Raja-Raja Yang Mepresentasikan Dzulqarnain3

No comments
Akhenaten
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Akhenaten / Amenhotep IV
Amenophis IV, Naphu rureya, Ikhnaton

Patung Akhenaten di dekat seni Amarna

Pharaoh
Masa Pemerintahan
1353 SM – 1336 SM atau
1351– 1334 SM atau 1022-1006 SM (kronologi Baru) (Dinasti kedelapan belas Mesir)
Didahului oleh
Amenhotep III
Digantikan oleh
Smenkhkare? / Tutankhamun



Suami/istri
Nefertiti, Kiya, Maritaten?, mungkin Ankhesenpaten, saudara perempuan yang tidak dikenal namanya.
Anak
Smenkhare? Meritaten, Meketaten, Ankhesenpaaten, Neferneferuaten Tasherit,
Neferneferure, Setepenre, Tutankhamun, Ankhesenpaten-ta-sherit?
Ayah
Amenhotep III
Ibu
Tiye
Wafat
1336 atau 1334 SM
Makam
Royal Tomb of Akhenaten KV55
Monumen
Akhetaten, Gempaaten, Hwt-Benben

Akhenaten dan keluarganya menyembah Aten
Akhenaten, juga dieja Echnaton, Akhenaton, Ikhnaton, dan Khuenaten; artinya "roh Aten yang hidup") dikenal sebelum tahun ke-5 pemerintahannya sebagai Amenhotep IV (kadang ditulis dengan bentuk Yunani, Amenophis IV, dan berarti Amun dipuaskan), adalah Firaun dinasti ke-18 Mesir, terutama dikenal karena mengubah sistem agama Mesir menjadi monoteistis dengan menyembah dewa Aten. Ia adalah anak Amenhotep III dengan istrinya Tiye dan bukan anak laki-laki tertua ayahnya. Ia mulanya tidak direncanakan menjadi raja sampai kakak laki-lakinya Tuthmose meninggal. Amenhotep IV menjadi raja setelah ayahnya Amenhotep III wafat setelah memerintah 38 tahun. Istri utama Akhenaten adalah Nefertiti, yang sekarang terkenal karena patungnya di Altes Museum Berlin.
Permulaan pemerintahan
Amenhotep IV dimahkotai di Thebes dan disanalah ia mulai membangun. Ia menghiasi gerbang selatan menuju daerah kuil Amun-Re dengan gambar dirinya menyembah Re-Harakhti. Segera ia memerintahkan pembangunan kuil untuk dewa Aten di Karnak Timur. Kuil ini disebut Gempaaten (“Aten yang ditemukan dalam tanah milik Aten”). Gempaaten terdiri dari sejumlah bangunan, termasuk istana dan bangunan bernama Hwt Benben yang dipersembahkan kepada ratu Neferiti. Sejumlah kuil Aten yang dibangun di Karnak dalam periode ini termasuk Rud-menu dan Teni-menu yang dibangun dekat Pylon ke-9. Selama waktu ini ia tidak menekan penyembahan Amun, dan Imam Besar Amun masih aktif pada tahun ke-4 pemerintahannya. The king appears as Amenhotep IV dalam makam-makam sejumlah bangsawan di Thebes: Kheruef, Ramose dan makam Parennefer.
Perubahan Nama menjadi Akhenaten
Pada hari ke-13, bulan ke-8, tahun ke-5 pemerintahannya, raja tiba di lokasi kota baru, Akhetaten (sekarang dikenal sebagai Amarna). Sebulan sebelumnya Amenhotep IV secara resmi mengganti namanya menjadi Akhenaten. Amenhotep IV mengubah hampir semua gelar Firaunnya (5 fold Pharaoh titulery) pada tahun ke-5 itu. Nama yang tetap tidak diubah hanyalah prenomen atau nama tahta.










Penemuan Kembali
Riwayat raja ini sama sekali hilang dari sejarah sampai ditemukannya kembali kota Amarna pada abad ke-19. Kota Amarna, lokasi Akhetaten, kota yang dibuat raja ini untuk dewa Aten, awalnya diekskavasi oleh Flinder Petrie yang segera menumbuhkan ketertarikan dengan firaun yang aneh ini, yang makamnya digali pada tahun 1907 oleh Edward R. Ayrton. Akhenaten semakin terkenal karena penemuan di Valley of the kings, Luxor, adanya makam raja Tutankhamun, yang terbukti adalah putra Akhenaten berdasarkan tes DNA pada tahun 2010. Sebuah mummi yang ditemukan pada tahun 1907 telah diidentifikasi sebagai Akhenaten. Orang ini dan Tutankhamun mempunyai hubungan darah yang tidak diragukan, tetapi identifikasi mummi KV55 sebagai Akhenaten masih dipertanyakan. Ketenaran modern Akhenaten dan ratunya, Nefertiti, sebagian dari hubungannya dengan Tutankhamun, sebagian dari caranya yang unik dan kualitas tinggi dari seni ukir serta gambar yang dibuat pada zamannya, juga karena agama yang ia mulai.
Hubungan Internasional

Akhenaten dalam gaya khas periode Amarna.
Bukti penting pemerintahan dan kebijakan luar negeri Akhenaten didapatkan dari penemuan kumpulan Surat Amarna, yaitu sejumlah besar korespondensi diplomatik yang digali dari el-Amarna, kota modern dari lokasi kuno Akhetaten. Korespondensi ini meliputi koleksi yang tak ternilai dari tablet/lempengan tanah liat, yang dikirimkan kepada Akhetaten dari berbagai pemimpin daerah di seluruh pos militer Mesir, dan dari pemimpin negara asing (dikenali sebagai Raja-raja Agung atau "Great Kings") dari Kerajaan Mitanni, Babylon, Asyur dan Hatti. Gubernur-gubernur dan raja-raja jajahan Mesir juga sering menulis untuk meminta emas dari firaun, dan juga mengeluh karena diacuhkan dan ditipu oleh raja.
Di awal pemerintahannya, Akhenaten berselisih dengan raja Mitanni, Tushratta, yang mencoba membina hubungan dengan ayah Akhenaten untuk melawan Hittit. Tushratta mengeluh dalam beberapa surat bahwa Akhenaten mengiriminya patung berlapis emas, bukannya dari emas murni; di mana patung-patung itu merupakan sebagian mas kawin yang diterima Tushratta untuk memberikan putrinya Tadukhepa menjadi istri Amenhotep III dan kemudian Akhenaten. Surat Amarna EA 27 mengawetkan keluhan Tushratta kepada Akhenaten mengenai situasi ini.
Dari kumpulan surat-surat ini diketahui bahwa Akhenaten memberi perhatian besar atas urusan bawahan-bawahannya di Kanaan dan Siria. Akhenaten berhasil mempertahankan kekuasaan Mesir di Palestina dan pantai Fenisia, sementara menghindari konflik dengan Kerajaan Hittit yang semakin kuat di bawah pimpinan Suppiluliuma I. Satu-satunya provinsi perbatasan Mesir yang Amurru di Siria melingkari sungai Orontes pindah ke tangan orang Hittit ketika pemimpinnya, Aziru, membelot kepada Hittit. Berlawanan dengan pandangan umum bahwa Akhenaten mengabaikan hubungan luar negeri, ia dikenal memimpin paling sedikit satu penyerangan ke Nubia pada tahun ke-12 pemerintahannya dan serangan ini disebut dalam Amada stela CG 41806 dan dalam sebuah stela pendamping terpisah di Buhen.
Kematian, Pemakaman dan Pengantinya

Sarkofagus Akhenaten direkonstruksi dari pecahan-pecahan makam aslinya di Amarna, sekarang di Egyptian Museum, Kairo.
Penampilan terkahir Akhenaten dan keluarga Amarna adalah di makam Meryra II yang bertanggalkan bulan ke-2 tahun ke-12 pemerintahannya. Pada bulan Desember 2012, diumumkan bahwa inskripsi Tahun 16 III Akhet day 15 memuat penanggalan eksplisit pemerintahan Akhenaten yang juga menyebutkan kehadiran ratu Nefertiti yang masih hidup, dan inksripsi ini ditemukan dalam tambang batu kapur di Deir el-Bersha, sebelah utara Amarna. Tulisan itu menyangkut proyek pembangunan di Amarna dan memberi bukti bahwa Akhenaten dan Nefertiti masih hidup sebagai pasangan kerajaan setahun sebelum matinya Akhenaten.
Fragmentari ushabti Akhenaten dari makam aslinya di Amarna, sekarang di Brooklyn Museum.
Meskipun diterima bahwa Akhenaten mati pada tahun ke-17 pemerintahannya, muncul pertanyaan apakah Smenkhkare menjadi raja muda mungkin dua atau tiga tahun sebelumnya atau menjadi raja tunggal untuk beberapa waktu dan ini belum jelas. Jika Smenkhkare menggantikan Akhenaten, dan menjadi firaun tunggal, pemerintahannya tidaklah sampai setahun. Pengganti berikutnya adalah Neferneferuaten, seorang firaun perempuan yang memerintah Mesir selama 2 tahun dan 1 bulan. Ia kemudian digantikan oleh Tutankhaten (kemudian berganti nama menjadi Tutankhamun), sementara negara diatur oleh perdana menteri (Vizier) utama yang kemudian menjadi firaun, Ay. Tutankhamun diyakini sebagai adik laki-laki Smenkhkare dan putra Akhenaten, dengan Kiya meskipun ada pakar yang menduga Tutankhamun mungkin saja putra Smenkhkare. Tes DNA pada tahun 2010 mengindikasikan bahwa Tutankhamun benar adalah putra Akhenaten. Diduga setelah matinya Akhenaten, Nefertiti memerintah dengan nama Neferneferuaten. tetapi pakar-pakar lain percaya pemimpin wanita ini adalah Meritaten. Sebuah stela "Pemerintahan Bersama" (Co-Regency Stela), yang ditemukan dalam sebuah makam di Amarna kemungkinan menunjukkan ratu Nefertiti sebagai raja bersama, memerintah bersama Akhenaten, tetapi tidak pasti karena nama-namanya dihapus dan diukir menjadi Ankhesenpaaten dan Neferneferuaten.
Dengan kematian Akhenaten, ibadah dewa Aten yang didirikannya lambat laun kehilangan pengikut. Tutankhaten mengganti namanya menjadi Tutankhamun pada tahun ke-2 pemerintahannya dan meninggalkan kota Akhetaten, yang akhirnya menjadi puing-puing. Penggantinya, Ay dan kemudian Horemheb, membongkar kuil yang dibangun Akhenaten, termasuk kuil di Thebes, menggunakan bahannya untuk membangun kuil bagi mereka sendiri.
Akhirnya, Akhenaten, Neferneferuaten, Smenkhkare, Tutankhamun, dan Ay dihapus dari daftar resmi firaun, sehingga hanya dilaporkan bahwa Amenhotep III langsung digantikan oleh Horemheb. Ini dianggap upaya Horemheb untuk menghapus jejak penyembahan Atenisme dan para firaun yang berhubungan dari catatan sejarah. Nama Akhenaten tidak pernah muncul di daftar raja-raja yang dibuat firaun-firaun sesudahnya dan baru di akhir abad ke-19 identitasnya ditemukan kembali dan catatan pemerintahannya disusun lagi oleh para arkeolog.
Kronologi Baru
David Rohl mendapatkan argumen kuat mengenai tahun pemerintahan Akhenaten yang berbeda dengan kronologi konvensional (yang diperkirakan berdasarkan penyamaan "Sisak" dengan "Shoshenq I"). Argumen ini didasarkan pada gerhana matahari yang terjadi pada sore hari menjelang matahari terbenam (~pukul 18:09) pada tanggal 9 Mei 1012 SM, yang terlihat di kota kuno Ugarit. Kejadian sangkat langka ini didapatkan tanggalnya dengan perhitungan terbalik astronomi berdasarkan catatan pada Tablet KTU-1.78, dan berkaitan dengan terbakarnya istana raja Nikmaddu II, penguasa Ugarit, yang disebut-sebut dalam salah satu Surat Amarna(EA 151) yang dikirimkan oleh Abimilku, penguasa Tirus kepada Akhenaten pada tahun ke-12 pemerintahan Akhenaten, beberapa bulan setelah ayahnya, Amenhotep III, mangkat. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa Akhenaten dinobatkan menjadi raja muda untuk memerintah bersama ayahnya pada tahun 1022 SM. Amenhotep III mangkat pada tahun ke-11 pemerintahan bersama dengan Akhenaten dan sejak tahun ke-12, Akhenaten memerintah sebagai penguasa tunggal Mesir.
Berikut adalah tahun-tahun pemerintahan sejumlah raja sebelum dan sesudah zaman Akhenaten:
  • Ahmose (25 tahun) - 1194-1170 SM
  • Amenhotep I (21 tahun) - 1170-1150 SM
  • Thutmose I (12 tahun) - 1150-1139 SM
  • Thutmose II (2 tahun) - 1139-1138 SM
  • Thutmose III (54 tahun) - 1138-1085 SM
  • Hatshepsut (15 tahun) - 1131-1116 SM (pemerintahan bersama Thutmose III)
  • Amenhotep II (27 tahun) - 1085-1059 SM
  • Thutmose IV (10 tahun) - 1059-1050 SM
  • Amenhotep III (37 tahun) - 1050-1012 SM (mangkat pada tahun ke-11 Akhenaten)
  • Akhenaten (16 tahun) - 1022-1006 SM (memerintah bersama Amenhotep III selama 11 tahun)
  • Neferneferuaten - 1011-1007 SM (memerintah bersama Akhenaten selama 5 tahun)
  • Smenkhkare - 1006-1003 SM (memerintah bersama Akhenaten selama 1 tahun)
  • Tutankhamun - 1003-995 SM (memerintah sendiri selama 9 tahun)
  • Ay - 995-990? (lama pemerintahan tidak diketahui pasti)
Ini membuat Akhenaten sezaman dengan Saul dan Daud di Israel.
Referensi
1.      Akhenaten. dictionary.com. diarsipkan dari versi asli tanggal 14 October 2008. Diakses tanggal 2008-10-02.
2.      Akhenaten. Encyclopaedia Britannica.
3.      Beckerath (1997) p.190
4.      Clayton (2006), p.120
5.      Dominic Montserrat, Akhenaten: History, Fantasy and Ancient Egypt, Psychology Press, 2003, pp 105, 111
6.      Akhenaten (king of Egypt) – Britannica Online Encylopedia, Britannica.com. Diakses tanggal 2012-08-25.
7.      Robert William Rogers, Cuneiform parallels to the Old Testament, Eaton & Mains, 1912, p 252
8.      K.A Kitchen, On the reliability of the Old Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing, 2003. p 486 Google Books
9.      Joyce A. Tyldesley, Egypt: how a lost civilization was rediscovered, University of California Press, 2005
10.  Aldred, Cyril, Akhenaten: King of Egypt ,Thames and Hudson, 1991 (paperback),   ISBN 0-550-27621-8 p 259-268
11.  Charles F. Nims , The Transition from the Traditional to the New Style of Wall Relief under Amenhotep IV, Journal of Near Eastern Studies, Vol. 32, No. 1/2 (Jan. - Apr., 1973), pp. 181-187
12.  Dodson, Aidan, Amarna Sunset: Nefertiti, Tutankhamun, Ay, Horemheb, and the Egyptian Counter-Reformation. The American University in Cairo Press. 2009, ISBN 978-977-416-304-3.
  

Monotheisme Suami Nefertiti di AMARNA
”Ayah para dewa yang menciptakan umat manusia, yang mencipta hewan… dan semua tanaman … Tuan dari sinar matahari yang memberi cahaya….”, bunyi bilah Amarna. Raja cilik, wanita tercantik, pembangkang tradisi, pendiri ibukota baru, lenyap misterius, menyertai orang paling dipenasari sejarawan kuno. Pembuat bilah itu, Akhenaten, hidup 3379 tahun yang lalu.

Patung Akhenaten ( fir'aun Imhotep IV )



Nefertiti, wanita tercantik di Mesir, istri Akhenaten.
Wow. Betapa sulit dan lama pencarian Tuhan sejati. Jauh sebelum kedatangan nabi Musa ke negeri piramid, seorang pendobrak mengadaikan nyawa demi keyakinan yang teguh. Seorang fir’aun muda bergelimang kemegahan, beristri wanita tercantik di Mesir, mendadak kehilangan segalanya. Bisa jadi prequel “The Ten Commandments”-nya Charlton Heston. Barangkali.






ARTEFAK AMARNA
Salah satu bilah Amarna yang ditemukan.
Napoleon Bonaparte dengan pasukan Perancis yang dipimpinnya, saat menduduki Mesir ( 1797-1799 M ) menemukan batu tulis di Rosetta. Batu berhurufkan hieroglif ini setelah dibaca Jean Francois Champollion ( 1800 M ) menguak tabir sejarah Mesir kuno. Mesir menjadi pusat kebudayaan tertua di benua Afrika. Riset Champollion selama 20 tahun menjadi perpustakaan Mesir kuno, yang ditulis diatas papyrus ( tumbuhan air di tepi sungai Nil ).
Sebuah stasiun di pertengahan jalan antara Thebes dan Memphis, memperlihatkan situs kota kuno Akhetaten. Tell-El-Amarna atau Tel El Amarna adalah nama modern Akhetaten, ibukota Mesir untuk fir’aun Akhenaten ( 1353-1336 SM ). Tempat ia berdiam, sebagai pengganti istananya di Luxor. Disusun dari nama perkampungan terdekat.
Kamar arsipnya ditemukan di sana, selama penggalian ekstensif tahun 1887-1888 M. Sekitar 300 bilah lempung ( disebut bilah Tel-el-Amarna atau bilah Amarna ) ditemukan, meliputi korespondensi antara Akhenaten dengan ayahnya, surat-menyurat Amarna dengan negeri luar seperti Babilonia, Assyria, Palestina, juga sejarah Asia dari tahun 1400-1370 SM. Ditulis dalam huruf cuney.
Makam adik Akhenaten ditemukan hampir lengkap oleh Howard Carter tahun 1922. Ada patung perunggu Tutankhamun ( 1332-1322 SM ) sebatas dada dengan hiasan kepala dari emas. Bentuk wajah memanjang, paha dan pangkalnya terlihat gemuk mengindikasikan fir’aun muda tsb.
Meski masa keemasan Amarna berlalu cepat, periode itu memukau kita karena keunikan Akhenaten dan misteri keturunan fir’aun Amarna. Bak mimpi, kisah fiksi sineas Hollywood sekaligus digairahi para sarjana dalam debat keilmuan. Seni Amarna terdiri lebih dari 100 karya dan artefak ibukota bergurun gersang yang kini tak berpenghuni. Jurang di lokasi pusat sudah runtuh, membentuk kata ‘akhet’ dari huruf serupa hieroglif. Penampakan harian matahari melalui formasi batu karang aneh di Amarna, mungkin yang menginspirasi sang fir’aun menamai ibukota barunya Akhetaten ( horizon dari Aten ).
Peta yang menunjukkan lokasi situs Amarna di wilayah Mesir.
Revolusi radikal dalam hidup singkat Akhenaten dalam kepercayaan diiringi seni visual, berupa patung naturalis yang rileks, segar. Pahatan profil menghadap ke kanan, dua bentuk lengan terulur tinggi ke arah cakram matahari Aten, yang sinarnya menerpa tangan sang dermawan. 
Representasi keduanya, dewa dan adegan religius menjadi contoh standar seni masa Amarna. Inovasi artistik agaknya disetujui fir’aun, sehingga lahir gambar distorsi manusia yang menegaskan lengkung sensualnya. Selain itu, ada patung relief monumental keluarga fir’aun, karya seniman, perhiasan emas, barang pribadi Akhenaten dan pengiringnya.

POLYTHEISME MESIR KUNO
Dewa nasional bangsa Mesir kuno adalah Amun-Ra ( dewa bulan matahari ), yang diringkas Amun. Raja Mesir yang disebut fir’aun dianggap putra dewa Amun. Burung elang menghubungkan Amun dengan manusia. Mereka percaya ruh hidup terus asal badan utuh, sehingga jasad mati diawetkan menjadi mummi. Kehidupan alam baqa sama dengan dunia.
Matahari seharian bertransformasi. Terbit disebut Khepri, pagi Re-Horakhte atau Re-Horemakhet, siang Aten, terbenam Amun. Selain matahari, masyarakat juga memuja dewa Osiris, Isis, Aris, Thot, Anubis, Apis dll. Polytheisme begitu kuat mengakar di benak orang Mesir selama ribuan tahun, sehingga melindas Akhenaten yang beralih memuja Sang Pencipta tunggal.
SIAPA AKHENATEN
Situs Amarna
Akhenaten adalah anak kedua dan pengganti Amenhotep III ( Nebmaatre ). Fir’aun dinasti ke-18 ini, tahun 1425 SM, mengawini Tiye, putri Yey, komandan kereta tempur. Gadis berambut pirang ini terkenal karena kecantikan, kepintaran dan berkah langka ‘membaca hati orang’. Selama 38 tahun pemerintahan, Amenhotep III dan Tiye punya banyak keturunan. Pertama dalam urutan pewaris tahta, Thutmosis ( sesuai tradisi Mesir ; anak pertama fir’aun dinamai seperti kakeknya, Thutmosis IV Menkheprure ), lalu Amenhotep, Smenkhkare dan Tutankhamun. Putri mereka diantaranya Sitamun dan Beketaten, si bungsu kesayangan ayah.
Singgasana dewa Ra adalah Heliopolis ( secara harfiah, kota matahari ). Amenhotep dan kakaknya dikirim ke Heliopolis untuk belajar. Meski Heliopolis tetap menjadi pusat studi berpengaruh, usai dinasti ke 5, cara memuja Ra menjadi beragam.
Amenhotep III dinobatkan sebagai raja mesir tahun 1408 SM. Setelah 35 tahun berkuasa, ia perbolehkan putranya, pangeran Amenhotep, berbagi takhta dengannya, menjadi wakil pemerintahan selama empat tahun. Wilayah yang tunduk pada Mesir waktu itu diantaranya Babilonia, Assyria, Sisilia dan Cyprus.
Saat penobatan fir’aun disebut dengan 5 nama ; nama lahir, nama putra dewa, nama persembahan, nama kefir’aunan dan angka tradisional. Amenhotep kelak bergelar Amenhotep IV Neferkherure Waenre. Amenhotep naik tahta karena Tuthmosis wafat sebelum waktunya.
Setelah tujuh tahun bertahta, Amenhotep mengawini Nefertiti yang legendaris. Ia putri dari istri kedua Ay, atau keponakan Tiye ( jaman dulu, pernikahan antar anggota keluarga terdekat masih umum ). Ada gambar dua orang berpelukan, yang diduga menggambarkan cinta mendalam Akhenaten pada Nefertiti. Dari istri cantiknya, Amenhotep memperoleh 6 putri ; Meritaten, Meketaten, Akhesenpaaten, Nefernefruaten-Tasherit, Nefernefrure dan Setepenre. Meritaten kelak kawin dengan Smenkhkare. Ankhesenpaaten kawin dengan Tutankhamun.
Amenhotep selama di Thebes ( 1353-1348 SM ) sempat mendirikan empat struktur di kuil terindah Amun di Karnak. Ia mengagumi karakter matahari di Heliopolis, sampai bangunannya dinamai ‘matahari ditemukan’, ‘yang teragung, matahari’, ‘kuat, gerakan matahari’ dan ‘rumah matahari’. Ada patung kuarsit merah berskala manusia berujud sang fir’aun yang sedang menyilangkan lengan. Relief lain menggambarkan fir’aun dengan satu lengan terulur mengusap matahari. Penyelenggara persembahan di kuil ‘rumah matahari’ ini Nefertiti. Relief di dua kuil yang belum ditemukan, menggambarkan apartemen domestik, penghargaan pejabat dan kehidupan rumah tangga.
Kepercayaan Amenhotep yang bersifat monotheis tak diterima para pendeta penyembah banyak dewa. Pendeta-pendeta Amun terus menyulitkan hidup fir’aun ‘menyimpang’ ini sampai hengkang ke kota baru ia bangun, ia sebut Akhetaten, tempat ia memuja Aten. Ia berganti nama, dari Amenhotep ( kegembiraan Amun ) menjadi Akh-en-aten ( tunduk pada Aten ).
Hanya 12 tahun ( 1348 – 1336 SM ) Akhenaten tinggal di Akhetaten, sebelum lenyap misterius. Smenkhare, penggantinya pun hanya sempat memerintah 2 tahun. Tutankhaten, pengganti berikutnya, kembali ke nama asli Tutankhamun, sekembalinya ke Luxor dan menjadi raja tahun 1334 SM. Para pendeta Amun merebut kembali pengaruh mereka. Tutankhamun terpaksa tunduk dan merestorasi pemujaan Amun di Thebes. Ia memerintah selama 9 tahun sebelum wafat misterius.
Sampai hari ini tak ditemukan dokumen yang menyebut tanggal dan keadaan saat kematian mereka. Bukti historis sangat sedikit, untungnya, penafsiran komparatif dari dokumen yang tersisa pasca periode represif Amarna memungkinkan para spesialis memecahkan beberapa teka-teki. Ada dugaan, karena terganggu perubahan monotheisme ini, para pendeta Amun meracuni Akhenaten saat krisis ekonomi mendera Mesir. Untuk semua kehebohan yang menimpanya, pantaslah Akhenaten ditempatkan dalam daftar orang terpenting untuk diselidiki dalam sejarah kuno.
Di bawah pemerintahan adik Akhenaten, Mesir mengalami kemunduran dan akhirnya terpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Setelah perselisihan antara golongan agama dan raja, Mesir diserbu bangsa lain seperti ; Hitit, Persia, Yunani, Romawi, Arab, Turki, Inggris dan Perancis. Mesir merdeka 28 Februari 1922, menjadi republik 18 Juni 1953. Mayoritas penduduk Mesir ( 90 % ) kini memeluk Islam. Jutaan rakyat Mesir inilah yang dihimbau para pejuang Palestina agar mendesak Hosni Mubarak, membuka pintu perbatasan Gaza – Sinai untuk penduduk Gaza yang kini seperti berada di penjara terbuka tanpa tempat tinggal, obat, air dan makanan, diantara desingan maut, hujan bom dan fosfor putih pasukan Israel hingga hari ini. Akankah penyerbuan dan pemusnahan etnis terus berlanjut ? Sejarah kemudian yang akan mencatatnya.
JANGKAR MEMORI MASA EMAS
Pencarian panjang manusia menemukan Yang Maha Esa terasa mengharukan. Tarik menarik antara yang batil dan yang hak, terus berlangsung hingga hari ini. Dari masa nabi Nuh ( sekitar 3000 – 2500 SM ), nabi Ibrahim dan nabi Luth ( awal 2000 SM ), nabi Musa ( 1300 SM ), nabi Hud ( sekitar 1300 SM ), nabi Shalih ( sekitar 800 SM ), terselip diantaranya Akhenaten. Di bawah terik matahari, kejadian selalu berulang. Setelah menemukan Tuhan, sebagian besar manusia kembali khufur. Berpuas hati. Merasa semua keberhasilan yang diraih semata jerih payahnya. Merasa indah semua perbuatannya. Tuhan murka, lalu musnahlah manusia bersama peradaban tinggi yang jatuh bangun mereka capai. Akankah Tuhan bosan dengan perilaku kambuh manusia dalam waktu dekat ini ? Setelah masa keemasan yang dimulai tahun 2020, diperkirakan, akan terjadi keruntuhan sosial yang cepat, mengakhiri kehidupan di muka bumi.
Dari riset, manusia hidup sejak 3 juta tahun lalu. Setelah jaman es 150 ribu tahun lalu, tersisa hanya sekian ribu manusia di daerah Afrika. Leluhur manusia sekarang, di antaranya menghuni lembah sungai Nil, Mesir, tempat Akhenaten bermukim. Sedikit banyak kita menerima pengaruh Mesir ( tempat sebagian ulama kita belajar ) dan terinspirasi perjuangan Akhenaten yang berani mendobrak tabu kepercayaan nenek moyang, untuk menjadi monotheis.
Kita berharap di negeri ini juga lahir pejuang-pejuang tangguh yang gigih mengawal Indonesia menuju keemasannya dan menjaganya selama mungkin. Jika, kemudian ia gugur sebagai kusuma bangsa, itu bukan cerita baru. Apa yang dialami fir’aun Akhenaten dan kedua adiknya setelah kejayaan Mesir bisa menjadi jangkar memori kita untuk masa emas kelak. Untuk selalu mawas diri, waspada dan rendah hati. Kejahatan dan kebaikan, silih berganti menguasai panggung kehidupan. Ya, dunia kadang lebih magis dan misterius daripada cerita dongeng. (A.Savitri / peminat arsitektur kot

Tiye
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Permaisuri yang Agung Tiye, ibu pemimpin Dinasti Amarna - dari Museum Altes di Berlin, Jerman

Permaisuri Mesir
Masa jabatan  1390 SM – 1353 SM (37 tahun)
Lahir  1398 SM  Akhmin, Mesir Hulu.
Mangkat 1338 SM
Makam KV35, Lembah Para Raja, Thebes.
Pasangan  Amenhotep
Anak 
Sitamun, Permaisuri yang Agung.
Iset, Permaisuri yang Agung.
Puteri Henuttaneb, Putri Nebetah, Putra Mahkota Thutmose,
Akhenaten, Smenkhare (Kemungkinan), Nyonya Muda,
Putri Beketaten.
Ayah  Yuya
Ibu  Thuya
Agama Agama Mesir Kuno

Ratu Tiye, yang suaminya, Amenhotep III, mungkin digambarkan di sebelah kanan patung yang rusak ini.
Tiye (sek. 1398 SM – 1338 SM, juga dieja Taia, Tiy dan Tiyi) merupakan putri Yuya dan Tjuyu (juga dieja Thuyu). Ia menjadi Permaisuri yang Agung Mesir Firaun Amenhotep III. Ia adalah ibu Akhenaten dan nenek Tutankhamun. Muminya diidentifikasikan sebagai Nyonya Tua yang ditemukan di dalam Makam Amenhotep II (KV35) pada tahun 2010.
Keluarga dan Kehidupan Awal
Ayahanda Tiye, Yuya bukan anggota keluarga kerajaan melainkan seorang hartawan dari kota Mesir Hulu Akhmin dimana ia bekerja sebagai seorang imam dan pengawas lembu atau komandan kereta. Ibunda Tiye, Thuya terlibat di dalam berbagai kultus keagamaan, karena gelar-gelarnya yang berbeda (Penyanyi Hathor, Kepala Penghibur baik Amun dan Min), yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang anggota keluarga kerajaan.
Diduga bahwa ayahanda Tiye, Yuya berasal dari Asia atau keturunan Nubia karena fitur mumi dan banyak ejaan yang berbeda dari namanya, yang mungkin berarti adalah bukan nama bangsa Mesir. Beberapa orang menduga bahwa ratu yang berpandangan kuat di dalam politik dan agama yang tidak konvensional mungkin bukan hanya karena ia memiliki karakter yang kuat, melainkan karena ia berasal dari keturunan asing.
Tiye juga memiliki seorang saudara yang bernama Anen, yang merupakan Nabi Kedua Amun. IlmuwanMesir berspekulasi bahwa Ay ahli waris Tutankhamen sebagai firaun setelah kematian pendahulunya yang juga kemungkinan adalah keturunan Tiye. Tidak ada tanggal atau monumen yang jelas dapat mengkonfirmasikan hubungan antara keduanya, namun Mesir kuno menganggap asal usul Ay, yang juga dari Akhmin, dan karena ia mewarisi sebagian gelar ayahanda Tiye, Yuya, yang dipegang semasa hidupnya, diistana Amenhotep III.
Tiye menikah dengan Amenhotep III pada tahun kedua masa pemerintahannya. Ia dilahirkan dari istri kedua ayahandanya dan memerlukan ikatan yang kuat dengan keluarga ningrat. Ia tampaknya telah dinobatkan saat masih kanak-kanak, kemungkinan di antara usia enam sampai dua belas tahun. Mereka memiliki setidaknya tujuh orang anak, atau mungkin lebih:
1) Sitamun- Putri sulung, yang diangkat keposisi Permaisuri yang Agung pada usia 30 tahun dimasa pemerintahan ayahandanya.
2) Isis- Juga diangkat ke posisi Permaisuri yang Agung.
3) Henuttaneb- tidak diketahui posisinya, meskipun namanya muncul di dalam Cartouche setidaknya sekali.
4) Nebetah-Kadang diduga telah berganti nama menjadi Baketaten semasa pemerintahan saudaranya.
5)  Putra Mahkota Thutmose-Putra Mahkota dan Imam Besar Ptah, mati muda.
6) Amenhotep IV/ Akhenaten Ahli waris ayahandanya sebagai Firaun, suami Ratu Nefertiti, ayahanda Ankhesenamun yang menikah dengan Tutnkhamun.
7) Smenkhare-secara tradisional dianggap sebagai salah satu ahli waris Akhenaten, sekarang Ilmuwan Mesir seperti Aidan Dodson percaya bahwa ia adalah keturunan langsung Nefermeferuaten dan wakil pemimpin muda Akhenaten yang tidak memiliki pemerintahan independen. Kadang diidentifikasikan dengan mumi dari KV55 ayahanda Tutankhamun.
8) Nyonya Muda dari KV35- Putri Amenhotep III dan Tiye, ibunda Tutankhamun dan istri saudari KV55. Diduga salah satu dari putri-putri Amenhotep III dan Tiye yang dikenal.
9) Baketaten-Kadang diduga putri Ratu Tiye, umumnya berdasarkan dari prasasti Baketaten yang berlokasi disebelah Tiye pada sebuah makan malam dengan Akhenaten dan Nefertiti.
Monumen
Suaminya memuja beberapa tempat pemujaan dan membangun kuil yang didedikasikan untuknya di Sedeinga, Nubia dimana ia dipuja sebagai bentuk dari dewi Hathor-Tefnut. Ia juga membangun sebuah danau buatan untuknya pada tahun dua belas dimasa pemerintahannya.
Pengaruh diistana
Fragmentaris topeng upacara pemakaman Ratu Tiye - koleksi di dalam Museum Mesir di Berlin.
Tiye memegang banyak kekuasaan baik selama masa pemerintahan suaminya dan putranya. Amenhotep III menjadi seorang olahragawan yang baik, pecinta kehidupan luar dan seorang negarawan yang hebat. Ia kerap dipertimbangkan sebagai calon mertua yang hebat dan menerima pinangan untuk putri-putrinya dari beberapa raja asing seperti Tushratta di Mitanni dan Kadashman-Enlil I dari Babylon. Silsilah keluarga kerajaan yang dilakukan oleh para wanita Mesir kuno yaitu menikah dengan salah satu ahli waris untuk keturunan mereka. Tiye menjadi seorang penasehat terpercaya suaminya. Ia bijaksana, cerdas, kuat dan kejam, ia disegani oleh banyak pejabat asing. Para penguasa asing juga bersedia untuk membuat perjanjian langsung dengannya. Ia melanjutkan peran aktifnya di dalam hubungan luar negeri dan menjadi ratu Mesir pertama yang namanya dicatat pada tindakan-tindakan resmi.
Tiye mungkin melanjutkan sebagai penasehat putranya, Akhenaten, ketika ia berkuasa. Korespondensi putranya dengan Tushratta, raja Mitanni, memuji pengaruh politik yang dimiliki ibundanya di istana. Di dalam surat Amarna EA 26, Tushratta, raja Mitanni, menjawab langsung Tiye untuk mengenang hubungan baik yang ia miliki bersama dengan almarhum suaminya dan berkeinginan untuk membina hubungan baik tersebut dengan putranya, Akhenaten.
Amenhotep III meninggal pada tahun 38 atau tahun 39 dimasa pemerintahannya (1353 SM/1350 SM) dan dimakamkan di Lembah Para Raja di WV22; namun Tiye diduga hidup lebih lama darinya dua belas tahun. Tiye tetap disinggung di dalam Surat Amarna dan di dalam prasasti sebagai ratu dan raja tercinta. Di dalam surat Amarna EA 26, yang ditujukan kepada Tiye, dimasa pemerintahan Akhenaten. Ia diketahui memiliki sebuah rumah di Amarna, ibukota Akhenaten yang baru dan ditampilkan pada dinding makam Huya – "pelayan rumah ibunda raja, permaisuri yang agung Tiye" – digambarkan dimeja makan malam dengan Akhenaten, Nefertiti, dan keluarganya dan kemudian dikawal oleh raja menuju kerainya.  Di dalam sebuah prasasti pada sekitar tanggal 21 November tahun 12 dimasa pemerintahan Akhenaten (1338 SM), baik ia dan cucu perempuannya Meketaten disebutkan untuk yang terakhir kalinya. Mereka diperkirakan meninggal tak lama setelah tanggal itu.
Jika Tiye meninggal setelah tahun 12 dimasa pemerintahan Akhenaten (1338 SM), hal ini menempatkan waktu kelahirannya pada tahun 1398 SM, pernikahannya dengan Amenhotep III pada usia sebelas atau dua belas tahun, dan menjanda pada usia empat puluh delapan atau empat puluh sembilan. Dugaan dari kepememimpinan bersama di antara Amenhotep III dan putranya Akhenaten berlangsung sampai dua belas tahun, namun banyak sarjana yang menduga pemerintahan bersama itu berlangsung tidak lebih dari setahun, atau tidak ada pimpinan bersama sama sekali.
Pemakaman dan mumi
Mumi Ratu Tiye, sekarang berada di dalam Museum Mesir Berlin.
Tiye diduga mulanya dimakamkan di dalam makam kerajaan Akhenaten di Amarna bersama dengan putra dan cucu perempuannya, Meketaten, karena sebuah fragmen dari makam yang belum lama ini diidentifikasikan dari Sarkofagus miliknya. Sepuhan ditempat pemujaan di dalam makamnya (menunjukkan dirinya dengan Akhenaten) berakhir di dalam KV55 ketika Shabtinya ditemukan di dalam makam  Amenhotep III, WV22.
Sisa mumi wanita itu ditemukan berdekatan dengan dua mumi lain disisi yang berlawanan dari ruang Amenhotep II di dalam KV35 oleh Victor Loret pada tahun 1898. Dua mumi lainnya adalah seorang anak laki-laki yang meninggal pada usia sekitar sepuluh tahun, yang diduga adalah Webensenu atau Pangeran Thutmose dan satunya lagi, seorang wanita muda yang tidak diketahui. Ketiganya ditemukan bersamaan, berbaring telanjang bersisian dan belum diidentifikasikan diruang depan makam. Makam tersebut telah dirusak banyak oleh para perampok makam kuno. Awalnya, para peneliti tidak dapat mengidentifikasikan kedua mumi wanita dan sebaliknya diberi nama dengan Tiye yang dicap sebagai 'Nyonya Tua' dan wanita lainnya sebagai Nyonya Muda. Beberapa peneliti berpendapat bahwa Nyonya Tua adalah Ratu Tiye. Beberapa mencatat bahwa peti mati miniatur yang bertuliskan namanya ditemukan dimakam cucunya, Tutankhamun, sebagai kenang-kenangan dari neneknya tercinta. Ada juga beberapa ulama yang skeptis mengenai teori ini seperti seorang sarjana Inggris yang bernama Aidan Dodson dan Dyan Hilton, yang pernah menyatakan bahwa "tampaknya sangat tidak mungkin bahwa mumi itu bisa menjadi apa yang disebut 'Nyonya Tua' di dalam makam Amenhotep II.
Pada tahun 2010, dari sebuah analisis DNA yang disponsori oleh Jenderal Sekretaris Dewan Tertinggi Purbakala Mesir yang bernama Zahi Hawass, dengan resmi dapat mengidentifikasikan Nyonya Tua sebagai Ratu Tiye. Juga, melalui sehelai rambut di dalam makam Tutankhamun cocok dengan DNA milik Nyonya Tua.
Referensi
1.      Tyldesley, p. 115
2.      Bart Anneke. Ancient Egypt
3.      Tyldesley, p. 116
4.      O'Connor & Cline, p. 5
5.      O'Connor & Cline, pp. 5-6
6.      Shaw, Ian. The Oxford history of Ancient Egypt. Oxford University Press: London, 2003. p.253
7.      Tyldesley, p. 121
8.      Aidan Dodson, "Amarna Sunset: Nefertiti, Tutankhamun, Ay, Horemhab and the Egyptian Counter-reformation" (Cairo: AUC Press, 2010), pp.27-29
9.      Tyldesley, p. 120
10.  O'Connor & Cline, p. 6
11.  Kozloff, Arielle; Bryan, Betsy (1992). "Royal and Divine Statuary". Egypt’s Dazzling Sun: Amenhotep III and his World (2). Cleveland.ISBN 978
12.  Tyldesley, p. 118
13.  O'Connor & Cline, p. 23
14.  Reeves, Nicholas. Akhenaten: The False Prophet, pp. 75-78
15.  Dodson & Hilton, p. 157
16.  Hawass Z, Gad YZ, Ismail S, Khairat R, Fathalla D, Hasan N, Ahmed A, Elleithy H, Ball M, Gaballah F, Wasef S, Fateen M, Amer H, Gostner P, Selim A, Zink A, Pusch CM (February 2010). "Ancestry and Pathology in King Tutankhamun's Family". JAMA : the journal of the American Medical Association 303 (7): 638–47. Dodson & Hilton, The Royal Families of Ancient Egypt p. 157
17.  Hawass, Zahi et al. "Ancestry and Pathology in King Tutankhamun's Family" The Journal of the American Medical Association pp.640-641

Egypt Legend: Youzarsif Vs Amenhotep IV
14 Januari 2010 21:30:00 Diperbarui: 26 Juni 2015 18:27:47

Dalam penjara bawah tanah Mesir Youzarsif memberikan pencerahan tentang arti sebuah hidup, dia dengan sabar menjadikan suasana penjara sebagai ruang sekolah kehidupan. Sipir-sipir penjara terkadang ikut duduk bersama dengan youzarsif untuk mendengarkan petuahnya yang bermakna. Sementara di dalam istana, raja Amenhotep IV bermimpi sesuatu yang selama hidupnya tidak pernah dialaminya, ia melihat tujuh ekor sapi gemuk mengganyang dengan ganas tujuh ekor sapi kurus, ia melihat gandum kering melilit gandum hijau. Amenhotep IV terus dihantui mimpi ini hingga 3 hari, ia sebenarnya ingin merahasiakan mimpi ini namun khawatir apa yang diimpikan sebagai pertanda buruk bagi kerajaan Mesir sebagai pimpinan peradaan di dunia. Akhirnya Amenhotep IV menyuruh para kahanatul ma'bad amun untuk menghadap.
Merekalah yang selama ini menjadi penasehat kerajaan, mereka adalah para rahib istana sebagai wakil tuhan amun, tuhan sesembahan rakyat Mesir. Raja menjelaskan mimpinya pada mereka dengan detil, seketika kahanahul ma'bad terperanjat dengan cerita sang raja. "dalam sejarah mesir, belum pernah ada mimpi seperti yang baginda alami. ini adalah mimpi yang mengada-ngada, mimpi ini pasti datang dari iblis luciver yang mengganggu baginda", kahanatul ma'bad terus berusaha meyakinkan raja. Ketika antonius memberikan minuman pada Raja Amenhotep IV dan mendengar percakapan serius antara Raja dengan Kahanatul ma'bad tentang tafsir mimpi, ia teringat dengan temannya di penjara yang bernama youzarsif, namun dia hanyalah pelayan kerajaan yang tidak memiliki wewenang bicara sama sekali dalam forum resmi ini.
Antonius mendekati Nevertiti dan berbicara dengan suara berbisik, "wahai Nevertiti..aku memiliki seorang sahabat yang mampu menafsirkan mimpi baginda raja","jangan ikut campur dalam urusan besar negara ini antonius!!", Nevertiti malah menghardik antonius. Antonius terus saja meyakinkan Nevertiti, ia bercerita dengan pelan bagaimana dirinya bisa kembali menjadi pelayan kerajaan padahal sebelumnya sudah divonis hukuman mati gara-gara dituduh mengkhianati negara. Akhirnya Nevertiti berbisik kepada Amenhotep dan mempersilahkan Antonius untuk angkat bicara. Antonius mengatakan kepada Amenhhotep IV tentang keberadaan seorang dari negeri kan'an yang saat ini ada dalam penjara bawah mesir yang bernama Youzarsif, ia adalah penafsir mimpi yang dikagumi dan dihormati seluruh penghuni penjara.
Amenhotep awalnya ragu dengan penjelasan pelayan kerajaan ini, namun Nevertiti mendesak untuk memberikan kesempatan pada Antonius. Raja memerintahkan antonius untuk menjemput Youzarsif dalam penjara. Melihat kedatangan Antonius, Youzarsif seketika memeluk Antonius dengan tangisan rindu yang tiada tertara, Antonius meminta maaf kepada Yousarsif atas kelalaiannya menyampaikan salam pada Amenhotep IV bahwa dirinya masuk penjara karena ulah istri panglima perang Mesir yang bernama Houdipar. Yousarsif memasuki istana dengan bersahaja memakai busana khas kan'an, di depan raja ia hanya membungkukkan kepala dan tidak menyilangkan tangan ke dada sebagaimana yang dilakukan oleh rakyat mesir terhadap Raja. Raja memahami apa yang lakukan Youzarsif. Lalu Amenhotep menceritakan kepada Youzarsif atas mimpinya.
Youzarsif tersenyum dan seketika berkata :"Sapi adalah simbol kesucian, sapilah yang selama ini menjadi hewan yang paling dimulyakan, ia adalah bagian dari cahaya kebesaran Tuhan. Gandum adalah simbol kehidupan, tanpa gandum, manusia tidak akan bertahan hidup hingga sekarang". Youzarsif lalu menjelaskan tafsir mimpi Amenhotep IV,"Mesir akan mengalami kemakmuran yang sangat melimpah selama 7 tahun dan setelah itu akan mengalami paceklik kekeringan sepanjang selama 7 tahun juga". Amenhotep IV kagum dengan penjelasan Youzarsif yang sangat realistis ini. Amenhotep menanyakan kepada Youzarsif apa langkah yang harus dilakukan untuk menyelamatkan rakyat Mesir dari kelaparan dan kekeringan panjang nanti. "Mulai saat ini, semua rakyat Mesir harus bekerja keras mananam gandum. Semua sawah milik negara yang selama ini tidak dimanfaatkan harus digunakan untuk menanam gandum.
Namun ada satu syarat, rakyat harus menyetorkan separo dari hasil panennya kepada kerajaan sebagai bekal musim paceklik nanti", youzarsif menjelaskan dengan detail semua solusi yang harus dilakukan untuk menyelamatkan mesir dari cobaan. Amenhotep berfikir hanya youzarsiflah yang mampu menyelamatkan bangsanya dari kepunahan. Ia menawarkan kepada youzarsif jabatan khusus di dalam negara untuk menangani krisi nanti. Youzarsif tidak menolak dengan permintaan raja tetapi dia memberikan satu syarat yang harus dituruti yakni membebaskan seluruh tahanan yang ada dalam penjara bawah tanah Mesir. Mendengar permintaan Youzarsif, semua menteri dan pengawal kerajaan yang hadir tidak ada yang setuju, bagaimana mungkin orang-orang yang menjadi pengkhianat negara, yang melakukan kejahatan dan begundal-begundal bangsa harus dilepaskan dari tahanan. Raja meminta penjelasan atas permintaan Youzarsif. "saya memahami baginda, permintaan ini adalah permintaan yang sulit buat kerajaan tetapi program yang akan saya lakukan tidak akan sukses kalau saya tidak memiliki anak buah yang loyal terhadap pemimpinnya.
 Saya yang menjadi jaminan atas dilepasnya para napi itu", Youzarsif menjelaskan dengan penuh keyakinan.Akhirnya raja menuruti permintaan Youzarsif. Kahanatul ma'bad gerah dan marah besar dengan masuknya Youzarsif dalam kerajaan mesir. Mereka sangat tahu siapa Youzarsif, Youzarsif adalah seorang nabi dari kan'an yang diutus oleh Tuhan dengan membawa agama tauhid, agama monoteisme. Mereka tahu konsekuensi apa yang akan terjadi jika Youzarsif memegang jabatan yang sangat strategis ini. Agama rakyat mesir yang menyembah dewa Amun akan tergantikan oleh Tuhan Youzarsif. Inilah alasan kenapa Youzarsif meminta syarat membebaskan semua tahanan bawah tanah kerajaan mesir. Para pejabat di pemerintah memiliki loyalitas yang tinggi terhadap kahanatul ma'bad karena mereka adalah pemuka agamaAamun.
Sementara youzarsif hanyalah pendatang baru yang tidak memiliki power sama sekali. Setelah semua tahanan dibebaskan, Youzarsif menjadikan mereka sebagai pembantu dalam menangani krisis ekonomi mesir. para tahanan itu saat ini bukanlah orang-orang jahat, mereka adalah orang-orang baru yang telah diisi oleh iman terhadap Tuhan Youzarsif, mereka adalah para da'i yang siap mengorbankan apa saja demi Youzarsif. Youzarsif telah membimbing mereka selama dipenjara tentang arti manusia, manusia bisa dikatakan manusia jika memberikan manfaat bagi manusia lainnya. Amenhotep IV melihat kegigihan Youzarsif dan tertarik mengikuti jalan agamanya. Dewa Amun yang selama ini menjadi tuhan resmi rakyat mesir telah diperalat oleh para Kahanatul ma'bad untuk memeras harta rakyat. Youzarsif menjelaskan dengan bijak agama tauhid kepada raja dan akhirnya raja rela untuk dibaptis.
Amenhotep dibaptis di sungai nil dan Youzarsif mengganti nama Amenhotep dengan Akhnatun. akh berarti hamba dan atun berarti matahari, matahari sebagai pusat tatasurya yang sinarnya terpancar kepada seluruh bumi, sehingga matahari mewakili Tuhan. Akhnatun bisa artikan sebagai hamba Tuhan, berbeda dengan nama sebelumnya, Amenhotep adalah anak dewa Amun dan memiliki posisi sama dengan Amun, sehingga dia adalah tuhan. Youzarsif bersama para sahabatnya mantan para napi telah berhasil keluar dari cobaan yang mendera Mesir. 7 tahun lamanya mesir mengalami kemakmuran setelah itu 7 tahun kekeringan hingga sungai yang selama ini menghidupi seluruh rakyat mesir dan negara-negara disekitarnya yang bernama nil juga ikut kering. Youzarsif berhasil dengan sempurna . Rakyat mesir menaruh simpati kepada Youzarsif, mereka mengikuti agama baru yang dibawa oleh Youzarsif. Akhnatun memanggil Youzarsif ke dalam istana dan menjodohkannya dengan wanita tercantik se Mesir yang bernama Asinah. Youzarsif menerima tawaran raja hingga akhirnya Youzarsif dan asinah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Keitka Youzarsif keliling istana bersama istri dan 2 orang anaknya, ia kaget dengan suara nenek tua yang memanggil namanya dengan sebutan Yusuf. nenek itu memanggil dengan suara pelan dan dengan nada yang memperlihatkan kesedihannya. Youzarsif mendekati si nenek dan bertanya siapakah dia sebenarnya. Jawaban yang diutarakan oleh si nenek seketika membuat lidah Youzarsif kaku dan kelu, ia tak bisa berkata. Nenek itu ternyata adalah Zulaikha, orang yang dulu sangat mencintainya, orang yang pernah mengajak berzina dengannya, orang yang ia anggap sebagai ibunya.
Youzarsif membawa Zulaikha ke dalam istana dan memanggil seluruh pejabat kerajaan dan rakyat untuk berkumpul. Ketika semua telah di istana, Youzarsif menutupkan kain ke wajah nenek Zulaikha dan seketika Zulaikha kembali muda. Ia sengaja memperlihatkan mukjizat yang diberikan Tuhan kepada rakyat Mesir. Zulaikha muda akhirnya menikah dengan youzarsif hingga Mesir berjaya. Terinspirasi dari Al-Qur'an ketika membaca surat Yusuf. **catatan ini special untuk sahabat kompasianer Rukyat Basri yang menginginkan saya menulis tentang fir'aun pada masa nabi yusuf. Bisyri Ichwan, seorang yang kagum dengan Mesir karena memiliki banyak sejarah yang mengandung hikmah. Bisyri Ichwan /bisyriichwan TERVERIFIKASI Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Mahasiswa Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. filsafat sosbud yusuf bisyriichwan keloni kompasiana kompasianabaru mesir humaniora FOKUS TOPIK KOMPASIANAA THE NEW KOMPASIANA
Selengkapnya:http://ww.kompasiana.com/bisyriichwan/egypt-legend-youzarsif-vs-amenhotepiv

Yusuf the Prohet: Mengungkap Ketauhidan Akhenaten
di sari dari Blog Maestira Milenia.

Sesuai dengan kitab suci agama Islam, seorang nabi yang diutus pada zaman kebangkitan Mesir kuno itu dipanggil Yusuf. Nama Yusuf sendiri diambil dari nama-nama orang Ibrani, karena memang keluarganya berasal dari daerah Mesopotamia dan sekitarnya, bukan asal Mesir.

Keistimewaan Yusuf 'Alaihissalaam adalah:
1. Dia adalah putera Ya'qub putera Ishaq putera Ibrahim. Semua penduduk jazirah Arab hingga ke Mesopotamia (baik yang mengikuti atau yang mengingkari) tahu siapakah nama-nama di atas tersebut. Mereka adalah penyebar agama Ibrahim, yang diambil dari kakek buyut Yusuf, itu artinya jarak Yusuf dan Ibrahim berselang tiga generasi. Ibrahim mengajarkan penyembahan kepada satu Dzat yang lain dari semesta, yang tidak dibuat, dan tidak terlihat, yaitu menyembah kepada Allaah 'Azza wa Jalla.
2. Dia adalah seorang Nabi (orang terpilih) dan Rasul (utusan Tuhan). Ayahnya, Ya'qub 'Alaihissalaam telah tahu lebih dahulu melalui Tuhannya, bahwa salah satu dari ke-12 puteranya akan menjadi penerusnya, akan menjadi Nabi sekaligus Rasul bagi umatnya. Maka tak heran dari semua saudaranya, Yusuf-lah yang paling disayang. Sebagaimana ketika akhirnya Yusuf dibuang oleh saudarannya, Ya'qub menjadi buta (rabun karena katarak) karena berlebihan menangisi kepergian Yusuf.
3. Dia mampu menafsirkan mimpi. Ia pernah menafsirkan (Arab: ta'wil) mimpi Raja Mesir yang kala itu tengah berkuasa, yang diyakini oleh raja tersebut bahwa Yusuf adalah orang yang benar. Sementara Yusuf sendiri pernah bermimpi matahari bulan planet-planet, seluruh tata surya bersujud kepadanya. Yusuf menyadari bahwa itu adalah suratan takdir Allaah yang mana dirinya kelak akan lebih dihormati daripada keluarganya, bahkan Ayahnya yang juga seorang nabi yang dalam mimpinya diibaratkan matahari.
4. Dia adalah pejabat pemerintahan Mesir. Apa yang istimewa dari bangsawan Mesir selain memang karena mereka sudah dicap sejak sononya sebagai pemilik darah biru. Lain halnya dengan Yusuf, menjadi pejabat pemerintahan Mesir adalah karunia besar dari Tuhannya. Ia bukan kelahiran Mesir dan tidak sedikitpun darah biru mengalir padanya. Bahkan ia dianggap sebagai pelayan (kasarannya budak) Bendaharawan (istilah yang nyrempet; Perdana Menteri, kali.) di Mesir. Itulah yang pernah ada di dalam bunga tidur Yusuf, berubah menjadi kenyataan.
5. Dia adalah seorang yang tampan. Ketampannannya melebihi ketampanan dari sekian banyak makhluq yang diciptakan Allaah 'Azza wa Jalla. Bahkan istri Bendaharawan Mesir itu sendiri jatuh cinta pada Yusuf, dan wanita-wanita bangsawan Mesir melukai tangannya sendiri saat ia mengupas buah menggunakan pisau tatkala terperangah melihat Yusuf melintasi pandangan mereka.
6. Dia diabadikan di dalam salah satu Surah Al Quran. Surah itu adalah Surah Yusuf. Dalam satu surah itu full hanya berisi kisah Yusuf saja yang diceritakan secara singkat dan padat dari awal hingga akhir.

Dalam film Yusuf The Prophet atau Prophet Joseph digambarkan tatkala menginjak istana di Mesir, Yusuf bukan lagi dipanggil Yusuf. Seorang penasehat mengusulkan nama "Yuzarsif", maka dipanggilah nama itu memanggil Yusuf. Di dalam film tersebut, Yusuf/Yuzarsif dibesarkan dengan harta Bendaharawan Mesir, namun di kesehariannya Yuzarsif dipasrahkan kepada penasehatnya yang di dalam film dipanggil Hunifer. Bendaharawan Mesir itu bernama Potifar. Konon, Potifar disinggung namanya di dalam Bible. Potifar dalam gaya Arab menjadi Qithfar, namun Al Quran justru meninggikan namanya menjadi Al Aziz.

Sebenernya butuh rujukan sumber yang akurat tentang perubahan nama Yusuf oleh orang Mesir menjadi Yuzarsif. Karena pengetahuan masih sebatas di sini, saya masih beragumen sampai detik ini, bisa jadi Yuzarsif hanya istilah yang digunakan selama dalam penggarapan film tersebut. Bisa jadi. Karena dalam agama samawi Yusuf tetap Yusuf, hanya orang Barat berusaha memodernkannya menjadi Joseph. Wa Allaahu a'lam bish shawaab.

Masa kenabian Yusuf Alahissalaam diperkirakan pada masa pemerintahan Amenhotep III hingga putranya yang seusia Yusuf, Amenhotep IV. Begitu pula yang digambarkan drama Iran, Prophet Joseph itu. Amenhotep IV sangat takjub dengan kebijaksanaan Yusuf Muda, dan konon ia akhirnya memeluk keyakinan yang sama dengan Yusuf.
Dalam sejarah Mesir Kuno, cerita pemerintahan Amenhotep IV tidak begitu diterangkan dengan detail, dan sumbernya terpecah-pecah sehingga sejarawan modern sulit menyimpulkan kebenaran. Wa Allaahu a'lam.
Sehingga kisah Yuzarsif ini tidak termaktub dalam catatan Mesir Kuno, bahwa ada seorang bangsa asing dengan keyakinan yang asing pula tiba-tiba menduduki kedudukan pemerintahan yang tinggi, apalagi orang itu pernah dianggap sebagai budak belian. Yang ada hanyalah pernah ada raja yang tiba-tiba berpindah keyakinan menjadi penganut keyakinan terhadap Tuhan Yang Satu, bukan dewa-dewa yang banyak dengan ragam bidang. Raja itu adalah Amenhotep IV yang merubah diri menjadi Akhenaten.

Kenapa hal di atas bisa terjadi? Karena mayoritas orang Mesir adalah penganut Polytheisme, penyembah banyak dewa. Belum lagi pendeta kuil yang diagungkan, bahkan lebih dihormati daripada Raja meskipun raja pemegang kekuasaan negara dan dianggap sebagai titisan atau penjelmaan dewa.

Banyak pendapat tentang siapa atau apa makna "Atun" yang sebenarnya. Apakah benar meyakini Allaah ataukah ada penyembahan kepada hal yang lain? Namun, banyak sejarawan yang masih mengambil spekulasi bahwa Atun di sini adalah Matahari, tatkala merujuk sumber hieroglyph yang gambarnya seorang laki-laki diikuti seorang wanita sedang melakukan sembahyang atau berdoa di ruang terbuka yang terkena sinar matahari, tidak di dalam kuil temaram seperti pendeta Amun.
Namun ada juga yang berspekulasi bahwa "Atun" di sini justru merujuk kepada arti "Tuhan Yang Maha Esa" yaitu Allaah Subhanahu wa Ta'alla. Karena dalam mitologi Mesir kuno, dewa Matahari dipanggil Ra bukan Atun. Spekulasi ini didukung dengan kisah Nabi Yusuf yang diperkirakan tahun kenabiannya bersamaan dengan tahun pemerintahan Amenhotep IV (Akhenaten). Uniknya adalah, adanya keterkaitan antara ajaran Yusuf dan keyakinan Akhenaten di mana Tuhan tidak boleh dijelmakan ke dalam bentuk apapun, Tuhan ya Tuhan, tidak terlihat namun berkuasa. Dari keadaan itu, bagaimana tidak ada seseorang yang menarik kesimpulan bahwa Akhenaten dan Yusuf memang sezaman, atau bahkan Akhenaten mengikuti ajaran yang dibawa Yusuf. Wa Allaahu a'lam.
Kalo bisa di ambil jalan tengahnya, Akhenaten dan Yusuf memang sezaman, dan bisa jadi monotheisme yang dianut Akhenaten merupakan pengaruh ajaran Yusuf yang menyadarkannya. Keyakinan baru yang dianutnya itu membuat ia harus memindah ibukota pemerintahan dari Thebes ke Amarna untuk menjauhi para pendeta kuil Amun yang tidak suka dengan tindakannya. jadi intinya, spekulasi Akhenaten dan Yusuf sezaman berdasarkan keyakinan Monotheisme mereka.

Pertanyaan berikutnya adalah: kalau Akhenaten sezaman dengan Yusuf, artinya peran Yusuf dalam pemerintahan seharusnya menonjol. Karena kitab-kitab agama Samawi, baik Al Quran maupun Injil menyampaikan Yusuf diangkat menjadi orang terkemuka, bisa jadi raja, atau bisa jadi orang setelah raja. Seharusnya nama Yusuf atau Yuzarsif, seharusnya ada, seharusnya terpahat cerita-cerita kemakmurannya. Tapi justru lain cerita, Akhenaten memakmurkan negeri, meski dalam waktu singkat, bersama sang Permaisuri yang terkenal bijak dalam menasehati suaminya, yakni Nefertiti. Bukan dengan Yuzarsif atau Yusuf.
Jawabnya ada pada masa pemerintahan Akhenaten ini perubahan besar-besaran terjadi. Perubahan keyakinan, tatanan masyarakat, ekonomi, politik hingga ilmu pengetahuan dan seni. Jauh berbeda dari pemerintahan moyangnya yang sebelumnya. Bahkan Akhenaten diklaim menyimpang dari tradisi Mesir.
Di masa pemerintahannya, terdapat nama tokoh: Nefertiti, istrinya yang termahsyur dan Smenkhkare.
Sejarawan modern yang kebingungan dengan pernyataan sumber sejarah tentang: adanya dua pemerintahan pada masa Akhenaten ini. Ada dua raja. Dipimpin oleh dua raja. Meski terkenal Akhenaten dan Nefertiti diyakini adalah revolusioner pertama Mesir, tetapi kemunculan Smenkhkare ini mengejutkan karena tidak disertai bukti kuat siapa dirinya dan asalnya. Banyak spekulasi bahwa Smenkhkare ini adalah raja yang diperkirakan menjabat bersamaan atau bisa juga setelah wafatnya Akhenaten. Tapi tak sedikit pula, yang mengklaim Smenkhkare sejatinya adalah gelar baru Nefertiti yang memimpin Mesir saat menggantikan pemerintahan suaminya. Kembali ke Perdana Mentri Yuzarsif/Yusuf, bagaimana sosok yang menghidupkan kembali peradaban Mesir atau menyelamatkannya dari kejahilan tidak tertulis dalam sejarah Mesir. Sangat aneh. Apakah sastrawan kuno yang memusuhi Yusuf, yang tidak senang kehadirannya, sengaja menutupi fakta. Dan Smenkhkare pun tak bisa dibuktikan bahwa dia dikira-kira adalah Yusuf Alaihissalaam. 
Ada kisah lain tentang kedatangan Yusuf ke Mesir yang keluar dari film Prophet Joseph dan keluar dari pembahasan Akhenaten. Spekulasi itu menyatakan bahwa Yusuf muncul pada pemerintahan bangsa Hykos yang menjajah Mesir, Hykos adalah bangsa penggembala yang mencari daerah baru. Sementara Ya'qub dan keluarganya memang keluarga penggembala. Spekulasi lain berasumsi tentang Imhotep, pegawai istana di masa pemerintahan Mesir Awal dinasti ketiga, diangkat menjadi wazir, orang kedua setelah Raja yang akhirnya dia membantu merubah tatanan hidup Mesir menjadi gemilang. Imhotep, konon diriwayatkan merupakan anak seorang penggembala juga. Namun jika menarik mundur angka tarikh dari Isa Alaihissalam melewati moyangnya hingga Ya'qub, terbentang jarak 1400 tahun. Angka tarikh ini sangat jauh lebih muda daripada tarikh Mesir Awal atau bahkan sedikit selisihnya dari pendudukan bangsa Hykos. Angka tarikh itu justru lebih dekat dengan pemerintahan Mesir Baru. Hal tersebut di atas mengisyaratkan Yusuf ada di masa Akhenaten.  Dan lebih rasional juga, karena, ketika Yusuf berdakwah, ia mampu merebut hati seorang Raja hingga akhirnya memeluk agama Tauhid. Sementara Raja di masa Imhotep ataupun bangsa Hykos, mereka masih menyembah dewa-dewa (Polytheisme) bukan Satu Dewa .
Jika benar adanya Akhenaten dan Yuzarsif/Yusuf adalah sezaman atau bahkan seagama, itu artinya Nabi Yusuf membawa sejarah baru bagi peradaban Mesir Kuno, yang mana saat itulah pertama kalinya Islam (Tauhid) lahir di Mesir, setelah hanya sempat melintas pada masa  Ibrahim Alaihissalam. Dan jika itu benar, artinya juga menjadikan Akhenaten sebagai satu-satunya Raja yang beragama tauhid dalam sejarah peradaban Mesir kuno.
Sepeninggal Akhenaten, kepercayaan rakyat Mesir kembali ke yang semula, yakni menyembah Amun. Hal itu karena Tutankhaten mengembalikan tradisi Mesir dan melenyapkan segala peradaban yang telah dibangun ayahnya dalam waktu singkat, ia pun mengganti namanya menjadi Tutankhamun. Ia menikahi putri ayahnya atau adik tirinya, putri permaisuri Nefertiti yang bernama Ankhesenpaaten dan kemudian merubah nama menjadi Ankhesenamun.
Dan Mesir kembali ke masa jahiliyah-nya. Sehingga Allaah kembali mengirim Musa beserta saudaranya, Harun untuk kembali menyadarkan orang-orang jahil itu.
Wa Allaahu a'lam bishshawaab.

No comments :

Post a Comment