berbisik, "wahai Nevertiti..aku memiliki seorang sahabat yang mampu menafsirkan
mimpi baginda raja","jangan ikut campur dalam urusan besar negara ini
antonius!!", Nevertiti malah menghardik antonius. Antonius terus saja
meyakinkan Nevertiti, ia bercerita dengan pelan bagaimana dirinya bisa kembali
menjadi pelayan kerajaan padahal sebelumnya sudah divonis hukuman mati
gara-gara dituduh mengkhianati negara. Akhirnya Nevertiti berbisik kepada Amenhotep
dan mempersilahkan Antonius untuk angkat bicara. Antonius mengatakan kepada
Amenhhotep IV tentang keberadaan seorang dari negeri kan'an yang saat ini ada
dalam penjara bawah mesir yang bernama Youzarsif, ia adalah penafsir mimpi yang
dikagumi dan dihormati seluruh penghuni penjara.
Amenhotep awalnya ragu dengan penjelasan pelayan
kerajaan ini, namun Nevertiti mendesak untuk memberikan kesempatan pada Antonius.
Raja memerintahkan antonius untuk menjemput Youzarsif dalam penjara. Melihat
kedatangan Antonius, Youzarsif seketika memeluk Antonius dengan tangisan rindu
yang tiada tertara, Antonius meminta maaf kepada Yousarsif atas kelalaiannya
menyampaikan salam pada Amenhotep IV bahwa dirinya masuk penjara karena ulah
istri panglima perang Mesir yang bernama Houdipar. Yousarsif memasuki istana
dengan bersahaja memakai busana khas kan'an, di depan raja ia hanya
membungkukkan kepala dan tidak menyilangkan tangan ke dada sebagaimana yang
dilakukan oleh rakyat mesir terhadap Raja. Raja memahami apa yang lakukan
Youzarsif. Lalu Amenhotep menceritakan kepada Youzarsif atas mimpinya.
Youzarsif tersenyum dan seketika berkata :"Sapi
adalah simbol kesucian, sapilah yang selama ini menjadi hewan yang paling
dimulyakan, ia adalah bagian dari cahaya kebesaran Tuhan. Gandum adalah simbol
kehidupan, tanpa gandum, manusia tidak akan bertahan hidup hingga
sekarang". Youzarsif lalu menjelaskan tafsir mimpi Amenhotep
IV,"Mesir akan mengalami kemakmuran yang sangat melimpah selama 7 tahun
dan setelah itu akan mengalami paceklik kekeringan sepanjang selama 7 tahun
juga". Amenhotep IV kagum dengan penjelasan Youzarsif yang sangat
realistis ini. Amenhotep menanyakan kepada Youzarsif apa langkah yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan rakyat Mesir dari kelaparan dan kekeringan
panjang nanti. "Mulai saat ini, semua rakyat Mesir harus bekerja keras
mananam gandum. Semua sawah milik negara yang selama ini tidak dimanfaatkan
harus digunakan untuk menanam gandum.
Namun ada satu syarat, rakyat harus menyetorkan separo
dari hasil panennya kepada kerajaan sebagai bekal musim paceklik nanti",
youzarsif menjelaskan dengan detail semua solusi yang harus dilakukan untuk
menyelamatkan mesir dari cobaan. Amenhotep berfikir hanya youzarsiflah yang
mampu menyelamatkan bangsanya dari kepunahan. Ia menawarkan kepada youzarsif
jabatan khusus di dalam negara untuk menangani krisi nanti. Youzarsif tidak
menolak dengan permintaan raja tetapi dia memberikan satu syarat yang harus
dituruti yakni membebaskan seluruh tahanan yang ada dalam penjara bawah tanah
Mesir. Mendengar permintaan Youzarsif, semua menteri dan pengawal kerajaan yang
hadir tidak ada yang setuju, bagaimana mungkin orang-orang yang menjadi
pengkhianat negara, yang melakukan kejahatan dan begundal-begundal bangsa harus
dilepaskan dari tahanan. Raja meminta penjelasan atas permintaan Youzarsif.
"saya memahami baginda, permintaan ini adalah permintaan yang sulit buat
kerajaan tetapi program yang akan saya lakukan tidak akan sukses kalau saya
tidak memiliki anak buah yang loyal terhadap pemimpinnya.
Saya yang
menjadi jaminan atas dilepasnya para napi itu", Youzarsif menjelaskan
dengan penuh keyakinan.Akhirnya raja menuruti permintaan Youzarsif. Kahanatul
ma'bad gerah dan marah besar dengan masuknya Youzarsif dalam kerajaan mesir.
Mereka sangat tahu siapa Youzarsif, Youzarsif adalah seorang nabi dari kan'an
yang diutus oleh Tuhan dengan membawa agama tauhid, agama monoteisme. Mereka
tahu konsekuensi apa yang akan terjadi jika Youzarsif memegang jabatan yang
sangat strategis ini. Agama rakyat mesir yang menyembah dewa Amun akan
tergantikan oleh Tuhan Youzarsif. Inilah alasan kenapa Youzarsif meminta syarat
membebaskan semua tahanan bawah tanah kerajaan mesir. Para pejabat di
pemerintah memiliki loyalitas yang tinggi terhadap kahanatul ma'bad karena
mereka adalah pemuka agamaAamun.
Sementara youzarsif hanyalah pendatang baru yang tidak
memiliki power sama sekali. Setelah semua tahanan dibebaskan, Youzarsif
menjadikan mereka sebagai pembantu dalam menangani krisis ekonomi mesir. para
tahanan itu saat ini bukanlah orang-orang jahat, mereka adalah orang-orang baru
yang telah diisi oleh iman terhadap Tuhan Youzarsif, mereka adalah para da'i
yang siap mengorbankan apa saja demi Youzarsif. Youzarsif telah membimbing
mereka selama dipenjara tentang arti manusia, manusia bisa dikatakan manusia
jika memberikan manfaat bagi manusia lainnya. Amenhotep IV melihat kegigihan Youzarsif
dan tertarik mengikuti jalan agamanya. Dewa Amun yang selama ini menjadi tuhan
resmi rakyat mesir telah diperalat oleh para Kahanatul ma'bad untuk memeras
harta rakyat. Youzarsif menjelaskan dengan bijak agama tauhid kepada raja dan
akhirnya raja rela untuk dibaptis.
Amenhotep dibaptis di sungai nil dan Youzarsif
mengganti nama Amenhotep dengan Akhnatun. akh berarti hamba dan atun berarti
matahari, matahari sebagai pusat tatasurya yang sinarnya terpancar kepada
seluruh bumi, sehingga matahari mewakili Tuhan. Akhnatun bisa artikan sebagai
hamba Tuhan, berbeda dengan nama sebelumnya, Amenhotep adalah anak dewa Amun
dan memiliki posisi sama dengan Amun, sehingga dia adalah tuhan. Youzarsif
bersama para sahabatnya mantan para napi telah berhasil keluar dari cobaan yang
mendera Mesir. 7 tahun lamanya mesir mengalami kemakmuran setelah itu 7 tahun
kekeringan hingga sungai yang selama ini menghidupi seluruh rakyat mesir dan
negara-negara disekitarnya yang bernama nil juga ikut kering. Youzarsif
berhasil dengan sempurna . Rakyat mesir menaruh simpati kepada Youzarsif,
mereka mengikuti agama baru yang dibawa oleh Youzarsif. Akhnatun memanggil Youzarsif
ke dalam istana dan menjodohkannya dengan wanita tercantik se Mesir yang
bernama Asinah. Youzarsif menerima tawaran raja hingga akhirnya Youzarsif dan
asinah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Keitka Youzarsif keliling istana bersama istri dan 2
orang anaknya, ia kaget dengan suara nenek tua yang memanggil namanya dengan
sebutan Yusuf. nenek itu memanggil dengan suara pelan dan dengan nada yang
memperlihatkan kesedihannya. Youzarsif mendekati si nenek dan bertanya siapakah
dia sebenarnya. Jawaban yang diutarakan oleh si nenek seketika membuat lidah Youzarsif
kaku dan kelu, ia tak bisa berkata. Nenek itu ternyata adalah Zulaikha, orang
yang dulu sangat mencintainya, orang yang pernah mengajak berzina dengannya,
orang yang ia anggap sebagai ibunya.
Youzarsif membawa Zulaikha ke dalam istana dan
memanggil seluruh pejabat kerajaan dan rakyat untuk berkumpul. Ketika semua
telah di istana, Youzarsif menutupkan kain ke wajah nenek Zulaikha dan seketika
Zulaikha kembali muda. Ia sengaja memperlihatkan mukjizat yang diberikan Tuhan
kepada rakyat Mesir. Zulaikha muda akhirnya menikah dengan youzarsif hingga
Mesir berjaya. Terinspirasi dari Al-Qur'an ketika membaca surat Yusuf.
**catatan ini special untuk sahabat kompasianer Rukyat Basri yang menginginkan
saya menulis tentang fir'aun pada masa nabi yusuf. Bisyri Ichwan, seorang yang
kagum dengan Mesir karena memiliki banyak sejarah yang mengandung hikmah.
Bisyri Ichwan /bisyriichwan TERVERIFIKASI Santri Pesantren Darussalam Blokagung
Banyuwangi dan Mahasiswa Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan
Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang
yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin
aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. filsafat sosbud yusuf
bisyriichwan keloni kompasiana kompasianabaru mesir humaniora FOKUS TOPIK
KOMPASIANAA THE NEW KOMPASIANA
Selengkapnya:http://ww.kompasiana.com/bisyriichwan/egypt-legend-youzarsif-vs-amenhotepiv
Yusuf the Prohet: Mengungkap Ketauhidan Akhenaten
Sesuai dengan kitab suci agama Islam, seorang nabi yang diutus pada zaman
kebangkitan Mesir kuno itu dipanggil Yusuf. Nama Yusuf sendiri diambil dari
nama-nama orang Ibrani, karena memang keluarganya berasal dari daerah
Mesopotamia dan sekitarnya, bukan asal Mesir.
Keistimewaan Yusuf 'Alaihissalaam adalah:
1. Dia adalah putera Ya'qub putera Ishaq putera
Ibrahim. Semua penduduk jazirah Arab hingga ke Mesopotamia (baik yang
mengikuti atau yang mengingkari) tahu siapakah nama-nama di atas tersebut.
Mereka adalah penyebar agama Ibrahim, yang diambil dari kakek buyut Yusuf, itu
artinya jarak Yusuf dan Ibrahim berselang tiga generasi. Ibrahim mengajarkan
penyembahan kepada satu Dzat yang lain dari semesta, yang tidak dibuat, dan
tidak terlihat, yaitu menyembah kepada Allaah 'Azza wa Jalla.
2. Dia adalah seorang Nabi (orang terpilih) dan
Rasul (utusan Tuhan). Ayahnya, Ya'qub 'Alaihissalaam telah tahu lebih
dahulu melalui Tuhannya, bahwa salah satu dari ke-12 puteranya akan menjadi
penerusnya, akan menjadi Nabi sekaligus Rasul bagi umatnya. Maka tak heran dari
semua saudaranya, Yusuf-lah yang paling disayang. Sebagaimana ketika akhirnya
Yusuf dibuang oleh saudarannya, Ya'qub menjadi buta (rabun karena katarak)
karena berlebihan menangisi kepergian Yusuf.
3. Dia mampu menafsirkan mimpi. Ia pernah
menafsirkan (Arab: ta'wil) mimpi Raja Mesir yang kala itu tengah berkuasa, yang
diyakini oleh raja tersebut bahwa Yusuf adalah orang yang benar. Sementara
Yusuf sendiri pernah bermimpi matahari bulan planet-planet, seluruh tata surya
bersujud kepadanya. Yusuf menyadari bahwa itu adalah suratan takdir Allaah yang
mana dirinya kelak akan lebih dihormati daripada keluarganya, bahkan Ayahnya
yang juga seorang nabi yang dalam mimpinya diibaratkan matahari.
4. Dia adalah pejabat pemerintahan Mesir.
Apa yang istimewa dari bangsawan Mesir selain memang karena mereka sudah dicap
sejak sononya sebagai pemilik darah biru. Lain halnya dengan Yusuf, menjadi
pejabat pemerintahan Mesir adalah karunia besar dari Tuhannya. Ia bukan
kelahiran Mesir dan tidak sedikitpun darah biru mengalir padanya. Bahkan ia
dianggap sebagai pelayan (kasarannya budak) Bendaharawan (istilah yang
nyrempet; Perdana Menteri, kali.) di Mesir. Itulah yang pernah ada di dalam
bunga tidur Yusuf, berubah menjadi kenyataan.
5. Dia adalah seorang yang tampan.
Ketampannannya melebihi ketampanan dari sekian banyak makhluq yang diciptakan
Allaah 'Azza wa Jalla. Bahkan istri Bendaharawan Mesir itu sendiri jatuh cinta
pada Yusuf, dan wanita-wanita bangsawan Mesir melukai tangannya sendiri saat ia
mengupas buah menggunakan pisau tatkala terperangah melihat Yusuf melintasi pandangan
mereka.
6. Dia diabadikan di dalam salah satu Surah Al
Quran. Surah itu adalah Surah Yusuf. Dalam satu surah itu full hanya
berisi kisah Yusuf saja yang diceritakan secara singkat dan padat dari awal
hingga akhir.
Dalam film Yusuf The Prophet atau Prophet Joseph digambarkan tatkala
menginjak istana di Mesir, Yusuf bukan lagi dipanggil Yusuf. Seorang penasehat
mengusulkan nama "Yuzarsif", maka dipanggilah nama itu memanggil
Yusuf. Di dalam film tersebut, Yusuf/Yuzarsif dibesarkan dengan harta Bendaharawan
Mesir, namun di kesehariannya Yuzarsif dipasrahkan kepada penasehatnya yang di
dalam film dipanggil Hunifer. Bendaharawan Mesir itu bernama Potifar. Konon,
Potifar disinggung namanya di dalam Bible. Potifar dalam gaya Arab menjadi
Qithfar, namun Al Quran justru meninggikan namanya menjadi Al Aziz.
Sebenernya butuh rujukan sumber yang akurat tentang perubahan nama Yusuf
oleh orang Mesir menjadi Yuzarsif. Karena pengetahuan masih sebatas di sini, saya
masih beragumen sampai detik ini, bisa jadi Yuzarsif hanya istilah yang
digunakan selama dalam penggarapan film tersebut. Bisa jadi. Karena dalam agama
samawi Yusuf tetap Yusuf, hanya orang Barat berusaha memodernkannya menjadi
Joseph. Wa Allaahu a'lam bish shawaab.
Dalam sejarah Mesir Kuno, cerita pemerintahan Amenhotep IV tidak begitu
diterangkan dengan detail, dan sumbernya terpecah-pecah sehingga sejarawan
modern sulit menyimpulkan kebenaran. Wa Allaahu a'lam.
Sehingga kisah Yuzarsif ini tidak termaktub dalam catatan Mesir Kuno, bahwa
ada seorang bangsa asing dengan keyakinan yang asing pula tiba-tiba menduduki
kedudukan pemerintahan yang tinggi, apalagi orang itu pernah dianggap sebagai
budak belian. Yang ada hanyalah pernah ada raja yang tiba-tiba berpindah
keyakinan menjadi penganut keyakinan terhadap Tuhan Yang Satu, bukan dewa-dewa
yang banyak dengan ragam bidang. Raja itu adalah Amenhotep IV yang merubah diri
menjadi Akhenaten.
Kenapa hal di atas bisa terjadi? Karena mayoritas orang Mesir adalah
penganut Polytheisme, penyembah banyak dewa. Belum lagi pendeta kuil yang
diagungkan, bahkan lebih dihormati daripada Raja meskipun raja pemegang
kekuasaan negara dan dianggap sebagai titisan atau penjelmaan dewa.
Banyak pendapat tentang siapa atau apa makna "Atun" yang
sebenarnya. Apakah benar meyakini Allaah ataukah ada penyembahan kepada hal
yang lain? Namun, banyak sejarawan yang masih mengambil spekulasi bahwa Atun di
sini adalah Matahari, tatkala merujuk sumber hieroglyph yang gambarnya seorang
laki-laki diikuti seorang wanita sedang melakukan sembahyang atau berdoa di
ruang terbuka yang terkena sinar matahari, tidak di dalam kuil temaram seperti
pendeta Amun.
Namun ada juga yang berspekulasi bahwa "Atun" di sini justru
merujuk kepada arti "Tuhan Yang Maha Esa" yaitu Allaah Subhanahu wa
Ta'alla. Karena dalam mitologi Mesir kuno, dewa Matahari dipanggil Ra bukan
Atun. Spekulasi ini didukung dengan kisah Nabi Yusuf yang diperkirakan tahun
kenabiannya bersamaan dengan tahun pemerintahan Amenhotep IV (Akhenaten).
Uniknya adalah, adanya keterkaitan antara ajaran Yusuf dan keyakinan Akhenaten
di mana Tuhan tidak boleh dijelmakan ke dalam bentuk apapun, Tuhan ya Tuhan,
tidak terlihat namun berkuasa. Dari keadaan itu, bagaimana tidak ada seseorang
yang menarik kesimpulan bahwa Akhenaten dan Yusuf memang sezaman, atau bahkan
Akhenaten mengikuti ajaran yang dibawa Yusuf. Wa Allaahu a'lam.
Kalo bisa di ambil jalan tengahnya, Akhenaten dan Yusuf memang sezaman, dan
bisa jadi monotheisme yang dianut Akhenaten merupakan pengaruh ajaran Yusuf
yang menyadarkannya. Keyakinan baru yang dianutnya itu membuat ia harus
memindah ibukota pemerintahan dari Thebes ke Amarna untuk menjauhi para pendeta
kuil Amun yang tidak suka dengan tindakannya. jadi intinya, spekulasi Akhenaten
dan Yusuf sezaman berdasarkan keyakinan Monotheisme mereka.
Pertanyaan berikutnya adalah: kalau Akhenaten sezaman dengan Yusuf, artinya
peran Yusuf dalam pemerintahan seharusnya menonjol. Karena kitab-kitab agama
Samawi, baik Al Quran maupun Injil menyampaikan Yusuf diangkat menjadi orang
terkemuka, bisa jadi raja, atau bisa jadi orang setelah raja. Seharusnya nama
Yusuf atau Yuzarsif, seharusnya ada, seharusnya terpahat cerita-cerita
kemakmurannya. Tapi justru lain cerita, Akhenaten memakmurkan negeri, meski
dalam waktu singkat, bersama sang Permaisuri yang terkenal bijak dalam
menasehati suaminya, yakni Nefertiti. Bukan dengan Yuzarsif atau Yusuf.
Jawabnya ada pada masa pemerintahan Akhenaten ini perubahan besar-besaran
terjadi. Perubahan keyakinan, tatanan masyarakat, ekonomi, politik hingga ilmu
pengetahuan dan seni. Jauh berbeda dari pemerintahan moyangnya yang sebelumnya.
Bahkan Akhenaten diklaim menyimpang dari tradisi Mesir.
Di masa pemerintahannya, terdapat nama tokoh: Nefertiti, istrinya yang
termahsyur dan Smenkhkare.
Sejarawan
modern yang kebingungan dengan pernyataan sumber sejarah tentang: adanya dua
pemerintahan pada masa Akhenaten ini. Ada dua raja. Dipimpin oleh dua raja.
Meski terkenal Akhenaten dan Nefertiti diyakini adalah revolusioner pertama
Mesir, tetapi kemunculan Smenkhkare ini mengejutkan karena tidak disertai bukti
kuat siapa dirinya dan asalnya. Banyak spekulasi bahwa Smenkhkare ini adalah
raja yang diperkirakan menjabat bersamaan atau bisa juga setelah wafatnya
Akhenaten. Tapi tak sedikit pula, yang mengklaim Smenkhkare sejatinya adalah
gelar baru Nefertiti yang memimpin Mesir saat menggantikan pemerintahan suaminya.
Kembali ke Perdana Mentri Yuzarsif/Yusuf, bagaimana sosok yang menghidupkan
kembali peradaban Mesir atau menyelamatkannya dari kejahilan tidak tertulis
dalam sejarah Mesir. Sangat aneh. Apakah sastrawan kuno yang memusuhi Yusuf,
yang tidak senang kehadirannya, sengaja menutupi fakta. Dan Smenkhkare pun tak
bisa dibuktikan bahwa dia dikira-kira adalah Yusuf Alaihissalaam.
Ada kisah
lain tentang kedatangan Yusuf ke Mesir yang keluar dari film Prophet Joseph dan
keluar dari pembahasan Akhenaten. Spekulasi itu menyatakan bahwa Yusuf muncul
pada pemerintahan bangsa Hykos yang menjajah Mesir, Hykos
adalah bangsa penggembala yang mencari daerah baru. Sementara Ya'qub dan
keluarganya memang keluarga penggembala. Spekulasi lain berasumsi tentang Imhotep, pegawai istana di masa pemerintahan Mesir
Awal dinasti ketiga, diangkat menjadi wazir, orang kedua setelah Raja yang
akhirnya dia membantu merubah tatanan hidup Mesir menjadi gemilang. Imhotep,
konon diriwayatkan merupakan anak seorang penggembala juga. Namun jika menarik
mundur angka tarikh dari Isa Alaihissalam melewati moyangnya hingga Ya'qub,
terbentang jarak 1400 tahun. Angka tarikh ini sangat jauh lebih muda daripada
tarikh Mesir Awal atau bahkan sedikit selisihnya dari pendudukan bangsa Hykos.
Angka tarikh itu justru lebih dekat dengan pemerintahan Mesir Baru. Hal
tersebut di atas mengisyaratkan Yusuf ada di masa Akhenaten. Dan lebih rasional juga, karena, ketika Yusuf
berdakwah, ia mampu merebut hati seorang Raja hingga akhirnya memeluk agama
Tauhid. Sementara Raja di masa Imhotep ataupun bangsa Hykos, mereka masih
menyembah dewa-dewa (Polytheisme) bukan Satu Dewa .
Jika benar
adanya Akhenaten dan Yuzarsif/Yusuf adalah sezaman atau bahkan seagama, itu
artinya Nabi Yusuf membawa sejarah baru bagi peradaban Mesir Kuno, yang mana
saat itulah pertama kalinya Islam (Tauhid) lahir di Mesir, setelah hanya sempat
melintas pada masa Ibrahim Alaihissalam. Dan jika itu benar, artinya juga
menjadikan Akhenaten sebagai satu-satunya Raja yang beragama tauhid dalam sejarah
peradaban Mesir kuno.
Sepeninggal
Akhenaten, kepercayaan rakyat Mesir kembali ke yang semula, yakni menyembah
Amun. Hal itu karena Tutankhaten mengembalikan tradisi Mesir dan melenyapkan
segala peradaban yang telah dibangun ayahnya dalam waktu singkat, ia pun
mengganti namanya menjadi Tutankhamun. Ia
menikahi putri ayahnya atau adik tirinya, putri permaisuri Nefertiti yang
bernama Ankhesenpaaten dan kemudian merubah nama menjadi Ankhesenamun.
Dan Mesir kembali ke masa jahiliyah-nya. Sehingga Allaah kembali mengirim Musa beserta saudaranya, Harun untuk kembali menyadarkan orang-orang jahil itu.
Dan Mesir kembali ke masa jahiliyah-nya. Sehingga Allaah kembali mengirim Musa beserta saudaranya, Harun untuk kembali menyadarkan orang-orang jahil itu.
Wa Allaahu a'lam bishshawaab.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment